"Bantuin gue cari pelakunya, please. Cuma lo yang bisa gue percaya."
Johanna meringis ketika lengannya digoyang-goyangkan dengan keras oleh Bella yang menjabat sebagai Bendahara di kelasnya. Bella sangat panik ketika mengetahui uang kas kelas hilang. Bagaimana Bella bisa mempercayai siswi baru seperti dirinya?
"Kenapa gue?"
"Karena lo anak baru. Kalo gue cerita sama yang lain bisa dituduh enggak-enggak."
"Coba lo ceritain kronologis singkatnya," ucap Johanna sambil mengusap lengannya.
Bella menceritakan alur cerita dengan menggebu-gebu seperti sedang bergosip. Johanna sesekali tertawa kecil mendengar Bella menceritakan hal yang sebetulnya tidak perlu ia ketahui. Di akhir cerita, ia mulai menangis. "Ini salah gue. Harusnya gue lebih hati-hati jaga sesuatu."
Johanna mencoba mencerna semua informasi. Ia mengambil buku kecil yang selalu ia bawa setiap hari. Pada bagian cover tertulis 'Detektif Jadi-Jadian' yang ditulis dengan spidol merah dan terdapat gambar kupu-kupu kecil di sekitarnya. Kertasnya sudah menguning dimakan usia. Buku itu pemberian kakeknya yang sudah lama bercita-cita sebagai detektif. Johanna suka menjulukinya Detektif Keriput -dulu sebelum Kakeknya menutup mata selamanya.
Ia mengambil pena lalu menulis beberapa kalimat. "Tunggu. Jadi, lo sempet bawa duit kas ke toko tas?"
Bella mengangguk dan menghapus genangan air mata yang tersisa di ujung kelopak mata. "Iya. Waktu itu 'kan kita mau beliin Pak Pri tas buat kado. Yaa...walaupun kadonya gak jadi dibeli."
Johanna bergumam. "Hmm...lo liat ada orang yang mencurigakan di toko tas itu?"
Bella berpikir sejenak. Lalu ia membulatkan mata. "Ada! Cowok pake hoodie merah. Dia ngeliatin gue terus. Awalnya gue sempet baper. Ah, jadi nyesel gue udah baper."
Johanna kembali menulis. "Terus? Dia ngapain lagi?"
Bella menaikkan bahu. "Gak tau lagi. Dia langsung pergi. Apa jangan-jangan gue dihipnotis sama cowok itu ya? Abisnya dia sok kegantengan gitu deh. Dan kayaknya gue pernah liat dia di suatu tempat."
"Jangan berprasangka buruk dulu. Untuk saat ini gue catet dia di daftar pelaku," Johanna membuat tabel daftar pelaku dan kemungkinan yang terjadi.
Johanna menutup buku dan tersenyum. "Gue akan bantu cari pelakunya sebisa mungkin."
Bella langsung memeluk Johanna dan memekik senang. "Yeaayyy! Makasih, Jo. Jangan bilang ini ke siapa-siapa dulu ya."
Dengan melihat tulisan 'Detektif Jadi-Jadian', Johanna siap melaksanakan tugas.
***
"Tanggung jawab, Gi! Kisi-kisi yang lo kasih gak keluar," ucap Dudet dengan kesal.
Kuis Kimia hari ini sangat-sangat menguras tenaga. Kerah seragam Jonathan sampai basah karena keringat. Dudet marah karena merasa sia-sia membuat contekan. Sedangkan Oci masih tertidur dari pertengahan kuis hingga sekarang.
Yogi yang tidak terima disalahkan langsung membela diri. "Nyalahin gue lagi, si Bocah. Mana gue tau kalo kuisnya dibedain sama anak kelas sebelah."
Jonathan langsung menengahi dengan sok bijak. "Udah, guys. Nilai gak penting. Lo pada kayak gak pernah remidi Kimia aja dah."
"Tau nih. Biasanya juga kita semua remidi bareng. Gak usah diperbesar lah," ucap Yogi setuju. Dudet mendengus dan akhirnya memilih untuk duduk dan membaca komik. Jonathan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dan berdecih.
Dasar bocah sableng, katanya dalam hati.
Ngomong-ngomong ia masih 'mencuri' tabel periodik Kimia tanpa tuan di mejanya. Ia merasa sungkan karena telah meminjam tanpa izin dari pemiliknya. Ia lalu menanyai pertanyaan konyol namun serius kepada Yogi.

YOU ARE READING
Double Jo
Teen FictionJohanna suka bermimpi untuk menjadi detektif. Jonathan suka pake pomade di depan kaca. Hal yang disukai Johanna sangat dibenci oleh Jonathan. Tapi karena Johanna, Jonathan menjadi menyukai hal-hal yang berbau detektif. Menjadi teman dari anak popule...