Satria duduk di ruangan yang berada di lantai 13 gedung Arsenio Corporation. Tentu saja tamunya penting. Jika tidak, seperti biasanya, Satria Arsenio tidak akan mau menunggu.
Sesekali ia menyesap rasa tehnya yang masih hangat dan tidak terlalu manis. Ia juga memandang ke arah jendela yang sangat besar, menunjukkan langit yang mendung.
Guntur berbunyi dengan nyaring diluar sana. Tetapi suara itu terdengar kecil di ruangan milik Satria yang kedap akan suara. Hingga setetes demi tetes air turun dari atas langit, di susul dengan suara ketukan pintu.
"Masuk,"
Nampak sekertarisnya yang tengah membungkuk mempersilahkan Haidar, tamunya. Haidar berjalan ke arah Satria seiring dengan tertutupnya pintu yang menyisakan mereka di dalam ruangan sunyi ini.
Haidar duduk di depan Satria seraya menatap secangkir teh yang masih mengepulkan asap, sengaja di siapkan untuk Haidar.
"Jadi ada apa sampai kau ingin bertemu denganku?" Satria memulai percakapan.
"Aku tidak suka berbasa-basi, aku akan langsung mengatakannya padamu," sahut Haidar. Satria sendiri mendongakkan kepalanya siap untuk mendengarkan.
"Aku ingin membatalkan perjodohan ini." Lanjutnya dengan air wajah yang tenang.
Mata Satria terbelalak menghilangkan sikap tenangnya, "apa maksudmu?!"
Haidar memandang Satria lalu mengacuhkan tatapan protes dari Satria.
"Tidak ada yang perlu dijelaskan, kita sebagai orang tua sebaiknya mengerti dengan perasaan anak kita sendiri." Haidar menyahut seraya menyesap tehnya.
Satria merubah raut wajahnya menjadi tenang kembali, "oh! Kau tidak ingin memberitahukan alasannya?"
"Alasannya singkat, aku tidak ingin membuat putriku sedih lagi."
Satria tercengang, "putrimu? Kau berniat untuk menikahi putrimu dengan pria yang putrimu cintai itu?!" Jawab Satria dengan menaikkan sedikit suaranya.
Haidar memandang Satria datar, "untuk apa aku menikahi putriku dengan orang yang dicintanya tapi tidak membuat putriku bahagia?"
"Apa maksudmu? Kenapa kau terus mengeluarkan kata-kata yang ambigu?" Satria berdecak.
"Kalau masalah bisnis kita bisa lakukan dengan cara lain, tidak harus menyatukan antar pewaris kan? Lagipula–" Haidar menjeda perkataannya.
"Aku tidak ingin melakukan kesalahan lagi pada putriku. Selama ini Adeeva bersabar karna mewujudkan semua permintaanku, sekarang giliran aku yang mewujudkan permintaannya."
Satria tidak sabar, "Jadi maksudmu Adeeva tidak menginginkan perjodohan ini?!" Tanya Satria dengan nada yang menuntut.
"Justru Reyhan yang tidak menginginkan perjodohan ini. Walaupun tidak bekata secara langsung, putriku tahu bahwa Reyhan tidak menginginkan pernikahan ini."
"Apa?!" Satria bangkit dari duduknya, hilang sudah kekharismaannya. Tetapi melihat sikap tenang Haidar membuat Satria kembali duduk di kursinya, Haidar belum menyelsaikan perkataannya.
"Putramu tidak mencintai putriku, putramu mencintai orang lain." Haidar berkata masih dengan sikap tenangnya, seolah-olah itu adalah hal yang biasa terjadi.
"Apa maksudmu?!" Protes Satria, Haidar mengangkat sebelah alisnya tanda tak paham.
"Seharusnya kau tahu Reyhanlah yang tidak menginginkan pernikahan ini."
"Tidak mungkin," Satria berkata dengan dingin.
"Adeevalah yang mencintai orang lain," ucap Satria lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Like Square
Short StoryKalau saja Adeeva tidak mencintai pria bernama Akhtar, kalau saja Adeeva tidak di jodohkan dengan pria bernama Reyhan, dan kalau saja Indriya tidak ikut serta dalam kisah ini. Cinta persegi ini tidak akan pernah terjadi, kisah yang penuh dengan dram...