Jam istirahat ke-2 biasanya lebih lama daripada jam istirahat pertama. Anehnya, kebanyakan murid lebih memilih memakan bekalnya atau mengisi perut di jam istirahat pertama. Kecuali guru-guru yang dapat beristirahat kapan saja bila tidak ada jam mengajar.
Johanna sedang menggambar asal-asalan saat Jonathan datang. Tatapan bingung mengikuti Jonathan yang berjalan menuju meja Johanna dengan langkah siap-tapi-gugup.
"Haii!" sapa Jonathan senang sambil menarik salah satu kursi di depan Johanna.
Johanna menoleh lalu matanya membulat. Ia menaruh pensil lalu menarik kedua ujung bibir hingga terbentuk sebuah senyuman kecil.
"Hi juga," balasnya.
Jonathan pura-pura batuk biar tidak terlihat gugup. Hari ini Jonathan harus percaya diri tampil di depan umum tanpa pomade.
"Uhm ... ini gue mau balikin flashdisk lo. Semuanya udah gue copy," ucapnya sambil memberikan flashdisk.
Johanna mengangguk. "Oke. Ngomong-ngomong gue ada film baru, lho! Yah, walaupun bukan Sherlock Holmes sih, tapi sama kok soal detektif gitu. Bentar gue bawa laptop," Johanna segera mengambil laptopnya dari dalam tas yang ia letakkan di bawah meja.
Dalam hati Jonathan berharap. Kalo bisa, gue lebih suka film Disney atau seenggaknya film Raditya Dika.
Johanna menaruh laptop, menyalakannya, dan menancapkan charger di stop kontak terdekat. Ia memasukkan flashdisk yang langsung disusul dengan bunyi tit tit tit ....
"Wah, ada virus," gumam Johanna.
"Hah?!"
Jonathan dengan sigap menarik kursi lebih dekat ke Johanna. Kantong plastik berisi cimol dingin itu dibiarkannya begitu saja.
"Laptop gue gak ada virus. Beneran deh," ucap Jonathan membela diri.
Johanna masih tetap sabar. Ia melihat isi folder flashdisk dan terkejut ketika ia melihat bahwa tidak ada file disana.
"File-ku hilang ...," lirih Johanna.
Perasaan bersalah langsung menyergap Jonathan. Laptopnya pasti banyak virus karena Papanya selalu memasukkan banyak flashdisk. Atau bisa jadi karena game 'The Sims' yang ia dapat dari Dudet waktu itu berpotensi menyebabkan virus? Virus apapun itu sangat menyebalkan.
"Sorry banget, Jo. Beneran gue minta maaf."
Johanna menghela napas. "Gapapa deh, Jon."
Di kala rasa bersalah menghampiri hati kecil Jonathan, disitulah ia mendapat ide.
"Tunggu sebentar ya," ucap Jonathan lalu melesat cepat ke kelasnya.
"DEDE!" panggil Jonathan ketika ia sudah berada dalam kelas.
Dede—si murid cerdas tapi culun pun menoleh. Jonathan segera menghampirinya dengan terburu-buru.
"De, bantuin gue dong," pinta Jonathan.
Dede hanya mendengus lalu memutar bola mata. "Gak mau."
Jonathan berdecak. "Songong banget sih lo! Emang lo tau gue mau minta tolong apaan?"
"Tugas kimia 'kan?"
"Bukan. Sok tau banget sih."
Bertepatan dengan itu, Yogi dan Oci masuk ke dalam kelas. Mereka baru saja dari toilet—lebih tepatnya Yogi menemani Oci buang air besar lagi. Tidak heran bila wajah Yogi agak lebih pucat seusai menemani Oci.
YOU ARE READING
Double Jo
Teen FictionJohanna suka bermimpi untuk menjadi detektif. Jonathan suka pake pomade di depan kaca. Hal yang disukai Johanna sangat dibenci oleh Jonathan. Tapi karena Johanna, Jonathan menjadi menyukai hal-hal yang berbau detektif. Menjadi teman dari anak popule...