= 2 =

32.4K 3.8K 82
                                    


Raja Ampat, Papua, Indonesia
12 Mei 2178



Layar menampilkan sosok pria berusia sekitar 27 tahunan. Dengan tampilan seperti akan tidur atau justru baru saja terbangun karena panggilan dini hariku.

Dia ketua organisasi. Xander.

Holla, Xander … bagaimana kabarmu? Menikmati singgasana ketua organisasi?” sindirku santai sembari masih tetap mengakses beberapa hal sekaligus mengcoding di layar ketiga. Vaea juga masih terhubung panggilannya denganku.

Bisa dibilang multi-video calling, karena memang ini tujuanku. Untuk menjebak Xander.

“Kau sepertinya baru tahu statusmu sekarang, Gabriel …,” sahutnya santai di seberang sana.

Ck, sialan!

“… kau bahkan nekat menghubungiku, dini hari seperti saat ini.”

“Ah … kupikir kau sudah lupa dengan tata kramamu, Xander. Aku hanya menelponmu untuk menanyakan sesuatu.” ucapku berusaha terlihat santai dan bukan terlihat seperti sedang mengumpat dalam hati karena ucapan sialannya tadi.

Aku sedikit menghela napas kasar untuk kembali berbicara dengannya.

“ Bagaimana bisa aku keluar dari organisasi asuhanku—Ah, tidak. Organisasi MILIKKU sendiri ,hm?” balasku tajam sambil menekan tiap katanya agar dia paham maksudku, “kau bahkan bertindak seolah-olah kau mengerti segalanya, Tuan Xander ….”

Well, aku memang mengerti segalanya, Gabriel. Apa kau lupa? Aku bahkan mengerti bagaimana kau sekarang mencoba menjebakku saat ini  dengan salah seorang kepercayaanmu.”

Aku terkekeh pelan mendengar jawabannya.

Cih, sudah berkembang juga makhluk ini rupanya. Sepertinya trik murahan tidak akan berhasil.

Aku lantas diam-diam mengambil sebuah mini-pad yang ada di nakas kiriku dan mengetik pesan untuk Vaea agar bergegas menuju ke tempat yang aku perintahkan padanya.

“Oh ya? Berarti sebuah trik murahan tidak akan berhasil, kan?” ucapku pada akhirnya sembari tetap mengirim pesan berupa sandi pada Vaea lewat sebuah mini-pad ku.

“Huh … sekarang apa maumu, Gabriel? Kau bahkan sudah keluar dari organisasi. Kau tidak bisa berbuat banyak.”

“Tapi, keluarnya aku dari organisasi itu tanpa persetujuanku. Bukankah itu tidak legal dan sah, hah?” balasku datar sembari meletakkan mini-pad ku ketika selesai mengirim pesan tersebut pada Vaea dan kembali mengetik coding istimewaku di layar ketiga.  Terlihat Vaea mengerti dan langsung memutuskan panggilan begitu saja lalu layar kedua menghilang. Kini, hanya ada tiga LED transparan di hadapanku.

“Hahaha! Apa kau baru saja bilang soal hal legal dan ilegal? Ckck, dengar Gabriel. Organisasi ini saja disebut dunia bawah dan banyak dari kita buronan internasional, dan kau masih membahas hal ini legal atau tidak? Hahaha, kau lucu!”  Dia tertawa di sana. Dan aku mulai jengah.

“Kau tidak pernah aktif. Dan kau selalu bekerja sendiri. Kami selalu berusaha untuk menghubungimu, Tapi, hanya Maid-Bot rumahmu yang mengambil alih telekomunikasi. Apa itu yang kau maksud dengan kerja berorganisasi?! Kau individualis, Gabriel!”

Dasar bodoh! Kau masuk perangkapku, Xander.

“Aku sibuk. Aku tak memiliki waktu untuk mengurus misi di organisasi.” ucapku berbasa-basi.

“Itu klise, Gabriel.”

“Cih, persetan dengan itu semua! Sejak awal kau memang tidak menyukaiku sebagai rival di Monaco waktu itu, bukan? Dengan adanya hal ini pun secara tidak langsung kau sudah menyatakan perang denganku, Xander! Apa kau tahu? Aku paling tidak suka kenyamananku diusik. Apalagi dengan anak sok tahu seperti dirimu.”

“Haha, kau hanya seorang gadis buangan, Gabriel! Tidak ada yang terlalu aku takutkan darimu, kecuali otak licikmu itu! Well, syukurlah jika kau memang sudah tahu semuanya. Jadi, aku tidak perlu repot-repot menjelaskannya satu-persatu dan tak perlu bersikap manis padamu lagi, bukan? Hahaha ….“

Aku tertawa pelan mendengar ucapan demi ucapan sok tahu Xander tentang dirinya.

Cih, dia memang tukang membual!

“Oh ya, aku lupa satu hal, Xander,” ucapku bersikap santai menanggapi ocehan tidak jelasnya itu, “Aku  baru saja menemukan gadis cilik yang begitu cantik dan menarik perhatianku di sebuah rumah klasik bernuansa minimalis.”

Kulihat wajah Xander sedikit terkejut dan langsung menghentikan tawanya. Aku hanya menyeringai senang melihat ekspresinya itu.

“Di Sydney, Australia ….”



= TO BE CONTINUED =



Editor : Jihana93 and SixthLy
Thanks guys!


Since : 07-06-2017

ELHACKER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang