EMPAT

37 7 2
                                    

Vote!!! Didahulukan (:

Anka meraih ponsel yang tergeletak disampingnya. Pandangannya beralih ke layar ponsel dan bergerak menyentuh layar tersebut untuk menyalakan data seluler. Baru berapa detik, ponsel Anka sudah bergetar berkali-kali. Terdapat notifikasi dari instagram. Anka tidak tertarik sama sekali untuk membaca pesan-pesan yang masuk.

Karena merasa bosan, Anka membuka galeri dan berniat untuk melihat-lihat fotonya dengan Helen. Anka berhenti menggeser jarinya ke kiri di salah satu foto Helen yang sedang makan, Helen terlihat sangat bahagia pada saat itu.

Jendela terbuka. Mengundang semilir angin yang masuk ke dalam kamar Anka. Rambut yang tertata rapih menjadi berantakan. Anka menyisir rambutnya kebelakang dengan jari-jari tangan.

Baru berapa menit Anka merasakan kesejukan yang saat ini sangat ia butuhkan. Tiba-tiba, pintu terketuk.

"Ka Anka! Disuruh turun tuh." Teriak Nira seraya mengetuk pintu terus- menerus.

Nira berprinsip tidak akan menyerah dengan apa yang sedang dialaminya. Masalah besar maupun kecil. Seperti sekarang, Nira akan terus-terusan mengetuk pintu sampai pintu terbuka.

Anka yang mendengar teriakan Nira dibalik pintu. Melangkah cepat kearah pintu dan membukanya. Pintu terbuka, seketika ketukan pintu pun berhenti. Tanpa mengucapkan kata. Nira langsung menarik lengan Anka, sedangkan yang ditarik hanya mengikuti saja.

♦A♦

Handuk yang digantungkan di lehernya, ditarik paksa dan mengarahkan handuk berwarna merah itu ke wajah yang penuh dengan keringat. Azya melihat sebuah bangku kosong dipinggir taman, lalu menarik lengan Helen agar duduk bersamanya.

"Banggg..." teriak Helen memanggil penjual minuman. Azya yang tepat disamping Helen menutup kedua telinganya. Suara menggelegar Helen terdengar sangat jelas oleh penjual minuman. Helen tidak menghiraukan Azya yang sedang menutup kedua telinganya karena dirinya sendiri—Helen.

Penjual minuman itupun menghampiri Helen dan Azya yang sedang duduk di bangku taman.

"Bang aqua botolnya dua ya." Penjual minuman itu segera mengambilkan apa yang di pesan oleh Helen dan menyodorkannya pada Helen.

"Berapa?" Tanya Helen dan langsung dijawab oleh si penjual, "Delapan ribu,  neng."

Setelah Helen membayar minuman yang dibelinya, penjual itupun segera pergi dari tempat Helen dan Azya duduk. Pergi mencari pembeli dengan berkeliling.

Azya membuka suara. "Len, boleh aku ambil satu ya?" Azya menjulurkan tangannya untuk mengambil aqua gelas disebelahnya. Helen lebih dulu mengambil dua aqua tersebut dan disembunyikan dibelakangnya.

Azya yang kalah cepat dengan Helen kembali menarik tangannya pelan ke tempat semula.

"Hahaha..." tawa Helen pecah karena sudah berhasil meledek Azya. Perut Helen sakit tertawa terus, segera ia menghentikan tawanya walaupun masih ingin tertawa.

"Ga ngeledek emangnya ga enak ya?!" Jutek Azya.

Helen tunggu balasan aku batin Azya. Azya senyum-senyum sendiri. Helen yang melihat Azya senyum-senyum tanpa sebab, kejahilan Helen muncul dan berniat bersembunyi dibelakang bangku tepat dibelakang Azya.

Azya mengalihkan pandangan ke samping tidak mendapati sosok Helen, lalu ia mencari-cari keberadaan Helen tetapi tidak juga melihatnya. Ketika Azya berdiri. Helen langsung berdiri tepat dibelakang Azya, hanya bangku yang menjadi penghalang. Helen sudah bersiap-siap ingin mengagetkan Azya, tetapi ia menggagalkan rencananya secara tiba-tiba.

Rasanya ingin sekali berlari sekencang mungkin, setelah beberapa bulan tidak melihat orang yang telah mengecewakannya, dan sekarang secara tiba-tiba dipertemukan kembali tanpa disengaja.

'A' FOREVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang