SEMBILAN

20 2 0
                                    

Vote!!! Didahulukan (:

Meja makan yang tengah diduduki dengan Helen dan Azya hanya terdapat dua buah piring kosong untuk mereka. Dari arah dapur, kedua tangan bi Ani tengah membawa piring yang berisi lauk-pauk. Sesampainya di depan meja makan, piring-piring tersebut diletakkan diatas meja makan, lalu bi Ani kembali ke dapur, tak lama... ia kembali—lagi— dengan dua buah gelas yang tengah digenggamnya yang berisi susu putih di tangan kanannya dan susu coklat di tangan kirinya.

Beberapa menit telah berlalu dengan  keheningan. Helen ataupun Azya tidak mau memulai pembicaraan, lain halnya saat di mobil menuju ke sekolah. Topik apapun dapat dibahas selain membicarakan tentang sekolahan ataupun mata pelajaran dan lain-lain.

Di tengah jalan, ponsel Helen dan Azya bergetar berbarengan. Tanda chat masuk. Kenapa bisa bareng? Jelas bisa, karena chat yang masuk itu berasal dari sebuah grup chat yang anggotanya adalah Helen, Azya dan Iza. Mereka sengaja membuatnya dengan alasan sepele, yaitu untuk seru-seruan.

"Non, udah sampe!" Ujar pak Adi hanya dengan menyuarakan saja tanpa menoleh ke belakang.

"Oh, iya, pa. Hati-hati di jalan pa." Azya turun dari mobil seraya mengibaskan tangannya saat mobil yang baru saja ia naiki melaju meninggalkannya yang masih berdiri di depan gerbang sekolah.

Helen??? Tanpa sepatah kata pun ia langsung keluar dari mobil miliknya dan meninggalkan Azya. Sekarang Helen tengah duduk di kursi lobby yang memang disediakan untuk menunggu. Ia hanya memainkan ponselnya seraya menunggu Azya, sedangkan Azya tengah mencari-cari dimana keberadaan Helen saat ini. Ketika pandangannya tertuju pada Helen yang tengah berduduk santai, Azya segera berlari kecil menuju Helen yang sedang berdiam diri, hanya jemarinya saja yang sedang berkutik di layar datar miliknya.

Azya 100% saja belum mendudukkan dirinya di kursi kosong sebelah Helen duduk, Helen sudah menarik lengan Azya.

"Nanti terlambat." Ucap Helen dengan sedikit senyum jahil di wajahnya yang dapat terlihat.

Hanya suara saja yang bisa Azya berikan pada Helen, "Aku baru mau duduk," tanpa diduga dan tanpa sengaja, Azya memutar tubuhnya ke belakang dan membuat Helen teriak kesakitan. "Maaf-maaf! Tangan kamu gapapa kan?" Tanyanya seraya membolak-balikkan tangan kanan Helen, "Soalnya pa Adi nepuk pundak Aku, terus Aku reflek balik badan. Hehe."

Terlihat jelas di wajah Helen yang menunjukkan kalau ia masih kesakitan. "Iya gapapa elah." Responnya tanpa melepas telapak tangan kirinya yang terus mengusap-usap tangan kanannya yang tidak sengaja dipelintir oleh Azya.

"Non, ini, tadi pak Adi nemuin hp di mobil..." belum selesai pak Adi dengan pembicaraannya, Azya sudah memotongnya lebih dulu. "Ahh iya... hp aku ketinggalan, pasti ada yang nelpon. Jadi, pa Adi tau deh! Makasih, ya, udah dianterin." Suara Azya terdengar bergetar dan beda di telinga Helen. Ada apa ya???. Ponsel tersebut segera ia masukkan ke saku seragamnya. Azya, Azya, kenapa ceroboh banget. Batin Azya dengan wajah penuh kekhawatiran.

Azya aneh banget sih, ga biasanya begitu, kenapa ya? Apa ada yang dirahasiain sama gw?! Tapi, rahasia apa coba, bingung gw. Tanya langsung aja kali ya?? Batin Helen.

"Wait, wait, wait. Gw baru sadar, hp lu beda, ya?!" ceplos Helen yang menyadari kalau ponsel Azya berbeda dengan sebelumnya. Dan memang pada kenyataannya, ternyata Azya punya ponsel dua tetapi Helen tidak mengetahuinya dan Azya pun gak ada niatan untuk memberitahunya.

"Sama tau." Azya menjawabnya dengan singkat.

"Non gamau masuk kelas memangnya?" Suara pak Adi mengagetkan Helen dan Azya yang ternyata sedari tadi masih disini belum kembali ke mobil.

"Maulah." Ucap Helen dan Azya berbarengan dan berlalu meninggalkan pak Adi tanpa pamit.

Ketika sampai di depan kelas XI-AK-1, "Nanti ke kantin bareng, Zy," ucap Helen dan langsung melangkahkan kakinya ke kelas XI-AK-2 yang merupakan kelasnya sendiri.

'A' FOREVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang