2| Hari pertama udah dipanggil-panggil

65 5 0
                                    

Pagi ini aku benar-benar harus meninggalkan sahabat-sahabat ku yang tiga ekor ini.
Mayra, Adel, dan Ashiva.
Kita harus pisah karena aku, Via, dan Aya akan pergi mondok di pesantren milik pak Kyai alias bapaknya Aya. PonPes Al-Fatah

"Jadi kalian bertiga bakalan pergi gitu?" dengan rasa tangis yang tertahan.

"Iya Ashiva" kali ini Aya yang berbicara

Ya aku tak kuat melihat sahabatku menangis apalagi kita akan berpisah lama dan mungkin aku takkan kembali lagi.

"Sha janji ayah kalau Sha pulang, Sha langsung pergi nemuin Teteh"

"Ayah pegang janji kamu. Saat kamu lulus dari pondok itu kamu harus ikut Teteh kamu ke Hadramaut"

"Iya ayah"inginku tumpahkan air mata yang kini mengumpul di mata ku tapi apa boleh buat. Aku tak boleh menangis di depan orang tua tunggalku.

Aku mengingat baik ucapanku pada ayah malam itu. Ya aku harus pergi mengikuti Tetehku dan lagi-lagi harus meninggalkan Sahabat fillahku.

"Ukhty, jangan sedih dong. Walaupun kita pisah Insyaa Allah kita akan sama-sama di Syurga nanti" kata Via

"Iya. Meskipun aku belum siap untuk Merindu.
Meskipun aku belum siap tanpa dirimu. Tetapi, aku di sini selalu mendoakan yang terbaik untukmu" sahut Aya puitis

"Nanti kalau kalian ada waktu longgar kita ketemu-ketemu ya. Jangan lupa Sholat, jangan lupa makan, jangan lupa sering-sering komunikasi sama kita-kita yang ada di sini!" sahut Mayra panjang lebar. "Oh iya jangan lupa Mandi!!"

"Astagfirullah, kalau itu mah gak usah dibilangin Mayra" jawab Via

"Ukh. Aku gak mau melow-melow an sih hari ini cuma ya kondisikan lah kalau hari ini kucingnya Bu Rina melahirkan" kata Adel

"Iya iya ntar kita jenguk kucingnya" jawab Ashiva

"Ukh. Maafin aku ya....." kataku

"Gak papa ukh. Kita kan sebulan lalu sampai hari ini maafan mulu." kali ini Adel kembali nyerocos

"Maafin aku, gak bisa ngejengukin kucingnya Bu Rina. Soalnya kan kalian tau aku, Via, Aya mau pergi. Trus kalian juga tau kalau aku gak suka liat tuh kucing ngedance"

"Ngeden Sha!" teriak mereka semua

"Afwan" kini aku menampakkan gigi putih bersih walau ada cabe nyempil di gigi atasku, aku tau ada yang nyempil soalnya tadi abis makan sambel.

Dan siang harinya saat kami sudah pulang sekolah kami mengadakan lagi pertemuan ala-ala grup kami di rumah Ashiva. Tak biasanya Ayah memperbolehkanku, ya aku selalu dikurung di dalam rumah kaya bebeknya Pak Salah di dekat rumah Pak Sulah.

Aku berjalan dari rumah Ashiva karena:  Pertama, rumahku dan rumahnya berada pada satu perumahan yang sama dan kedua karena sebentar lagi mau Mahgrib. Ya seharusnya aku bergegas tapi karena aku suka sekali dengan senja akhirnya aku memilih berjalan secara perlahan menuju rumahku. Aku sendiri. Ah tidak ntar kalian kira aku Jomblo. Emang sih. Aku berjalan dengan pakaian lengkap dan juga ditemani alam gratis dari Allah. Kali ini aku sudah mendengar ada lantunan ayat-ayat Allah dari sebuah Masjid An-Nur tapi bukan suara dari Syeikh-Syeikh ternama yang terdengar tapi suara orang sedang Murojah. Aku tau surahnya.

Al - Mulk

Salah satu surah favoritku. Oh iya sampai lupa mau pulang ke rumah, mungkin karena terlena-

Terlena......
Ku terlenaaaaaaaa....

-mendengar suaranya. Suaranya menenangkan sekali. Bahkan saking bagusnya aku sampai senyam-senyum sendiri. Makhrajnya bagus dan betul. Betul betul betul.

Pelangi Tak Kasat MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang