Adeeva menyenderkan dirinya di dinding. Mencoba melupakan ingatannya pada beberapa jam yang lalu. Adeeva ingin mengalami amnesia pada ingatan itu saja.
"Kamu kenapa?"
Adeeva sontak menoleh dan mendapati Reyhan berdiri dengan wajah datarnya. Adeeva kemudian menunduk tidak berani menatap Reyhan. Meskipun Adeeva tidak menangis tapi tetap saja itu menyakitkan baginya.
Padahal banyak pertanyaan yang ingin Adeeva tanyakan kepada Reyhan soal gadis di appartement Reyhan tadi.
Kenapa Reyhan bersama perempuan lain di appartement?
Kenapa Reyhan memeluk gadis itu?
Apakah Reyhan mencintai gadis itu?
Pertanyaan-pertanyaan itu sangat ingin ia tanyakan kepada Reyhan. Tapi sayang kata-kata tersebut hanya menyangkut sampai tenggorokannya saja.
"Kenapa Reyhan kesini?" Adeeva membalas dengan sebuah pertanyaan lain.
Reyhan menaikkan sebelah alisnya. Adeeva bertanya kenapa Reyhan kesini? Itu berarti secara tidak langsung Adeeva tidak memperbolehkan ia datang kan?
"K-kamu gak papa?" Tanya Adeeva gugup. Ia bisa mengerti Reyhan, pria itu mencintai gadis lain, tapi karna perjodohan ini ia harus berpisah dengan Indriya.
Reyhan menoleh karna mendapatkan pertanyaan yang menurutnya ambigu.
"Maksudnya?" Tanya Reyhan menatap tajam Adeeva.
Adeeva menciut mendapatkan tatapan tajam dari Reyhan. Adeeva sama sekali tidak bisa membaca arti tatapan Reyhan untuknya.
"G-gak, cu-cuma–" penyakit gagapnya tiba-tiba kembali muncul.
"Aku di suruh ayah untuk nemenin kamu jalan-jalan," sahut Reyhan datar.
"Mau kemana?"
"Jalan-jalan."
Adeeva menghembuskan nafasnya lelah kemudian mengikuti Reyhan yang telah berjalan terlebih dahulu. Ia berjalan di belakang Reyhan tanpa berniat untuk mensejajarkan langkahnya dengan Reyhan.
Tiba-tiba saja hatinya merasa sakit mengetahui bahwa Reyha terpaksa menerima perjodohan ini hanya demi kehormatan keluarganya. Pria itu rela mengorbankan kebahagiaannya.
Seraya melihat punggung Reyhan yang berada di depannya. Adeeva terus menyeka air yang mengalir dari sudut matanya.
•••
"Lo dari mana Indriya? Gue bilang kan lo suruh nunggu gue bentar. Gue kan lagi ke toilet memenuhi panggilan alam." Ucap pria berambut cepak ketika ia melihat Indriya keluar dari salah satu lobby appartement.
"Gue juga ada urusan bentar kali, Tar."
Ya pria itu adalah Akhtar! Mereka tadinya sedang makan siang, karna Akhtar pergi itulah yang menyebabkan Indriya memutuskan untuk ke appartement Reyhan sebentar. Ya! Mereka makan di restoran yang ada di sebelah appartement milik Reyhan.
Akhtar memandang Indriya yang nampaknya kelelahan. Bagaimana tidak lelah? Hampir setiap hari Indriya menghabiskan waktunya di kantor hukum untuk menyelsaikan persidangan.
"Ayo kita pergi." Ucap Akhtar seraya menarik pergelangan tangan Indriya.
"Oh ya, lo tau si Reyhan udah tunangan?" Tanya Akhtar seraya berjalan.
Indriya hanya mengangguk.
"Lo kenal sama cewenya gak?" Tanya Akhtar lagi.
"Enggak, tapi kayanya pernah ngeliat gitu." Sahut Indriya cuek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Like Square
Short StoryKalau saja Adeeva tidak mencintai pria bernama Akhtar, kalau saja Adeeva tidak di jodohkan dengan pria bernama Reyhan, dan kalau saja Indriya tidak ikut serta dalam kisah ini. Cinta persegi ini tidak akan pernah terjadi, kisah yang penuh dengan dram...