ENAM

23 4 7
                                    

Vote!!! Didahulukan (:

"Anak-anak, karena sudah bel istirahat, jadi dengan terpaksa ibu hentikan dulu pembelajaran hari ini. Lanjut lagi hari yang akan datang. Assalamuallaikum." Semua murid menjawab salam kompak. Dan seketika itu pula, suasana kelas jadi ramai bagai pasar di hari libur. Hati Helen?? Hari libur atau hari biasa sama saja, kosong-kosong juga. Hampa.

Dira segera memutar badannya menghadap Helen. "Ga ke kantin?" Helen tidak menjawab dengan suara melainkan dengan gerakan, seketika ia tidak mood untuk bicara saat ini.

Dira tahu Helen sedang badmood, karena itu, hanya duduk seraya memainkan ponsel tanpa mengajak Helen ngobrol yang Dira lakukan.

Kalau manusia ataupun benda hidup, mungkin, ponsel yang dibolak-balikan Helen dari sepuluh menit yang lalu, sudah teriak meminta tolong. Kalau saja tidak ada notifikasi. Helen tidak akan menghentikan aktifitasnya. Kedua mata Helen melirik layar ponsel dan melihat sebuah notifikasi. Pengirimnya tak lain Azya.

Jari-jari Helen bergerak mengetikkan sesuatu untuk membalas pesan Azya. Setelah beberapa menit Helen membalas pesan Azya, tak lama Azya muncul di ambang pintu. Helen melihat Azya yang tengah berdiri di ambang pintu, lalu mengisyaratkan Azya agar menghampirinya.

"Halo!" Sapa Azya pada Helen dan Dira.

Helen masih belum mau membuka mulut. Azya datang saja yang menyuruh duduk Dira, padahal mereka-Azya dan Dira- belum saling mengenal satu sama lain.

Kedatangan Anka yang tiba-tiba, mengagetkan Helen. Wajah Helen berubah masam.

"Halo! Gw bisa gabung kan?!" Ucapan Anka membangkitkan Dira dari posisi duduknya, sebelum disuruh pun ia sudah lebih dulu mengerti. Jelas. Ketika kelas X Helen, Anka dan Dira sekelas. Maka dari itu ia tahu.

Melihat Dira pindah tempat duduk, apalagi niatnya agar Anka duduk bersebelahan dengannya membuat batin Helen mengumpat.

"Len! mau kan maafin gw? Gw mau deket lagi sama lu, walaupun cuma sekedar 'teman'." Kata terakhir yang Anka ucapkan sengaja ia tekankan. Senyumnya merekah, "Pisss." Anka memohon seraya tangan kanannya membentuk huruf V.

Rada geli sih liat seorang Anka anak Taekwondo lagi mohon-mohon. Kalo dibilang masalah? Ya, gak nyambung banget. Tapi, yang jadi masalah yaitu, tangan Anka. Jadi penasaran... sebesar apa harapan Anka pada Helen hanya untuk berteman.

Mata Helen melirik kanan-kiri untuk memastikan kalau kejadian tadi pagi gak akan terulang-lagi. Tanpa sadar. Jari telunjuk Helen sudah di mulutnya, mungkin, kalau namanya gak dipanggil jarinya sudah digigit-gigitin. Ia bingung mau jawab apa. Kalo ga gw maafin nanti tuh anak ngulangin lagi, bikin malu gw aje. Arrgh. Gw harus apa?! Batin Helen sudah teriak-teriak. Anka, Dira, dan Azya hanya diam menunggu jawaban yang keluar dari mulut Helen.

"Oke," Helen menghentikan ucapannya sejenak untuk menarik napas, "Gw maafin."

Dira kalau urusan kayak gini rempong. "Yeeeee... akhirnya, jangan berantem lagi, ya!" Teriaknya heboh.

"Iya, iya, Dira." Cubitan Helen di pipi Dira membuatnya mengaduh kesakitan seraya mengusap pipinya yang merah. "Yaudah. Kalian kenapa masih disini?!" Ketus Helen menunjuk-nunjuk Azya dan Anka.

"Anka, kita udah diusir. Ayo! Pulang." Azya menarik lengan Anka, sedangkan Anka yang ditarik malah narik balik.

"Belom bel, gw masih mau disini." Celetuk Anka membuat rona merah di wajah Helen. Baru saja Helen mau bicara, Anka sudah memotongnya lebih dulu. "Yaudah yu, pulang."

Helen hanya geleng-geleng kepala. Melihat Anka dan Azya yang sedang jalan menuju kelasnya membuat Helen mengibas-ngibaskan tangan yang bertujuan mengusir. Dira tawa terbahak-bahak melihat Helen diledek.

'A' FOREVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang