Genre: tragedy, paranormal
====================
Di taman dekat rumahku, ada sebuah mitos. Mitos ini sudah ada sejak zaman peperangan dulu. Bunyinya kira-kira seperti ini:
Ketika kau melihat seorang wanita berpayung hitam, jangan pernah mencoba untuk menatap ke dalam matanya.
Atau kau akan mati.
Dan mitos ini sudah berulang kali terjadi. Salah satunya seperti yang menimpa temanku, Naoki Izanagi, sebelum pergi ke sekolah kemarin. Kecelakaan itu terjadi tepat di depan mataku. Sayangnya, hanya paman pengangguran yang selalu duduk di salah satu bangku taman yang melihat sosok wanita itu.
Paman itu berulang kali berteriak, "Wanita itu muncul di hadapanku! Dia tersenyum pada korban sebelum kematiannya!"
Sayangnya, hanya aku dan seorang temanku yang berjalan di samping Izanagi sesaat sebelum kejadian dan aku tidak melihat wanita berpayung hitam. Jadi, polisi lebih mempercayai kata-kataku. Pada akhirnya, setahuku paman itu dibawa menemui dokter jiwa setengah jam kemudian.
***
"Kami bukan teman dekat. Jadi, aku tidak terlalu merasa sedih karena kematiannya." Itulah yang kuucapkan pertama kali saat teman-teman sekolahku bertanya bagaimana perasaanku akan kecelakaan tersebut. "Ini memang pertama kali bagiku melihat seseorang ditabrak oleh truk secara langsung, tetapi aku tidak ingin berlarut-larut mengingatnya."
"Tapi, tetap saja," Iwaki angkat bicara, "kau sangat beruntung karena selamat, Hajime-san!" Cowok berkacamata itu terlihat bersinar sewaktu berbicara. Aura kekaguman terhadapku memancar kuat, sampai-sampai aku berjengit ketika ia mendekat ke arahku.
"Ini seperti Izanagi-kun menggantikan tempatmu atau sesuatu seperti itu," komentar Watanabe, satu-satunya teman masa kecilku yang ikut bersekolah denganku di SMA ini.
Alisku naik sebelah. "Kau terlalu berlebihan, Watanabe-san. Mana ada yang seperti itu," jawabku.
"Maksudku, bisa saja kau yang melihat mata wanita berpayung hitam itu. Paman itu beruntung karena hanya sempat melihat senyumnya saja alih-alih menatap matanya langsung seperti yang terjadi pada Izanagi-kun."
"Bagaimana kalian memastikan kalau Izanagi-san memang benar-benar melihat wanita itu? Aku saja tidak melihatnya. Ingatlah, aku yang paling dekat dengan Izanagi-san sewaktu kejadian."
Watanabe dan Iwaki terdiam berpikir, bergumam panjang, sedangkan aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka. Ingin rasanya tertawa karena percakapan ini terdengar aneh. Wanita berpayung hitam itu hanya mitos. Bagaimana mungkin mereka menanggapi serius perkataan paman yang dibawa ke rumah sakit jiwa?
Aku terkejut sewaktu Iwaki menyarankan ide gilanya. "Bagaimana kalau kita menyelidikinya?" ucapnya, yang membuat mataku membulat. "Lagi pula, area taman sudah dibuka lagi pagi ini, jadi tidak ada salahnya."
Mata Watanabe berkaca-kaca mendengar Iwaki. Kurasa itu tandanya dia sangat setuju. Aku baru saja akan mengatakan bahwa aku tidak ikut karena ada kegiatan ekskul--aku malas mengikuti hal bodoh seperti itu, tetapi Watanabe dengan cepat berkata, "Karena Hajime-kun orang yang tahu persis dengan kejadiannya, dia wajib ikut!"
"Kami akan menunggumu hingga selesai kegiatan klub!" imbuh Iwaki cepat-cepat, seolah dia dapat membaca pikiranku.
Aku tidak menjawab dan hanya bisa menghela napas. Mereka tidak menerima alasan. Ini pasti akan sangat merepotkan. Rasanya benci ketika harus berhadapan dengan orang-orang ambisius seperti Watanabe dan Iwaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kita Terjaga
Short Story[15+] Ketika kita terjaga, biasanya disebabkan oleh banyak hal. Entah itu karena suara berisik di dapur, suara deritan ranting pohon, atau perasaan tentang keberadaan monster di bawah tempat tidur. Namun, kamu pasti akan memilih untuk tetap menutup...