Hari ini Jonathan terlihat lebih fresh. Selesai mengepel rumah kemarin, ia langsung tertidur sampai pagi. Faktor ini juga didukung dengan adanya sabun cuci muka baru yang mamanya beli kemarin. Ia mencabut charger ponselnya dari stop kontak lalu menaruhnya dalam tas. Ia berdiri di depan kaca dan senyum-senyum sendiri merasa ganteng.
Ia mengambil tempat berbentuk bulat berukuran sedang dan membuka penutupnya. Ia berdecak lalu keluar dari kamar dan menghampiri Mamanya yang sedang menyiapkan sarapan.
"Ma-"
"Pagi, anak mama." Ucap Mama memotong ucapan Jonathan.
Jonathan tersenyum kaku. "Iya pagi, Ma. Oh iya, pomade ku abis."
Lian menatap anaknya dengan menyipitkan mata. "Perasaan mama baru beli pas tanggal muda."
"Ya sekarang 'kan udah tanggal tua. Udah mau akhir bulan."
Lian mendengus. "Ya udah pake pomade papa dulu."
Bertepatan dengan itu, papanya keluar dari dalam kamar. Ia terlihat sudah rapi dan siap.
"Jonathan mau pake pomade papa?"
Pupil Jonathan melebar. "Nggak. Gengsi lah pake pomade bau bapak-bapak gitu. Nanti dipanggil 'om' sama adek kelas."
Papanya tertawa kecil lalu duduk di meja makan. Lian menuangkan teh manis hangat ke dalam cangkir kecil. "Gitu tuh anakmu, Pa. Gak ada pomade kebingungan. Nilai ulangan jelek santai-santai aja."
"Ya, namanya juga anak muda. Udah gak usah pake pomade kalo gitu," saran papa.
Jonathan pasrah. Untuk hari ini ia memutuskan untuk tidak memakai pomade daripada harus memakai pomade Papanya.
Hal itu ternyata disadari oleh teman sekumpulannya. Setiap kali berpapasan, mereka akan menanyai hal yang sama.
"Tumben jambul lo gak basah. Gak pake pomade ya?"
Dengan ditanyai hal seperti itu, Jonathan jadi merasa dirinya tidak se-ganteng biasanya. Ia berjalan dengan tidak bersemangat ke arah kelasnya, XI IPA 2. Baru ada tiga anak yang datang. Yang satu sedang menghapus papan tulis dan dua lainnya sedang membuka buku paket Kimia. Naluri siswanya pun bekerja. Ia mendatangi salah satu anak yang sedang membuka buku paket Kimia.
"Ngapain buka paket Kimia?" tanya Jonathan.
Anak itu terlihat bingung. "Belajar lah. Hari ini 'kan ada kuis."
Jonathan melotot. "Hah? Kok mendadak?!"
Anak itu memberinya tatapan malas. "Mendadak apanya? Ini 'kan udah dikasih tau minggu lalu."
"Oh, mungkin minggu lalu gue gak masuk." gumam Jonathan.
Jelas-jelas ia tidak pernah absen di hari sekolah.
Ia pun kembali ke kursinya dan membuka buku paket Kimia. Bukunya masih sangat bersih dan tersampul rapi. Seperti buku baru ... dibaca.
Tak lama kemudian, Yogi dan Dudet datang bersamaan. Yogi duduk di sebelah Jonathan sambil menatapnya bingung.
"Gue liat ada yang beda dari lo hari ini," ujar Yogi.
Jonathan mengangkat sebelah alisnya. Dudet tertawa kecil. "Iye. Kagak pake pomade ya lo?"
"Gak usah dibahas," jawab Jonathan singkat.
Yogi berdecak. "Ah, sensi amat lo kayak emak gue. Btw, lo tumben banget belajar Kimia."

YOU ARE READING
Double Jo
Fiksi RemajaJohanna suka bermimpi untuk menjadi detektif. Jonathan suka pake pomade di depan kaca. Hal yang disukai Johanna sangat dibenci oleh Jonathan. Tapi karena Johanna, Jonathan menjadi menyukai hal-hal yang berbau detektif. Menjadi teman dari anak popule...