6| Masa lalu dan Masa Kini

26 4 0
                                    

"Aku siap menunggumu, sampai kapan pun itu."

Kata-kata itu selalu membuat gundah pria yang kini membaca kitab Tuhfatul Athfal. Pria ini adalah salah satu pengajar di Ponpes ini, dia ahli dalam tajwid dan suaranya sangat indah sekali hingga membuat banyak hati para akhwat melayang-layang dalam angan-angan. Hobinya adalah menyuarakan panggilan Sang Rabb. Dan cita-citanya adalah membawa orang-orang yang di sayangnya masuk dan berkumpul dalam syurga juga yang paling penting adalah membahagiakan orang tua yang tinggal jauh dari sisinya.

"Menikah itu sunnah Rasul, bisa membahagiakan orang tua di kampung, bahagia diperhatiin istri, ada yang ngurusin, ada yang nyanyangin, ada yang nungguin di rumah, ada yang mau dibawa ke Syurga." sahut lelaki berjubah yang berada disampingnya. "Nikah sono" lanjutnya lagi

"Masih 20 tahun kang"

"Nunggu apa lagi? 20 tahun juga gak masalah." jawabnya lagi. "Yasmine udah nunggu lama loh" lanjutnya ceplas ceplos.

"Cukup kang, ana gak mau denger atau ngebahas dia lagi!" bentaknya. "Astagfirullah" mungkin pria yang mempunyai berlubang di pipinya ini sedang dalam hal berat hingga syaitan menguasainya.

"Ana gak tau lagi deh antum berpikiran apa?! Kenapa nolak Si Yas?! Setau ana dia orang baik dan dari keluarga baik juga."

"Ana gak mau denger tentang dia!" katanya penuh penekanan. Kali ini dia benar-benar marah, terlihat sekali dia mengontrol nafasnya yang kurang baik. "Ana pergi. Assalamu'alaikum"
Ia berlalu tanpa memperhatikan seseorang, karena memang tak ada seseorang selain dia dan pria tadi di perpustakaan itu.

Ketika di pintu perpustakaan dia lupa bahwa handphonenya masih berada di meja panjang dalam perpustakaan itu. Pria itu berinisiatif menoleh ke arah ia tadi duduk dengan lelaki penjaga perpustakaan yang memakai jubah.

"Pal, ana simpan aja atau gimana?" kata lelaki itu yang juga mengetahui pria tadi melupakan handphonenya.

"Na'am, simpan aja akh. Ana pergi Assalamu'alaikum" ketika pria itu berbalik dia malah menabrak seseorang karena seseorang itu baru saja ingin masuk ke dalam-hatinya- perpustakaan.

"Astagfirullah" ucap mereka bersamaan setelah akhwat di depannya hampir saja jatuh dan tersentak kaget karena dada bidang pria ini menghalanginya. Tangan pria itu malah berani menyentuh punggung akhwat itu tanpa disuruh.

"Afwan ukh"

"Afwan juga akh"

Aku mengenalinya. Batin pria itu.

Ustadz Nopal? Iya itu ustadz Nopal. Dan dia bukan si akar-akar itu. Ganteng- astagfirullah Sha. Batin wanita itu.

"Ana permisi. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh"

Sha. Batin pria itu lagi ketika mendengar suara salam dari wanita berniqab itu.

*****

Di salah satu pesantren di Bandung ada seorang wanita muda yang menjadi most wanted murahan ia dijuluki itu karena dianggap murah juga sombong.

3 tahun lalu ada sebuah hal yang membuat wanita itu harus kehilangan seseorang yang menurutnya sangatlah berharga dan kehilangan itu disebabkan oleh dirinya sendiri yang telah menghina orang tuanya yang tak lain adalah pemilik dan penggugus pesantren As-Syifa.

"Yas, dipanggil Ummi di suruh bantu-bantu organisasi" kata salah satu wanita yang berdiri di belakang wanita yang tidak sedang memakai niqab dan sangat sibuk dengan kertas-kertas yang berada di tangannya.

"Iyah" jawabnya tegas seperti orang yang tak ingin diganggu.

Ini aja belum selesai malah disuruh suruh yang lain-lain. Batinnya ngedumel.

Pelangi Tak Kasat MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang