Empat

484 11 0
                                    

Tiga bulan pertama sudah dilalui oleh Dira dan Vinta. Hari – hari mereka disibukan oleh perkuliahan dan kegiatan himpunan. Tak jarang malam hari mereka baru pulang ke rumah kost. Sampai di rumah kost bukan berarti mereka bisa langsung beristirahat dengan tenang. Tugas – tugas mengantri untuk diselesaikan. Apalagi sekarang mendekati musim UTS, setiap matakuliah memiliki tugas yang harus dikerjakan dengan deadline yang singkat. Tak jarang Dira dan Vinta bergadang hingga pukul 03:00 pagi untuk mengerjakan tugas dan pukul 07:00 sudah berada di ruang kelas untuk mengikuti UTS.

Dira keluar dari ruang kelasnya dengan wajah kusut. Itu adalah UTSnya yang terakhir dengan mata kuliah Fisika I. Ia tak yakin dengan apa yang dia jawab tadi, ia mengerjakannya dengan setengah mengantuk. Dira merogoh ponselnya, lampu kuning berkedip menandakan ada notifikasi pada ponselnya. Ternyata dari Aksa.

Aku tunggu di tribun lapang basket jam 9 ya.

Dira melirik arloji yang melingkar di lengan kirinya, pukul 09:00. Dira segera turun dan keluar gedung jurusannnya. Berjalan cepat menuju lapangan basket. Ia mengedarkan pandangannya begitu sampai disana, mencari sosok Aksa.

Ia mendapati Aksa sedang duduk sendirian di pinggir tribun sembari memangku laptopnya. Dira menghampiri Aksa dan duduk disisinya. "Ngapain sendirian disini ?" tanya Dira.

"Gak sendirian, ini berdua," jawab Aksa tersenyum manis. "Gimana tadi UTSnya ? Lancar ?" Aksa kembali fokus pada laptopnya.

"Lumayan. Aku tadi ngantuk banget, jadi jawabannya gak tahu ngelantur apa nggak," jawab Dira sambil membenamkan wajahnya ke pangkuannya. Rasa kantuk ini menggelayuti matanya terus menerus. Ini efek tidur yang tak teratur. "Kamu ngapain ?" tanya Dira penasaran. Aksa terlihat sibuk mengetik sedari tadi.

"Nyelesain laporan keuangan," jawab Aksa singkat. Dira tertegun. Ia baru ingat bahwa Aksa sekarang menjabat sebagai bendahara angkatan di himpunannya. "Beres nih, tinggal dikasihin ke Rizky, biar dia yang print," ucap Aksa sembari mencabut flashdisk. "Masih ngantuk ?" Dira mengangguk pelan, Dira masih membenamkan kepalanya dalam pangkuannya. "Makan yuk," ajak Aksa sembari memasukan laptopnya kedalam tas. "Tapi jangan di cafet ah, bosen."

"Terus mau dimana ?" tanya Dira mengangkat kepalanya.

"Udah, ikut aja. Jangan bawel." Aksa bangkit dari duduknya. "Tapi ke Rizky dulu ya di cafet, ngasihin flashdisk."

Dira bangkit dari duduknya, mengikuti Aksa dan berjalan menuju cafet, menghampiri Rizky. Aksa memberikan flashdisk tadi. Dira juga menitipkan kunci motornya pada Rizky, biar nanti Vinta yang membawa pulang motornya ke rumah kost.

Mereka berdua berjalan menuju ke tempat parkiran motor. Setelah keluar dari area kampus, Aksa melajukan motornya ke arah Jalan Dipati Ukur. Sepanjang perjalanan mereka berdua hanya terdiam. Aksa fokus menyetir sedangkan Dira menahan kantuk yang masih belum mau pergi.

"Bilang aja mau makan steak gitu. Gausah rahasia – rahasian," celetuk Dira saat Aksa memakirkan motornya di salah satu restoran yang meyediakan menu steak dengan harga yang bersahabat dengan kantung mahasiswa itu. Aksa hanya nyengir sebagai jawaban.

"Mau makan apa, Ra ?" tanya Aksa setelah duduk dan menerima menu.

"Chicken double aja. Minumnya soft drink," jawab Dira sembari menyenderkan kepalanya ke tembok dan memejamkan mata. Rasa kantuk ini tak bisa diajak berkompromi. "Kamu gak boleh minum soda, Sa, inget."

Aksa mengiyakan sembari menulis pesanan mereka. Kemudian memberikan kertas pesanannya pada seorang waiter. Lalu menatap wajah Dira. Terlihat sekali bahwa Dira kelelahan. "Dari sini langsung ke rumah kost aja ya, kasian kamu keliatan cape banget," kata Aksa lembut.

Sedekat NadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang