Hari ini Adeeva menjalani hari-harinya seperti biasa. Di awali dengan mandi, lalu sarapan, kemudian pergi ke kampus.
Ketika sampai di kelasnya ia hanya tersenyum menanggapi orang-orang, kemudian ia memilih untuk duduk di barisan pojok paling depan.
Setelah acara kuiz dan kuliah selsai Adeeva langsung pergi pulang, menolak ajakan teman-temannya yang mengajaknya untuk berbelanja dan mengunjungi spa.
Ia langsung menuju appartement, keadaan sepi dan sunyi seperti biasanya. Bahkan ia sekarang lebih akrab dengan kesunyian dan kesepian.
Yang terpenting adalah ia harus membuat ayahnya bangga dengan cara menyelsaikan kuliahnya dengan baik. Ia harus bisa seperti Indriya yang berani.
Tidak ada lagi Adeeva yang pemalu, yang selalu menundukan kepalanya. Yang ada adalah Adeeva yang lantang dengan kepalanya yang selalu terangkat ke atas.
Adeeva kini berteman dengan kedinginan dan kesunyian, kulit dan wajahnya yang putih semakin pucat, seperti tatapan matanya yang kosong. Hidupnya masih sama seperti dulu, hanya berwarna putih dan abu-abu.
Bahkan orang yang paling di hormatinya, ayahnya masih belum bisa menganggap dia ada. Sudah berkali-kali Adeeva merayakan ulang tahunnya seorang diri, tanpa orang-orang yang ia sayangi hadir di sisinya. Hanya Ditya yang mengucapkan selamat ulang tahun via ponsel.
"Aku merindukanmu, putriku."
Saat ayahnya berkata seperti demikian minggu lalu Adeeva terkejut sekaligus senang. Terkejut karna Ditya datang bersama dengan Haidar, dan senang karna Haidar berkata bahwa ia merindukan Adeeva. Walaupun wajahnya terkesan datar dan dingin Adeeva tetap senang.
Tak lama ponselnya berdering. Senyuman terukir di bibir Adeeva, senyuman yang kini jarang sekali terlihat. Ditya menelfonnya, Adeeva terkadang merasa sangat bahagia karna Ditya menelfonnya. Walaupun Adeeva tau Ditya sangat sibuk, tapi Ditya masih sempat menelfonnya.
•••
Adeeva bertemu dengan seorang Reyhan Arsenio di sebuah ballroom hotel tempat berlangsungnya acara peresmian cabang kantor Smith Company.
Pertemuan itu kembali mengingatkannya kepada sosok yang selama ini harus ia lupakan. Tapi tak kunjung juga ia lupakan, Akhtar Zeroun.
Bertemu dengan orang di masa lalu berarti kembali membuka ingatan putih abu-abu itu kan? Kejadian itu kembali berputar di otaknya seperti kaset rusak, membuat rasa sakit menyeruak kembali di hatinya.
Satu pertanyaan yang ia ingin tanyakan, bagaimana seorang Reyhan Arsenio pria yang terkenal dengan kedinginan dan keacuhan mengetahui jika seorang Adeeva yang tertutup selalu memperhatikan Akhtar?
Tiga hari setelah pesta meriah Smith Company, kini keluarga Steward dan keluarga Arsenio tengah melaksanakan acara makan malam bersama yang di adakan di kediaman keluarga Arsenio.
Adeeva adalah orang yang paling sibuk di antara mereka semua. Adeeva menyusun makanan di meja makan bersama pelayan-pelayan Arsenio dan juga Mischa, istri Satria. Adeeva duduk di tengah-tengah antara putra keluarga Arsenio, Reyhan dan keponakan keluarga Arsenio, Devin. Ayahnya yang menyuruhnya.
"Dulu Adeeva satu sekolah sama Reyhan ya?" Devin memulai percakapannya.
"I-iya," sahut Adeeva canggung.
"Gak usah canggung, panggil aja aku kakak oke!" Ujar Devin paham akan suasana.
Malam itu adalah malam dimana Adeeva menemukan satu sosok teman baru, Devin. Walaupun lebih tua tapi mereka menjadi dekat. Adeeva berfikir jika Devin sama seperti Ditya, sama-sama bisa mengerti akan keadaanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Like Square
Short StoryKalau saja Adeeva tidak mencintai pria bernama Akhtar, kalau saja Adeeva tidak di jodohkan dengan pria bernama Reyhan, dan kalau saja Indriya tidak ikut serta dalam kisah ini. Cinta persegi ini tidak akan pernah terjadi, kisah yang penuh dengan dram...