Setelah menceramahi Raka Bunda langsung pulang sedari tadi diantar oleh Raka dan sekarang Widi sedang menunggu Raka pulang. Pikirannya melayang entah kemana sampai-sampai saat Raka datang pun Widi tak menyadarinya.
"Assalamualikum" ucap Raka namun tak ada balasan atau sambutan dari Widi, ia masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Assalamualikum" ucap Raka sekali lagi sambil menepuk pundak Widi.
Widi terlonjak kaget, ia menatap suaminya yang kini menatapnya.
"Waalaikumsalam, kamu udah pulang ? Kamu mau langsung makan atau mau mandi biar aku siapin ya" ucap Widi yang hendak bergegas pergi ke dapur.
Tapi Raka menahannya, ia menatap Widi lama sekali. Dan kini jantung Widi berdegup kencang, marahkah suaminya ? Apakah malam ini semua akan berakhir atau malam ini akan ada pertengkaran. Widi segera beristigfar saat sadar bahwa diri sudah su'udzhon.
"Aku mau bicara" ucap Raka sambil menggenggam lengan Widi membawanya kebalkon.
Kini mereka sudah duduk bersebelahan dibalkon, hening tak ada yang membuka percakapan hanya suara angin malam dan jangkrik yang menghiasi keheningan diantara keduanya.
"Maaf" Widi yang pertama kali membuka topik pembicaraan padahal sebelumnya Rakalah yang ingin berbicara.
"Aku ga bermaksud membawa bunda dalam masalah ini, aku tau aku terlalu manja dan tidak dewasa, aku siap menerima konsekuensinya" ucap Widi dengan sangat sendu.
"Aku yang minta maaf atas sikapku selama ini, maaf tidak menghargaimu sebagai istri" uacp Raka dengan nada menyesal.
"Aku tidak pernah marah akan hal ini, akupun tidak ingin memaksamu untuk mencintaiku dengan cepat, aku mengerti perasaanmu" Widi menatap Raka dengan senyum yang sangat manis.
"Mulai sekarang aku akan coba melupaka masa laluku, karena aku telah merajut masa depan dengan mu tapi mungkin butuh waktu"
"Tidak usah terburu-buru mas, kata orang cinta bisa datang karena terbiasa, berapa lama pun itu aku akan menunggu"
"Terimakasih"
"Tidak usah berterimakasih, aku hanya akan menunggu mu, menunggu kekasih halalku menjawab cintaku" ucap Widi, lalu ia masuk kedalam meninggalkan Raka dengan sejuta penyesalan dalam benaknya.
Raka mengusap wajahnya dengan kasar, apa kurangnya Widi, salah besar ia menyakiti Widi sedalam itu. Tapi bayangan Aleya seolah menghantui dirinya, nama Aleya selalu bertahta di hatinya. Aleya wanita pertama yang membuatnya jatuh cinta bahkan sangat dalam karena itu sulit baginya mengikhlaskan Aleya tidak berjodoh dengannya.
###
"Ambilah wudhu" ucap Raka pada Widi yang sedang merapihkan tempat tidur.
"Aku sudah shalat isya mas"
"Bukan, kita shalat 2 rakaat. Seharusnya 3 bulan yang lalu aku mengatakan ini"
Widi hanya terdiam, otaknya tidak bisa merespon apapun apapun ini terlalu mengejutkan, akhirnya Raka mulai mengakui keberadaannya sebagai istrinya.
"Ayo" ucap Raka lagi
"Hah, iya" Widi segera bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
###
Pagi yang sama hanya terasa berbeda dalam rumah yang biasanya hening dan dingin, kini mulai terasa hangat walau masih belum terasa sangat hangat tapi setidaknya hari ini bisa menjadi awal yang baru.
"Ini mas tehnya"
"Makasih" ucap Raka sambil tersenyum.
"Sama-sama mas"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintamu Dalam Do'a
SpiritualSaat pernikahan berlangsung tanpa adanya ta'aruf bahkan bertemu saja belum pernah. Dan lagi tanpa adanya cinta Mungkinkah bisa bahagia ? "Apa kamu tidak Ridha menikahiku ?" ... Bisakah pernikahan seperti ini baahagia ? Atau malah membawa derita. "Sa...