Sebelas

291 10 0
                                    

Kejadian beberapa hari yang lalu membuat Dira menjadi agak ketakutan. Takut Kendra akan kembali datang dan berbuat masalah di kampusnya. Namun, setelah kejadian itu, Dira tak pernah lagi berjalan sendirian. Teman – teman lelakinya selalu menemaninya. Aksa selalu meluangkan waktunya untuk menemani Dira di kampus atau mengantar Dira pulang. Terkadang, anak – anak mesin lainnya yang mengantar Dira pulang jika Aksa tidak bisa.

Lama kelamaan, Dira bisa kembali fokus menjalani aktifitasnya, seperti saat ini ia sedang menjalani tugasnya sebagai bagian dari divisi humas dalam kepanitiaan pada kegiatan yang akan diselenggarakan oleh himpunannya.

"Ra, sekarang kamu ikut teteh ke radio – radio ya. Kita masukin proposal untuk media partner," ujar Faza pada Dira saat keluar dari ruang kesekretariatan himpunan.

"Siap teh. Rencananya kita mau masukin proposal ke berapa radio hari ini ?"

"Target sih 3 sampe 4 radio, kira – kira sempet gak ya ? Udah agak siang nih," Faza melirik arlojinya yang telah menunjukan pukul 10:00. "Sisanya besok lagi aja, sekalian ke redaksi koran juga, biar media partner kita banyak."

"Kayaknya sempet deh teh untuk hari ini," Ine memerhatikan daftar alamat stasiun radio di Kota Bandung. "Tapi kayaknya harus Dira yang nyetir motornya biar sesuai target," tambah Ine nyengir sambil menatap Dira dan Faza.

"Loh emang kenapa ?" tanya Faza bingung.

"Bawa motornya ngeri teh, kayak cowok," Ine tergelak.

"Gak kok teh, biasa aja," timpal Dira.

"Wah, gak apa – apa dong. Bagus malah, dibutuhin banget buat keadaan buru – buru kayak gini. Ya udah, berangkat yuk," Ajakan Faza langsung diiyakan oleh Dira. Mereka berdua berjalan keluar dari gedung jurusan menuju tempat parkir motor.

Dira melajukan motornya menuju Jalan Cipaganti. Mereka sengaja memilih stasiun radio yang letaknya lebih jauh terlebih dahulu. Dira mengendarai motornya secepat yang ia bisa sehingga dalam waktu setengah jam, mereka berdua telah sampai disana.

"Gila ya kamu, Dira," ujar Faza saat menyerahkan helm pada Dira untuk disimpan.

Dira tersenyum canggung. "Biar sesuai target kan."

"Iya iya, gak apa – apa kok. Yuk masuk," ajak Faza. Dira berjalan mengikutinya dari belakang.

***

BARU sore hari Dira dan Faza kembali ke kampus. Mereka bergegas menuju ruang kesekretariatan untuk melaporkan hasil kerja mereka yang berhasil memasukan proposal ke 5 stasiun radio dalam satu hari pada ketua pelaksana acara. Namun tiba – tiba Saka meminta anggota angkatan 2014 dan 2015 untuk berbaris dilapangan.

Setelah mereka semua berada di lapangan, Saka memulai mengevaluasi beberapa kesalahan yang dilakukan oleh kedua angkatan itu, dan akhirnya mereka mendapat 'tindakan' dari Saka atas kesalahan – kesalahan mereka.

Meskipun push up sudah menjadi makanan sehari – hari Dira, namun tetap saja lengannya mulai memanas saat memasuki hitungan ke 6 seri. Nafasnya pun sudah tak teratur. Rasanya ia tak sanggup lagi. Ingin segera pulang ke rumah kost dan merebahkan diri.

"Kamu gak apa – apa kan ?" tanya Dira setelah mereka semua diizinkan untuk pulang.

Dira dan Ine berjalan beriringan menuju tempat parkir motor. "Gak apa – apa kok, cuma tangan aku udah lemes banget," jawab Ine sambil menundukan kepalanya. "Lama – lama aku gak kuat, Ra. Aku gak tahan kalo terus – terusan under pressure kayak gini."

"Hei, tegakan kepalamu engineer. Nanti safety helmet-mu jatuh," ujar Dira pada Ine. "Mungkin sekarang kita mikir buat apa sih senior kayak gitu, tapi suatu saat nanti kita bakal ngerasain manfaatnya. Bahkan kita bakal berterima kasih sama mereka karena udah ngedidik kita.

Sedekat NadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang