5 - [Perkenalan]

497 41 18
                                    

Untuk kedua kalinya, kamu membuat saya takjub akan segala keindahan yang kamu miliki.

Sebelum sang fajar muncul dari arah timur, Azka sudah terbangun dari tidurnya dan bersiap-siap melaksanakan kewajibannya.

Laki-laki yang sebentar lagi berusia delapan belas tahun itu tidak salat sendirian melainkan dengan perempuan yang kini ada di belakangnya sebagai makmum. Wanita tersebut adalah Azkia Zalsabilla yang merupakan kakak kandungnya.

"Kata dokter keadaaan Bunda gimana?"

Perempuan yang tengah merapikan alat sholatnya tersebut langsung menoleh ke asal suara. "Masih sama," terdengar nada kecewa dari perempuan yang memiliki mata hitam teduh sama seperti Azka.

Azka pun langsung menghampiri kakaknya. Tanpa berpikir panjang, Azka merengkuh perempuan itu ke dalam pelukannya dan mengusap-usap kepalanya. Akhirnya tetes demi tetes air mata keluar membasahi bahu milik laki-laki tersebut. Terdengar isakan-isakan kecil dari bibir mungil milik Azkia. Yang bisa dilakukan laki-laki tersebut hanyalah menenangkan perempuan yang ada dipelukannya.

"Azka minta maaf ya Teh. Azka bakal usahain semaksimal mungkin supaya Bunda sembuh."

Kini mereka melepaskan pelukan dan saling bertatapan. Dilihatnya cucuran air mata sudah membasahi pipi perempuan itu. Perempuan yang ada di depannya menggeleng dengan pelan.

"Kamu nggak perlu minta maaf Ka, kamu nggak salah. Ini bukan salah kamu. Memang sudah jalannya begini. Kita serahkan semua kepada Tuhan ya."

Perempuan yang terpaut umur tiga tahun lebih tua dari Azka tersebut membisikkan sesuatu di telinga milik adiknya. "Teteh sayang sama Azka." Sebuah senyuman tulus terulas di bibirnya.

Hal yang sama pun juga dilakukan Azka yaitu bisikan tersebut. "Azka juga sayang sama Teh Yaya."

'Teh Yaya' adalah panggilan khusus yang diberikan Azka kepada kakaknya. Sejak kecil Azka selalu menyebut nama Azkia dengan sebutan Yaya. Karena nama mereka ber-awalan dengan kata 'Az', akhirnya Azka memanggilnya 'Kia'. Saat Azka masih berumur sekitar dua tahun, Azka tidak bisa memanggil kakaknya dengan sebutan Kia, alhasil sebutan Yaya yang bisa Azka ucapkan. Dan sebutan itu masih digunakan sampai sekarang.

"Azka, udah bisa sayang-sayangan ya?" Ledek perempuan itu sambil terkekeh saat menggoda adiknya.

"Aya-aya wae, Teh."

Terdengar sangat lucu saat Azka berbicara dengan logat Sunda. Ia tidak fasih dalam berbicara bahasa tersebut dan membuat yang mendengarnya pun tak kuasa menahan tawa. Azkia pun sudah tergelak dengan ucapan sang adik.

***

Azka melajukan motor dengan kecepatan sedang. Suasana jalanan pagi ini tampak lebih lengang dari biasanya. Bukan karena Azka berangkat terlalu pagi, tetapi memang terlihat sangat sepi. Hanya ada beberapa motor yang melewati jalanan.

Setelah memasuki halaman sekolah, ia pun segera memarkirkan motornya di parkiran yang telah disediakan oleh sekolah. Laki-laki yang tengah mengenakan jaket berwarna hitam sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaketnya itu berjalan melewati koridor. Berdasarkan penelitian, laki-laki terlihat sangat keren disaat memasukkan kedua tangan atau salah satu tangannya ke dalam saku. Hal ini terjadi pada Azka. Banyak yang memandang takjub sekaligus terpesona sesaat laki-laki yang memiliki tinggi kurang lebih sekitar 178 sentimeter. Azka sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini.

Sudah terdengar suara riuh bercampur dengan gelak tawa dari kelasnya. Ternyata teman-temannya sudah berhamburan kesana kemari.

"BOBYYY BALIKIN BUKU GUEEE!!!"

Aku, Kamu, dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang