7

9.4K 460 50
                                    

WARNING TYPO BERTEBARAN.
KEABSURD-AN AUTHOR SEMAKIN MENJADI. YANG SUDAH BOSAN DI ANJURKAN MENEKAN TOMBOL BACK, DAN MELANJUTKAN MEMBACA CERITA YANG LAIN.

SEKIAN.

HAPPY READING~

**

Sehari setelah mengucapkan kata kata 'menikah' hati naruto semakin bingung. Ada yang mengganjal dari setiap perkataan gaara tapi dia tidak tau apa, bahkan saat dia tidak ingin mempercayai gaara dia tidak mampu, itu semua karena sikap gaara yang benar benar menunjukan kasih sayangnya pada naruto. Apa yang sebenarnya membuat naruto menyesal setelah mengucapkan hal itu. Seharusnya naruto bahagia kan?

Naruto merenung ditaman belakang rumah sakit. Dia duduk dikursi roda. Badannya masih lemas tidak memungkinkan dia bisa berjalan lancar. Pandangannya tertuju pada bunga matahari. Kuning kelopaknya hampir sama seperti warna rambut naruto. Hari ini gaara tidak bisa datang karena pekerjaannya yang tidak naruto tahu. Sedangkan keluarganya juga belum bisa datang menjenguk naruto dengan alasan mereka juga repot.

"hah~ kenapa aku masih tidak bisa mempercayai gaara?" naruto putus asa. Tangannya mengacak acak rambutnya sendiri. Bagaimana dia bisa melupakan hal yang penting seperti ini.

Kapan?

Dimana?

Bagaimana?

Naruto masih tidak bisa mengingat, malah yang dia rasakan adalah pusing yang menyerang. Sesaat naruto mulai tersenyum.

Tapi.

Kenapa?

Kenapa bibirnya tidak bisa ditarik untuk tersenyum. Ini begitu kaku. Apa yang terjadi. Naruto begitu terkejut tapi matanya tidak bisa melebar juga. Sebenarnya apa yang terjadi.

"ada apa ini. Aku bahkan sangat sulit tersenyum dan melebarkan mata." tangannya bergetar menyentuh seluruh wajahnya. Bukankah wajahnya tidak mengalami luka serius selain kepala dan badan? Tapi kenapa sulit sekali dia untuk mengekspresikan hatinya.

"ada apa ini.. Apa yang terjadi" bahkan naruto tidak bisa mengekspresikan rasa takut.

"aku.. Apa aku memiliki penyakit serius yang lain?" sekarang naruto pun juga tidak bisa menangis padahal dia ingin menangis. Tapi air matanya tidak bisa keluar. Ini begitu menyakitkan dari pada memiliki dua gender. Dia benar benar tidak bisa mengekspresikan apa yang sedang dia rasakan.

.

.

"naruto. Apa itu kau?" suara bariton membuat naruto menoleh kan kepalanya. Dia menatap seorang pria yang juga mengenakan piyama yang sama dengannya. Kulitnya putih pucat. Wajahnya sangat tampan membuat naruto sedikit berdebar.

Tiba tiba pria itu berlutut dan memeluk naruto yang berada dikursi roda.

"maafkan aku. Aku salah. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku. Aku mencintaimu. Kembalilah.. Kembalilah padaku." pria itu memeluk naruto erat seakan akan dia melakukan itu untuk melepas kerinduan yang telah lama disimpan. Tangan naruto terangkat memegang pundak pria asing itu, mendorongnya pelan agar bisa bertatapan langsung dengan pria pucat itu, pikirannya penuh tanda tanya.

"maaf ? apa aku mengenalmu tuan?" ucap naruto polos.

.

.

.

.

.

"kabuto aku ingin kau ke resepsionis. Tanyakan pada mereka apa ada pasien bernama namikaze naruto." sasuke masih belum tenang. Dia masih penasaran, setiap malam teriakan itu selalu terdengar, begitu memilukan bagi yang mendengar tak terkecuali sasuke. Sudah 2 hari sasuke selalu melewati ruangan itu dan mencoba mengintipnya, Tapi selalu gagal. Ruangan itu selalu kosong hanya meninggalkan tanda tanda bahwa ada manusia yang tinggal di sana.

slave boy or girl?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang