DELAPAN

13 2 0
                                    

Vote!!! Didahulukan (:

Di depan lift terdapat dua orang dengan pakaian kerjanya yang tengah menunggu pintu lift terbuka. Gak butuh waktu lama, pintu lift pun terbuka lebar, menampilkan dua remaja yang tengah berdiri.

"Tante Vita, om Akyat! Mau ke lantai berapa, tan?" Ujar salah satu remaja pada dua orang yang baru berapa detik masuk ke dalam lift. Dan ternyata, dua orang tersebut adalah orang tua Helen.

Hayoo tebak siapa yang nyapa orang tua Helen??? Apa orang tua Helen mengenal remaja itu atau gak ya? Sedih amat ga di kenal. Ga pemesss sii wkwk. Tapi, sudah biasa ):.

Yang di sapa tampaknya kenal dengan remaja tersebut, "Anka, ya?! Tante sama om mau ke lantai tiga." Ucap Vita sedikit memastikan.

Udah tau kan? Jadi, ga penasaran lagi dong. Kalo masih penasaran... kan ga ada yang perlu di penasarin, jadi gausah. Boom. Karena, sesuatu yang membuat kita penasaran di awal, pasti tidak akan menarik lagi kalau sudah mengetahuinya lebih lanjut.

"Iya tante. Salim dulu deh tan, om, hehe." Tangan Anka terulur untuk mencium punggung tangan orang tua Helen bergantian dan disusul Nira-adik Anka. Gak terasa, pintu lift kembali terbuka. "Sama kalo gitu tan." Lanjutnya seraya melangkahkan kaki keluar dari ruangan kecil itu. Vita, Akyat dan Ira mengekori Anka dan segera menyamakan langkahnya membentuk barisan melebar.

"MA, PA," teriakan seseorang dari arah sebuah restoran membuat mereka-Vita, Akyat, Anka, Nira- menghentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara.

Helen, Azya dan Iza pun bergabung dengan mereka.

Seketika, tatapan Helen berhenti melihat Anka yang sedang dengan orang tuanya. Ortu gw kenapa bisa sama si Anka, njirrr kedua alis Helen saling bertautan membuat kerutan di dahinya. Daripada bicara dalam hati gak ada yang bisa menjawab, lebih baik ia menanyakannya dan sudah pasti ada hasilnya.

"Mama, papa, kenapa bisa bareng Anka?" Selidiknya.

Yang jawab bukan yang ditanya. Aneh ya?. Memangnya dia orang tua Helen. Sudah jelas Helen manggil 'mama, papa', apa dia tuli?! Kasian sekali masih muda tuli.

"Tadi cuma kebetulan aja," ucap Anka percaya diri dengan cengiran di wajahnya. Walaupun manis, tetap saja Helen gak menyukainya. Justru membuat Helen memicingkan matanya, pasti dalam hitungan detik cerocosan Helen akan terdengar.

"Lu ortu gw?! Kenapa lu yang jawab, heran deh gw. Udah gausah cengar-cengir, ga bagus, ga ada yang perlu di pamerin juga. Kalo mau AAAAAA" sebuah cubitan mendarat di lengan Helen yang berasal dari mamanya. Kalau saja Vita gak bertindak, Helen akan terus mengeluarkan cerocosannya dengan cetus secetus-cetusnya orang cetus. Hehe. Jemari Helen tak hentinya mengusap-usap lengannya.

Telapak tangan Akyat mendarat di bahu Anka. "Gausah dipikirin nanti suka." Kalimat yang dikeluarkan papa Helen seketika mendapat respon begitu cepat yang membuat jantung Helen dan Anka berdetak lebih cepat dari biasanya.

Bisikkan di telinga Anka membuatnya segera pamit pada semua orang yang sekarang tengah berdiri bersamanya, terutama orang tua Helen.

Mereka saling melangkahkan kaki, hanya Anka dan Nira yang berjalan berlawanan arah menuju fun world tepatnya di lantai 3. Sesekali Helen melirik ke arah punggung Anka yang semakin lama semakin menjauh dari pandangannya. Sedikit perasaan bersalah tumbuh di dirinya dengan apa yang telah ia ucapkan.

"Kita ikut sama mama, papa, ya?!" Jari telunjuk Helen mengarah pada dirinya, Azya dan Iza.

"Boleh, dong! Iya, kan, pa?" Vita menaik-turunkan alisnya dengan seringaian di wajah yang dibalas acungan jempol Akyat sebagai tanda kalau menyetujui.

'A' FOREVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang