BAB 8

8 3 0
                                    

"Halo,"

"Lo udah di London sejak kapan, Ra? Ga ngasih tau nih,"

"Sejak negara api menyerang. HAHA!"

"Bodo ah. Anyway, weekend nanti meet up yuk!"

"Lah, lo kan di Southampton. Jauh ah. Males gue,"

"Siapa bilang lo mesti kesana? Weekend gue ke rumah nenek gue di London. Makanya, gue ngajak jalan,"

"Oh, ok deh. Ngomong-ngomong, lo tau darimana gue di London, Ya?"

"Kiara message di grup kelas. Lo sih jarang update di grup kelas. Eh, udahan dulu ya call-nya. Nanti kabarin gue ya meet up-nya jam berapa. Bye." 

Tadya, teman dekat Radhia saat SMA yang baru saja meneleponnya. Umur mereka tidak terlalu jauh. Tadya lebih tua tiga bulan dari Radhia. Dua tahun lalu, Tadya meninggalkan tanah air bersama adik dan orangtuanya dan tinggal di Inggris. His father is british. Jadi, tak heran mengapa Tadya dan keluarganya memilih untuk tinggal disana. 

Radhia kembali menyeruput tehnya dan berada dalam diam. Tangannya yang melepuh sudah lebih baik dari sebelumnya walau masih terlihat agak merah. Kini, ia duduk di meja makan kecil di dekat dapur, terus berpikir tentang kehadiran Samudra dalam dirinya yang cukup membuatnya repot. Belum sampai sebulan ia bekerja di kafe itu, ia sudah mengalami beberapa insiden. Walau insiden mendebarkan saat Radhia dikagetkan oleh Samudra bukan di kafe tersebut, baginya itu adalah hal yang cukup membuatnya penat. 

"Samudra, keberadaanmu tidak membawa manfaat bagiku."

*

"Halo?" 

Perempuan di balik nomor tersebut tidak menjawab. Hanya kesunyian sebagai dekorasi di situasi tersebut. Samudra menunggu beberapa detik namun tak ada jawaban. Di sisi lain, Reya panik dengan suara tersebut. Suara yang sama seperti suara yang ia dengar di kafe tadi.  

"Ra?" 

Langsung Reya tekan tombol merah dan sambungan mereka terputus. Samudra yang duduk di kamarnya itu pun bergumam, "Shit,"

* 

Enam hari berlalu dan selama enam hari itu, Samudra tidak lupa untuk menelepon nomor yang Reya berikan. Namun, tak pernah diangkat sejak hari dimana nomor itu diberikan. Di pikirannya, Radhia marah sekali dengannya. Namun, ia tak tahu kalau Reya-lah orang dibalik nomor tersebut. Radhia yang tak tahu apa-apa semakin diberatkan karena masalah ini. 

Sebuah hal yang dimulai, harus diselesaikan sampai tuntas, sampai ke akar-akarnya. Benar kan, Rey?


Samudra Yang (Tak) DinantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang