Adeeva memandang pintu coklat yang berada di depannya. Entah berapa lama Adeeva tidak pernah masuk ke dalam sana, ke dalam kamar Haidar. Saat mengetuk pintu jantung Adeeva berdetak dengan kencang, tetapi ia selalu optimis dan memegang prinsip bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Everything is gonna be okay," gumamnya menyemangatkan dirinya sendiri. Di ketuklah sekali lagi pintu coklat itu karna belum ada jawaban.
"Masuk," Suara berat nan dingin itu saja telah membuatnya lemas. Adeeva mengelus dadanya kemudian memutar knop pintu. Ia berjalan ke arah ayahnya yang tengah mengusapkan minyak gosok pada kakinya.
Haidar melirik Adeeva dan memberhentikan kegiatannya. Haidar memandang Adeeva dengan tatapan yang sulit di artikan, tidak pernah Adeeva datang ke dalam kamar Haidar tanpa di perintah terlebih dahulu.
"Aku boleh duduk?" Tanya Adeeva ketika melihat ayahnya tidak menimbulkan reaksi apapun.
"Silahkan,"
Adeeva menarik kursi yang berada di sudut ruangan dan meletakkannya di depan Haidar yang tengah duduk di pinggiran kasur, Adeeva duduk di kursi tersebut.
"Ayah baik? Kaki ayah sakit?" Tanya Adeeva memulai perkataannya.
"Tidak cuma sedikit pegal, kau ada apa kesini?"
Adeeva mengambil asupan oksigen sebanyak mungkin, "ada sesuatu yang ingin aku bicarakan." Haidar tidak merespond ucapan Adeeva yang berarti Adeeva harus melanjutkan kata-katanya.
"Ayah ingat? Saat aku berumur tujuh tahun ayah menyuruhku untuk mengikuti judo."
Haidar mengangguk menandakan ia masih mengingatnya.
"Aku tidak suka olahraga fisik tapi ayah tetap memaksaku kan? Akhirnya aku belajar terus-terusan hingga beberapa tulang kakiku bergeser, ayah ingat?"
Haidar kembali mengangguk, "itu karna kau terlalu memaksakan diri, padahal kau tahu tubuhmu tidak kuat." Haidar menjawab, ia sangat ingat bagaimana ia menyuruh Adeeva berlatih judo dengan keras. Kejadian itu semata hanya karna Haidar menginginkan Adeeva menjadi wanita yang kuat.
"Ayah tahu hal itu tapi ayah hanya membiarkanku dan tidak mencegahku." Suara Adeeva memelan. Haidar terdiam, ia tahu perbuatannya itu salah.
"Kejadian itu terjadi lagi saat aku lulus SMA, ayah! Kau tahu aku tidak menyukai bisnis, aku berminat pada bidang photography. Ayah! Aku berusaha keras agar mendapatkan nilai yang sempurna sampai aku tidak merasakan indahnya berteman dengan seseorang lagi!! Aku selalu belajar di temani dengan kesunyian, meninggalkan masa remajaku hanya karna ingin membuat ayah bangga padaku!!" Suara Adeeva meninggi, Haidar masih diam.
Mata Adeeva menghangat, air matanya perlahan mengalir indah melalui pipinya yang menirus.
"Aku selalu bisa memaksakan diriku untuk menuruti perintah ayah, tapi! Ayah maaf kali ini aku tidak bisa menuruti permintaan ayah."
Haidar masih setia terdiam.
"Aku masih bisa bertahan dengan perintah ayah yang menyuruhku ikut latihan judo dan juga belajar bisnis, aku merubah semua ketidaksukaanku menjadi suka. Tapi sekarang aku tidak bisa mengubahnya ayah, tidak bisa." Adeeva menggeleng-gelengkan kepalanya pertanda ketidak sanggupan dirinya.
"Apa maksudmu?" Haidar bertanya
"Aku telah berusaha mengubahnya tetapi tidak bisa. Aku tidak bisa walaupun aku memaksanya, karna perasaannya tidak dapatku ubah..."
"Walaupun raganya di sisiku, tetapi hatinya pergi ke hati seseorang. Aku tahu aku memiliki ikatan dengannya, tapi tetap saja, te-tetap saja..."
Adeeva terisak, nafasnya tertekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Like Square
Short StoryKalau saja Adeeva tidak mencintai pria bernama Akhtar, kalau saja Adeeva tidak di jodohkan dengan pria bernama Reyhan, dan kalau saja Indriya tidak ikut serta dalam kisah ini. Cinta persegi ini tidak akan pernah terjadi, kisah yang penuh dengan dram...