Imam Asy Syaukani berkata dalam kitab tafsirnya Fathul Qadir (3: 404).
أي شيء له لا يترك معصية صغيرة ولا معصية كبيرة إلا حواها وضبطها وأثبتها
“Tidak ditinggalkan maksiat kecil maupun besar melainkan tercatat dalam kitab catatan amal tersebut.”
****
Di bawah terik matahari yang kian menyengat, kini Sirius Luvia Arsy, Anaya Lailatus Sa'adah, dan Shakiba Kaila Zahira sedang menanti orang-orang yang sangat istimewa di depan gerbang Pondok Pesantren. Mereka terlihat berpeluh karena telah berdiri dan berdiam lama di atas bumi Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Lama-lama mereka bosan hingga membuat mereka menyerah dan ingin kembali ke pondok.
12 menit menunggu dan akhirnya membuat mereka terduduk di pinggiran taman.
Menunggu itu melelahkan, apalagi menunggu yang tak pasti.
Jika bukan orang istimewa yang datang, mereka lebih memilih mengistirahatkan tubuh mereka yang dituntut bekerja oleh pemiliknya. Overworked kata dari sebuah huruf yang menggambarkan mereka kini. Tugas madrasah, tugas karena kewajiban (Sholat, Puasa, Zakat), tugas menghafal, tugas murojah, tugas piket asrama, tugas memasak, dan tugas-tugas lainnya mereka kerjakan karena lillah tetapi tetap saja itu membuat mereka kelelahan.
"Ekhem, ekhem" seseorang berdehem dengan radius 1,53 meter dari tempatnya. Seorang ikhwan atau lelaki tulen dengan koko putih dan berpeci.
"Assalamu'alaikum warohmatullah waborakatuh" salam seseorang yang bersama lelaki yang berdehem tadi, dengan langkah yang kian mendekat.
"Waalaikumsalam warohmatullah wabarokatuh" jawab mereka karena salam itu WAJIB dijawab. Ketika gadis itu tidak menatap dengan tatapan dari mata ke mata. Bahkan mereka hanya sekedar menjawab salam tak melihat wajah-wajah lelaki-lelaki yang kini berdiri di hadapan mereka.
Matahari menyaksikan dari atas langit. Ia masih setia mematuhi perintah untuk menyinari bumi. Angin pun nampak teratur menyapu bumi. Mata yang tak terjaga akan melihat yang baik dan tidak. Ini yang terjadi ketika Shakiba Kaila Zahira mendongakkan kepala mentap si pemilik sendal jepit selow-selow yang berada di depannya.
"Kenapa?" tanyanya tiba-tiba dengan membuat Shakiba merasakan jantung dugem dan maju mundur dengan cepat. "Lama banget ngeliatinnya. Suka ya?" lanjutnya lagi ketika gadis itu menatap dengan durasi yang agak lama untuk menatap seseorang.
Ketika tengkuk tak lagi tertarik untuk melihat ke arah atas. Shakiba malah mengepak-ngepakan -sayap, ingin terbang. Ciah Sha Melayang- kaki sebagai alasan.
"Bilang aja kalau suka. Udah banyak kok yang ngefensss sama saya" ia terlihat menampakkan senyum disertai lubang yang tercipta alami.
"Rugi banget, ngidolain ustadz" kata Shakiba sinis. "Masih banyak cowok yang lebih ganteng daripada ustadz" lanjutnya lagi membuat Ustadz muda itu menjatuhkan diri di depan Shakiba.
"Tuh kan, kamu bilang saya ganteng?!" mata mereka tak bertemu tetapi angin yang menyentuh mereka memberitahu bahwa ada hati yang saling bertemu dengan detak jantung yang tiba-tiba lari dahulu mendahului mereka yang mematung. "Di mata kamu ada sesuatu" lanjut ustadz itu menunjuk mata Shakiba.
Gadis itu menoleh ke arah sahabat fillahnya memastikan bahwa itu tidak bohong. Tangan mungilnya menyentuh pinggiran kelopak mata, dengan tangan yang berselimut sarung tangan hitam ia tidak merasakan sesuatu di area matanya. "Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Tak Kasat Mata
EspiritualMari bertemu dalam sujud, do'a, dan tangis di malam hari. Di mana ada kamu di situ di dalam do'aku. Kamu menggantikan dia yang lalu dan memperbaharuinya dengan cara sederhana, sesederhana tatapan itu. -ikhwan? Menanti Sang Pemilik Hati menetapkan pe...