4| Secret Admire?

33 5 0
                                    

I

Siapa I?
Misterius sekali
Dari kata-katanya sepertinya dia ikhwan.

"Secret Admire yang menyeramkan" ucap Via

"That's right" lanjut Aya

"Kita harus cari tahu" kata Shakiba

"Enakkan bakwan"

"Mie ayam lebih enak" lanjut Aya tak mau kalah.

"Apaan sih kalian ini? Ini serius!" kata Shakiba

Hening sesaat

"Tanya aja ke mbak Tanya!" seru Via semangat.

"Apaaaaaansih?" sahut Kaila dan Via

"Maksudnyaaaaaaaaaaaaaa.... nama orang yang tadi ngasih kotak itu namanya Tanya. Kalo gak salah Sutanya."

"Oooooooo" kami ber-oh ria

******

Lalu kita bergegas naik sepeda. Eh bergegas mencari Mbak Tanya itu kepada pak Seru. Pak Seruddin, pak Satpam pesantren.

Kata pak Seru "Tanya aja nduk sama Ustadzah Shofiyah"

Setelah mengucapkan salam dan terima kasih, kami mencari Ustadzah Shofiyah di ruang kepengurusan yang berada agak jauh dari asrama kami.

"Kaila Lelah" Sha duduk di pinggiran jalan

"Lelah dengan drama?" tanya Via

"Lelah dengan semuah penantians inieh" katanya beralay ria.

"Kamu jangan lelah dong, kan ada aku yang selalu ada di samping kamu buat jagain kamu" sahut Aya gembel. Eh gombal. Kami tertawa sangat lepas tapi tau adab.

Dari kejauhan dan di balik pohon besar ada seorang lelaki yang melihat ketiga ekor gadis itu. Melihat salah satu diantaranya yang tertawa lepas membuat otak lelaki itu merespon agar menarik sudut bibirnya tanpa ia sadari.

"Ukh. Kaila gak mau dipanggil Sha atau Shakiba lagi."

"Why? Shalihahku"

"Aku tau, pasti karena si akang Akar atau si ustadz nopal itu ya yang manggil Sha eh Kaila dengan sebutan yang lembut selembut sutera. Ya kan" kali ini Via yang berbicara

Sha. Eh-Kaila mengheumkan saja perkataan Via.
"Oia Kaila, ntar kalau kamu mau telpon seseorang bilang aja sama kita nanti kita pinjemin handphone kita kok. Lagian kasian banget kamu harus kerja setiap hari di dapur pesantren dengan jadwal madrasah yang super padat."

Kaila hanya mengacungkan jempolnya saja. Lalu mereka memutuskan untuk kembali ke asrama karena mereka lelah jika harus naik-naik ke puncak gunung tinggi-tinggi sekali karena letak gedung itu berada di atas bukit, tak terlalu tinggi, hanya saja itu bermanfaat bagi para petugas dan pengurus di sana agar dapat mengawasi dan mengontrol kawasan pesantren yang luas ini dari atas.

Kaila sedari tadi sudah merasakan ada nyeri di kepalanya, akhirnya ia berjalan dengan lunglai dan alhasil ia menabrak seorang santriwati dari arah berlawanan dan membuat buku santriwati itu terjatuh.

"Astagfirullah, afwan ukh. Ana sedang pusing jadi tak melihat ada ukhty lewat. Afwan sekali lagi" ucap Kaila penuh rasa bersalah.

"Kamu tuh ya gak punya mata apa?!" sahutnya tegas dan ketus. Dari suaranya Kaila, Via dan Aya mengenalinya.

"Afwan ya ana ikut campur. Masalahnya di sini Sha udah minta maaf sama kamu Wa" ucap Via tak kalah tegas tetapi tetap lembut. Ia terlihat marah tetapi ia mencoba untuk menahannya sekuat mungkin.

Pelangi Tak Kasat MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang