Logica 16

238 9 1
                                    

Ini saya posting buat kado kalian lebaran!

Source pictures : pinterest


💞💞💞💞💞💞

"...cause I love you illogically...."

💞💞💞💞💞💞💞💞

"Evan! Pelan – pelan!" jerit Rhea mencoba melepaskan cengkeraman Evan yang menyakitkan. Nihil. "Kau mau membawaku kemana?"

Percuma. Evan tidak memberi respon apa – apa selain menyeretnya melewati kerumunan orang – orang yang berdansa.

Dua orang berbadan kekar dengan earphone di telinga memberi salam saat mereka melewati pintu keluar. Evan melirik Rhea di belakangnya. Wanita itu membuka mulut ingin mengatakan sesuatu kepada dua penjaga pintu tadi. Sepertinya Rhea sempat mempertimbangkan kemungkinan meminta pertolongan
kepada dua orang berbadan kekar itu agar bisa melepaskan diri darinya.

Namun urung. Rhea menelan kembali bulat – bulat teriakan minta tolongnya---yang bahkan belum sempat dia lontarkan. Mau tak mau hal ini membuat Evan tersenyum puas. Ternyata Rhea cukup pintar untuk tahu bahwa hal itu percuma. Club ini adalah milik Black. Tak akan ada orang yang mampu mencegahnya melakukan apapun keinginannya.

Mereka berdua akhirnya tiba di gang kecil di samping Paradise yang cukup sepi. Evan melepasakan cengkeraman tangannya dengan kasar hingga Rhea terhuyung dan punggungnya menabarak tembok.

Evan bisa melihat Rhea sekuat tenaga menahan ringisan kesakitannya. Padahal Evan yakin, dengan kekuatannya tadi, saat ini pasti punggung wanita itu berdenyut menyakitkan. Namun wanita itu malah membalas tatapan Evan angkuh dengan dagu terangkat. Rhea dan harga dirinya yang setinggi langit.

"Menyenangkan, Rhea? Memberikan live show di depan tunanganmu sendiri?" ujar Evan dengan nada suara yang—ajaibnya—tetap terkontrol. Bahkan Evan sendiri mengakui bahwa amarahnya kini sedang meledak – ledak—entah karena apa. Sangat sulit untuk tidak berteriak emosi.

"Jadi, kau sudah memutuskan menerimaku sebagai tunanganmu?" tanya Rhea memiringkan kepalanya.

"Jangan terlalu berharap!" jawab Evan dingin. "Aku hanya terlalu muak melihat pertunjukan jalangmu di depan mataku. Apalagi dengan temanku sendiri. Sudah kuduga akan begini jadinya."

"Apa maksudmu?"

"Walau nama depanmu berganti menjadi Russell itu tetap tidak merubah apapun. Kelakuanmu tetap sama seperti si jalang Woo—"

Plak!

Evan merasakan panas di pipi kanannya sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya. Sial! Tamparannya sakit juga!

Senyum khas Rhea kembali. Senyum memikat yang angkuh lagi penuh ancaman.

"Kalau kau kira dengan melakukan ini dapat membuatku melepaskanmu dan membatalkan rencana pertunangan kita kau salah, Evan," ujar Rhea dengan nada amat manis. "Aku tak akan melepaskanmu sampai kapan pun."

Rhea beranjak pergi setelah menepuk manja dada Evan.

"Ah, satu lagi. Sekedar kalau kau penasaran." Rhea berhenti melangkah. Namun tetap tidak membalikan badannya saat dengan amarah yang teredam dia berkata, "Tamparan itu bukan karena kau telah menghinaku. Ironis. Tapi aku sudah terbiasa dengan hal itu sedari dulu. Namun percayalah, kau akan menerima lebih dari sekedar tamparan jika sekali lagi kau menghina marga Ibuku. Bagiku, Wood jauh lebih terhormat dari pada Black apalagi Russell."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Illogically LovingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang