BAB 5

27 11 5
                                    

Radhia

Kejadian enam tahun lalu adalah kesalahan. Samudra dan aku adalah teman yang biasa saja dulu. Kami memang sudah berteman. Dia adalah anaknya teman ayahku. Sebenarnya, ayahku juga tidak terlalu dekat dengan temannya itu. Suatu hari di enam tahun yang lalu, hubungan kami menjadi cukup akrab di kafe itu. Pada akhirnya, teman bukanlah kata yang cocok untuk mendeskripsikan hubungan kami.

Namun, itu semua adalah sebuah kesalahan besar. Seharusnya, dia tidak pernah jatuh untukku. Aku juga seharusnya tidak pernah jatuh untuknya. Seandainya aku tahu akhir dari cerita kami, aku tidak akan mengambil jalan itu. Untuk merasa sakit yang menusuk hingga ke rusuk dan patah karena tidak kuat menopang. Seandainya aku tahu, tapi aku sadar bahwa aku hanya manusia. Manusia yang tak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan.

**

Kemarin adalah kesalahan kami untuk kesekian kalinya. Semalam banjir air mata yang tanpa tujuan dan sebab yang pasti. Hari ini? Aku ingin bekerja saja. Tidak mau ada insiden-insiden yang akan mengguncangkan perasaan lagi. Cukup sehari saja.

Dengan mata yang masih sembab, aku datang ke kafe itu untuk bekerja. Bekerja sebagai kasir yang melayani semua pelanggan dengan tersenyum. Kalau kata Reya, senyumku itu manis sekaligus lucu dengan lesung pipit di kanan pipiku. Tapi, apa artinya senyum itu jika kamu tak sungguh-sungguh melukiskannya di wajahmu? Reya tak mengetahuinya. Sama seperti para pelanggan.

Kebahagiaan ini hanya semata. Aku memalsukannya ke hampir semua orang dan orang-orang itu tidak menyadari hal tersebut. Maaf. Maafkan aku. Waktu terus berjalan, dan ini yang terbaik yang bisa kulakukan sekarang.

"Re, gue mau ganti baju ah. Udah mau jam pulang. Gantiin gue jaga kasir dulu dong."

"Gih lo ganti baju,"

Aku pun berlalu ke kamar kecil di belakang dapur untuk mengganti baju.

*

"Welcome to Cafetarian's, may - "

"Sorry, but I'm here to ask you a favor?"

"What can I help you, sir?"

"There's an employee named Radhia. Can you give me her phone number?"

"No, Dra." Radhia pun muncul di sebelahnya. Dia sudah selesai mengganti bajunya. Samudra pun menoleh ke arah sumber suara yang menolak Reya memberi nomor teleponnya.

Radhia memang tidak memberikan nomornya. Akan tetapi Samudra tahu tempat kerjanya sekarang. What are you going to do, Radhia?

Samudra Yang (Tak) DinantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang