TUJUH

29 2 0
                                    

Vote!!! Didahulukan (:

Azya kesal karena salah satu dari mereka—Helen dan Iza— tidak ada yang berniat meresponnya. Jangankan merespon, mendengarnya saja mungkin gak mau. Kalau dengan ucapan ga bisa, dengan terpaksa Azya harus pakai kekerasan. Sadis??? Memang. Tapi... bukan kekerasan yang membuat keduanya terluka.

Kedua tangan Azya terulur untuk menjewer Helen dan Iza yang tak hentinya bertengkar. Mereka mengaduh kesakitan, tetapi sudah dapat jeweran saja mereka masih bertengkar dan melanjutkan aksinya. Azya yang geram melihat keduanya, justru menjewer lebih kencang yang membuat Helen dan Iza menghentikan aksi cibir-mencibir. Seketika itu juga Azya melepaskan keduan tangannya dari telinga mereka.

"Ternyata lu bisa marah, zy! Gw kira ga, Hehe. Udah gitu serem lagi, ngejewer aja bisa sakit banget sampe panas kuping gw." Iza mengusap-usap telinganya. Bukannya marah karena dijewer, justru Iza menampilkan cengirannya.

Helen cemberut. Tetapi, wajahnya berubah sinis saat melihat Iza. Arrgh... Iza lu nyebelin banget sih! hanya batin Helen yang bisa mengumpat, sedangkan mulutnya diam seribu bahasa.

"Kamu kira aku apaan ga bisa marah," cetus Azya.

Helen dan Azya berjalan menuruni anak tangga dengan beriringan, lalu menghampiri Iza yang sedari tadi stay di depan TV.

"Len, bokap nyokap lu belom balik?" Pertanyaan dari mulut Iza terlontarkan pada Helen yang baru saja mendudukkan diri disampingnya.

"Iya, paling pulang malem." Balas Helen disusul anggukkan.

"Pertengkaran bukan berarti akhir dari sebuah perdamaian," ucap Azya. Tiba-tiba, Helen dengan sengaja melayangkan tangannya ke kepala Azya untuk menjitak. Azya mengaduh seraya mengusap-usap kepala. Sekarang, wajah Azya berubah masam. Sedangkan, Helen yang melihat wajah masam Azya hanya menampilkan cengiran di wajahnya.

Iza yang sedari tadi diam, segera membuka mulut, "Bijak banget. Haha." Tawa Iza pecah memenuhi keheningan ruang tersebut.

Tawa Iza yang melengking membuat Helen dan Azya bingung. Suasana menjadi ramai yang hanya diisi dengan tawa. Apalagi, tertawa tanpa sebab. Hanya Iza lah yang mengetahui sebab dan akibat ia tertawa. Helen dan Azya saling tatap melihat tingkah Iza. Senyum jahil Helen terlihat. Beberapa detik kemudian, tangan Helen beralih untuk mengambil cemilan di meja dan memasukkannya kedalam mulut Iza yang terbuka lebar.

Tawa Iza terhenti. Lebih tepatnya sih, terpaksa terhenti. Sekarang, Helen dan Azya yang tertawa, mentertawakan Iza yang tengah mengunyah dengan wajah kesalnya.

"Ayolahhh..." Iza dengan sengaja mengeraskan volume suaranya ketika melihat Helen dan Azya yang tengah menghampirinya. "Helen, Azya, kalian cepet dikit. Nanti gw telat gimana?!" Protes Iza membuat Helen geram.

Helen menjewer sebelah telinga Iza seraya menariknya keluar yang diikuti Azya.

Sabar zyyy... punya sepupu kek Tom and Jerry. Kalo mereka sehari aja ga berantem, sakit kali ya??? Wkwk. Azya mengusap-usap dada dengan cengiran di wajah. Mungkin, tingkah Helen dan Iza yang berstatus sepupu Azya, besok atau lusa mungkin saja ia gak bisa melihatnya lagi.

"Makasih atas jewerannya, ya, Len! Ini udah di luar, lu gamau ngejauhin tangan lu dari kuping gw gitu?!" Spontan Helen menjauhkan tangannya dari telinga Iza yang memerah akibat jewerannya.

"Sorry, sorry. Abis lu cerewet banget. Ngomong-ngomong kapan lu ganti baju?" Helen menyadari kalau Iza memakai baju yang berbeda dari sebelumnya, melontarkan sebuah pertanyaan pada Iza yang memakai celana training dan kaos hitamnya.

"Hahahaha..." bukannya jawab, justru tawa yang keluar dari mulutnya.

Helen mengerutkan dahi melihat Iza yang tawa terbahak-bahak. "Busett. Serem amat ditanya malah tawa. Lu kesambet?!" Tangan Helen terulur kearah dahi Iza masih dengan wajah herannya. "Ko panas dah. Wkwk."

'A' FOREVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang