Gaya Tarik-Menarik

1.1K 161 12
                                    


Permasalahan: Seperti adhesi yang terjadi pada campuran air susu dan teh, Aria mengalami terjadinya sebuah gaya tarik-menarik antarmanusia yang disebabkan oleh semesta.

Rumusan masalah: Aria menjadi lebih tertarik untuk menarik lebih dekat.


Sinar mentari menembus jendela kamar. Sedari matahari itu belum menampakkan sinarnya, aku sudah terduduk di atas kasur, menyandarkan punggung ke dinding. Menatap sinar yang masuk perlahan menerangi kamar. Menyinari tumpukan kanvas berlumuran cat berpola di atasnya. Di sampingnya ada kotak tempat penyimpanan alat lukisnya, berbagai jenis kuas dari yang paling kecil hingga paling besar ada. Berbagai macam warna cat yang kian habis karena dipakai untuk mencoret kanvas.

Aku pernah sekali, hanya menorehkan satu warna di atas kanvas. Warna abu-abu, dengan berbagai tingkat kecerahan dan gelap. Seperti yang diketahui, tiap hasil karya seni yang dihasilkan, mempunyai unsur pesan yang tak tersampaikan secara langsung dan jelas. Aku pun begitu, abu-abu itu adalah pandanganku terhadap keluargaku. Aku nggak bisa mengerti kenapa Mama begitu membenci Papa. Aku nggak bisa mengerti kenapa Papa semakin enggan untuk sekedar bertemu Mama. Aku nggak bisa menelisik apa yang dirasa oleh kembaranku sendiri.

Rasa keinginan untuk membenahi segala yang rumit, tentu ada. Tapi lagi-lagi, aku hanya seorang pengamat yang pengecut. Bersembunyi di duniaku sendiri, berharap orang lain akan mengerti kenapa aku bersembunyi. Tapi bukankah manusia seperti itu? Pasti akan ada rasa egois dari dalam dirinya. Semuanya ingin yang lain mengerti.

Komplek perumahan ini memang sepi sejak aku kecil dulu. Dan semenjak perceraian Mama dan Papa, kini rumah malah ikut sepi. Bahkan suara detak dari jam dinding di kamar terdengar jelas sampai ke telinga.

Hari ini Mama akan pulang telat katanya. Kerjaannya ada yang sedang nggak beres dan Mama nggak akan pulang sampai kerjaannya benar-benar terselesaikan, biasanya begitu. Kadang aku hanya diam di rumah, melukis sambil menyeruput teh atau kembali belajar sedikit demi sedikit untuk ujian.

Tapi kali ini aku butuh suasana baru untuk menikmati tehku. Lagi juga, persediaan stok teh semakin menipis dan mengharuskan aku untuk membeli di supermarket.

Aku mulai beranjak dari ranjang untuk mandi lalu bersiap pergi ke supermarket. Mama belum memperbolehkan aku mengendarai mobil, omong-omong. Lagi pula nggak ada mobil yang menganggur untuk dipakai, jadi yang tersisa motor matic untuk dikendarai.

Setelah bersiap selama 20 menit, aku pun mengunci rumah dan mulai mengendarai motor ke supermarket. Jarak rumah cukup jauh untuk bepergian ke ruko-ruko. Belum lagi ditambah di dekat perempatan setelah keluar komplek pasti selalu macet, entah karena apa. Mungkin alasan-alasan ini juga yang membuat aku lebih sering di rumah daripada bepergian. Suntuk di jalan.

Langkah kaki memasuki supermarket setelah memarkirkan motor. Kadang ketika aku sedang sendiri, aku lebih sering tiba-tiba mengingat masa lalu. Bahkan hal kecil sekali pun. Seperti contohnya ya ini, datang ke supermarket yang biasa dulu keluarga kami datangi untuk belanja kebutuhan. Dee yang selalu diam-diam meletakkan barang ke dalam troli tanpa bilang-bilang dan membuat Mama pun meletakkannya lagi secara diam-diam. Papa yang tiba-tiba hilang begitu aja dan ternyata ada di rak-rak selang. Aku biasanya hanya mengekor Mama.

Sekarang udah beda. Mama masih sering berbelanja tapi hanya sendiri, tau-tau di dapur banyak kantung plastik berjejer. Aku yang kebetulan aja belanja yang kuingin, biasanya menitip pada Mama.

Aku berada di depan rak-rak teh dengan beraneka macam jenis. Benda yang menyerupai dompet tapi tergantung kunci membuat aku memungutnya lalu membuka. Ada STNK di dalamnya. Mataku menyisir sekitar, berupaya akan menemukan pemiliknya nggak jauh dari tempat barangnya dijatuhkan.

Diferensiasi [slow-update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang