6. Keinginan

210 11 2
                                    

Genre: drama, shounen-ai

====================


Tokyo, 10 Maret 2018.

Teruntuk Haruki Tadashi-san.

Aku tahu hal ini tiba-tiba, tapi ada yang sudah lama ingin mengatakan ini padamu.

Sebenarnya, aku punya sebuah mimpi yang terus berulang.

Kau yang berlari ke arahku dan terengah-engah, lalu menggenggam tanganku dan menuntunku ke sebuah tebing dengan angin laut nan segar. Rambutmu yang biasa tampak klimis berkat gel, teracak-acak mengikuti alunan udara. Suasana damai itu berubah ketika kamu menghadap ke arahku, kemudian mengatakan sesuatu tanpa suara.

Lantas, aku terbangun bersimbah keringat, merasa frustasi sebab tak bisa mengingat kalimat yang kauucapkan. Keesokan harinya, aku hanya bisa memperhatikanmu dari jauh seperti biasa. Kau yang bercengkerama dengan orang-orang, tanpa adanya aku dalam lingkaran itu. Kesepian menderaku, ketika aku tak bisa melakukan apa-apa.

Hal itu terus menerus terulang selama bertahun-tahun. Aku memimpikanmu, tapi aku tak bisa menatap langsung ke arah matamu.

Hingga suatu hari, potongan takdir kita bertemu.

Aku masih ingat yang kau katakan sewaktu melihatku. "Amemori Yui-san?!" sapamu lengkap dengan raut terkejutmu yang biasa, tak berubah sejak terakhir kali aku melihatmu. "Wow! Kau terlihat semakin tampan. Apa kau masih mengingatku?"

Waktu itu, aku ingin berkata, Aku terus melihatmu di kala tidur, bagaimana aku bisa melupakanmu?  Namun, kalimat itu tertahan di ujung lidahku, terasa begitu berat untuk diucapkan. Sampai-sampai, aku hanya bisa mengangguk kaku untuk merespons.

Kau tanpa malu malah merangkulku. Tubuhmu yang lebih kecil dariku, membuatku terpaksa membungkuk. Kau berkata, "Aku ingat sekali dulu tinggi kita tak berbeda sejauh ini," dilengkapi senyum sumringah yang membuat jantungku berdegup kencang. Ditambah napasmu yang sangat dekat, jantungku seakan hendak meledak.

Lalu, kau menepuk kedua lengan atasku. Berkas yang kaujepit di ketiak kirimu terlihat hendak jatuh kala itu. Namun, kau terlihat tak peduli. "Kita harus makan bersama kapan-kapan," katamu. "Apa kau bekerja di gedung ini?"

Aku mengangguk. "Di lantai 15."

"Oh! Aku tahu perusahaan itu! Perusahaan kita sering bekerja di proyek yang sama. Kautahu, perusahaan di lantai 11?" Kau mendengus antusias, menekur penuh semangat dan sesudahnya membungkukkan badan. "Yoroshiku onegaishimasu, Amemori Ryouichi-san."

Aku pun melakukan hal yang sama. "Kochira koso yoroshiku onegaishimasu."

Kau pun mengakhiri pertemuan kita dengan seringai lebar.

Hari-hari berikutnya kita semakin sering bertemu. Semua terlihat natural. Kita benar-benar seperti teman lama. Padahal, tak pernah sekalipun kita berbicara di masa SMA dulu. Namun, keakraban yang ada di antara kita bahkan membuat teman-teman kerja yang lain iri, terutama para wanita jelas-jelas mengidolakanmu.

Aku juga semakin egois, selalu ingin bersamamu dan tak pernah ingin waktu yang kita habiskan bersama saat makan siang berakhir. Ketika jam kerjaku selesai, aku tak pernah berhenti berharap agar dapat bertemu denganmu di lift. Aku bahkan selalu merencanakan apa saja yang akan kubicarakan denganmu, menyiapkan lelucon yang kuragui akan terdengar lucu di telingamu atau mencari tempat yang bagus untuk makan malam bersama sekalipun tak yakin akan sesuai dengan seleramu.

Kemudian, puncaknya adalah kala aku melihat teman kerjamu menggotongmu yang dalam keadaan mabuk keluar dari sebuah kedai dan entah mengapa aku berakhir membawamu ke apartemenku.

Wajahmu memerah karena alkohol. Kau tertidur di atas tempat tidurku, membuatku tak bisa berhenti memandangimu. Rautmu damai, sementara aku menderita menahan semua keinginan erotis yang ingin kulakukan padamu.

Aku hanya bisa menghela napas. Duduk di lantai sambil memimpikan malam yang tak pernah berakhir, tak mau kau pergi dari sisiku. Sebab, aku tak ingin kebahagiaan ini direngut dariku.

Kenapa aku harus terlahir sebagai lelaki? Kenapa aku tak bisa mengekspresikan perasaanku dengan bebas padamu? Apakah Tuhan mampu mengabulkan keinginanku yang gila ini untuk memilikimu? 

Bodoh. Aku tahu cuman satu kata itu yang dapat menggambarkan sikapku selama ini padamu. Aku yang tak bisa jujur. Aku yang sekadar mampu menahan semua gejolak perasaan aneh di dalam dadaku. Aku yang tak kuasa menghadapimu hanya sebagai teman.

Maafkan aku, Haruki-san dan terima kasih untuk selama ini. Aku tahu ketika kau membaca surat ini, kita pasti sudah tak dapat bertemu lagi. Akan tetapi, aku ingin mengatakan hal ini padamu.

Aku selalu mencintaimu. Selalu. Setiap hari sejak pertama kali kita bertemu di hari pertama kita di SMA dulu.

Aku harap, semoga kau dapat hidup bahagia hingga akhir hayatmu. 

Dari seseorang yang seharusnya temanmu,

Amemori Yui

[]

Keterangan:

Yoroshiku onegaishimasu =  sebenarnya, kalimat ini punya banyak arti. Akan tetapi, di sini artinya kurang lebih "Mohon bantuannya".

-san = honorifik formal Jepang. Biasa ditambahkan di akhir nama seseorang.

Ketika Kita TerjagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang