Langit hitam masih setia melekat di atas langit, angin pun tak henti-henti menyapu bumi. Do'a keberkahan dari sang Tauladan Muhammad Shalallahu 'alaihi Wa Sallam pun memulai dini hari ini. Para Santri maupun santriwati mulai melangkahkan kaki mereka menuju Kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan mengambil air wudhu dan menyempurnakannya lalu Qiyamul Lail.
Beginilah kisah setelah memulai hidup baru di pesantren. Memulai malam dengan Dzikir dan mengakhirinya dengan Sujud panjang. Di Masjid yang besar itu, ada tiga Akhwat yang sedang khusyuk mengerjakan amalan shalihah. Waktu untuk murojah dimanfaatkan dengan baik tetapi tidak dengan salah satu akhwat yang duduk di tepi malah membuat gaduh karena tak bisa diam.
"Kenapa Anti?" tanya salah seorang yang paling dekat.
"Kaila, buku diary Via ilaaaaanggg" jawabnya lemah.
"Astagfirullah. Kok bisa? Perasaan pas Masjlis masih ada deh, anti bawa kan pas itu?!" yang ditanya malah mengangguk dan mengerutkan kening.
Kejadian selepas kajian rutin ponpes Alfatah tergenang dalam pikiran Via.
Aku jatuh -cinta-. Iya, waktu itu aku nabrak ikhwan. Trus buku ditanganku jatuh. Batin Via.
"Kalau ikhwan itu buka-buka buku Via gimana?" tanyanya pada diri sendiri, sahabat nya yang saat itu sibuk dengan hafalan mereka malah menoleh dan memasang muka hah?.
Di waktu super sibuk untuk menghafal itu pun mengalirlah sebuah cerita rakyat dari mulut Via. Tanggapan dari sahabatnya itu pun hanya melongo dan tak mengerti karena sang lelaki tak diketahui siapa dia. Akhirnya setelah menyetorkan hafalan kepada Ustadzah Shofiyah dan Ustadzah Halimah, para akhwat baperan itu pun pergi mencari buku diary milik Via, tetapi Shakiba tidak bisa ikut dikarenakan ia harus bertugas menjadi pengurus dapur.
Pekerjaan yang dilakukan Shakiba pun tak tanggung tanggung, ia diminta untuk menuangkan minuman yang berada digalon besar untuk dituangkan satu persatu ke gelas para santri, ia juga harus mengaduk dua makanan yang berada di wajan dan panci sekaligus, sebelum itu pun ia dimintai pertolongan untuk menjaga sambal yang masih digoreng hingga membuat dia bersin-bersin, dan memotong bawang bombay 1 kilo tanpa di bantu oleh pengurus lainnya yang juga tak kalah sibuk.
Pengurus dapur di ponpes itu terbilang banyak karena harus mencakup para manusia yang mencapai ribuan. Tak tanggung-tanggung terkadang membutuhkan banyak orang untuk memasak dan menghidangkan makanan.
Ketika para santri dan pengurus dapur tengah sibuk-sibuknya Shakiba malah sibuk melamun dengan tangan mengaduk sayur di atas panci panas. Saat dia mengaduk-ngaduk bayangan putih berkibas-kibas di dekat jendela dapur.
Shakiba terlonjak kaget dan melihat sekeliling. Tak ada perubahan. Semua sama. Sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ia melihat ke arah jendela tadi, dan dia menemukan bayangan hitam seperti bayangan manusia tetapi tak jelas disebabkan kaca yang terhalangi oleh bayangan itu.
"Assalamu'alaikum" salam seorang wanita membuyarkan lamunan dan halusinasinya.
"Wa'alaikumsalam" jawab mereka yang mendengar serempak. Bahkan mereka pun menoleh dan melihat wanita itu juga serempak.
Butuh waktu 14,5 detik untuk sadar siapa wanita yang kini berdiri di ambang pintu dengan senyuman manisnya.
"Mba Yasmine" ucap salah seorang diantara kerumbunan. Ternyata yang menyahuti adalah Najwa. Najwa malah meninggalkan tugasnya dan berlari ke arah wanita itu lalu memeluknya setelah itu dia membawanya ke luar dapur.
Setelah kedua wanita itu pergi, banyak bergumam dan berbicara-bicara. Ruangan itu pun riuh karena bisikan-bisikan golingan manusia yang dihasud Syaitan. "Yasmine?" gumam dari orang-orang yang berada di sana. Mereka berbisik-bisik dan mengerutkan kening. Bahkan ada yang beprasangka buruk tentang wanita yang baru saja memberikan senyumannya kepada semua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Tak Kasat Mata
SpiritualMari bertemu dalam sujud, do'a, dan tangis di malam hari. Di mana ada kamu di situ di dalam do'aku. Kamu menggantikan dia yang lalu dan memperbaharuinya dengan cara sederhana, sesederhana tatapan itu. -ikhwan? Menanti Sang Pemilik Hati menetapkan pe...