Indriya turun dari mobil milik Reyhan yang telah mengantarnya hingga ke appartement. Tanpa berkata sepatah katapun Indriya langsung menuju lobby dan menaiki lift.
Tidak lama, hanya 2 menit ia sudah sampai di lantai tujuh tempat dimana kamar appartementnya berada. Ia berjalan menuju kamar nomer 324 lalu mengeluarkan ID card dan menasukan passwordnya.
Belum sempat ia menyelsaikan mengetik kode Indriya di kagetkan dengan Akhtar yang berada di belakangnya.
"Ng-ngapain lo ada di sini?" Tanya Indriya gugup.
Akhtar menaikkan sebelah alisnya, "lo lupa kamar appartement gue di depan kamar appartement lo?" Tanya Akhtar balik.
"E-eh, emang iya?" Tanya Indriya kikuk, Akhtar mengangguk.
"Y-yaudah gu-gue masuk duluan ya?" Ucap Indriya kembali mengetikkan kode yang tertunda tadi.
"In, sampe kapan lo mau ngejar Reyhan hah?" Tanya Akhtar tidak membiarkan Indriya masuk ke dalam, nadanya terkesan frustrasi.
"Akhtar lo?"
"Iya gue ngikutin lo setelah gue liat lo masuk ke dalam mobil Reyhan." Sahut Akhtar lantang.
"Sampe kapan lo mau ngejar Reyhan yang udah jadi milik Adeeva?" Lanjut Akhtar.
"Mereka baru terikat pertunangan, belum nikah kan?" Jawab Indriya seenaknya.
"In, lo gak sadar kalo Reyhan itu udah nolak lo?!" Tanya Akhtar, emosinya tersulut karna gadis di hadapannya ini belum mengerti juga.
"Lo salah–" Indriya menjeda perkataannya.
"Akhtar gak pernah nolak gue." Sambungnya.
"Hah?"
"Dulu gue udah pernah bilang kalau gue suka sama dia. Dia gak nolak gue, cuma dia butuh waktu untuk bisa nerima gue." Jelas Indriya, ia mengerti apa yang berada di fikiran Akhtar.
"Tapi sampe sekarang dia belum jawab pertanyaan lo kan? Terus gimana sama perasaan Adeeva?!"
"Adeeva gak cinta sama Reyhan–" Indriya kembali menjeda perkataannya.
"–Dia cinta sama orang lain."
•••
Keesokan harinya Adeeva menjalani hari-harinya seperti biasa. Ia tengah menjalani rapat dengan empat pemegang perusahaan konglomerat. Di antaranya adalah Smith Comapny, Zer Corporation, Arsenio Corporation dan tentunya perusahaan miliknya.
Lagi-lagi Reyhan tidak menghadiri rapat ini, Arsenio Corporation kini di wakili oleh Devin. Entah kemana perginya si putra tunggal Arsenio.
Pertemuaan ini di akhiri dengan saling berjabat tangan. Adeeva berjabat tangan dengan Akhtar sebagai tanda kerjasama. Ya, empat perusahaan terkenal berkerjasama.
"Mau makan siang bareng?" Tawar Akhtar.
Adeeva terdiam, ingin menolak tetapi tidak ada alasan.
"Aku yang traktir, tenang aja." Sambung Akhtar.
Adeeva mengangguk pelan. Tidak jauh, mereka hanya menuju cafe yang berada di depan kantor. Adeeva juga tidak makan, hanya memesan mango float.
"Kamu gak makan?" Tanya Akhtar.
"E-eh, enggak aku kenyang makasih." Adeeva menjawab kemudian menundukkan kepalanya.
"Aku mau tanya sesuatu sebenernya," Akhtar menyengir seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Adeeva mendongak tidak menjawab, ia menunggu apa yang ingin Akhtar tanyakan sampai mengajaknya makan siang bersama.
"Apa kamu cinta sama Reyhan?" Tanya Akhtar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Like Square
Short StoryKalau saja Adeeva tidak mencintai pria bernama Akhtar, kalau saja Adeeva tidak di jodohkan dengan pria bernama Reyhan, dan kalau saja Indriya tidak ikut serta dalam kisah ini. Cinta persegi ini tidak akan pernah terjadi, kisah yang penuh dengan dram...