Tiga.

263 8 0
                                    

Widi memasukan baju-bajunya dan Raka kedalam lemari, ia tidak menyangka jika baju miliknya akan sebanyak ini. Setelah kejadian tempo hari tak banyak lagi percakapan di antara mereka.
Ya memang pada dasarnya jarang ada percakapan diantara mereka.

Hari ini Widi dan Raka pindah kerumah milik Raka. Rumahnya sangat nyaman walaupun tidak besar dan sederhana namun terlihat mewah dan menawan, sepertinya Raka sendiri lah yang mendesain rumah ini.

Widi menatap sekeliling kamarnya dan Raka, ia baru sadar ada banyak huruf R dan A yang mengiasi kamar ini, mulai dari gantungan di depan pintu, hingga hiasa yang ada diatas meja. Widi menyentuh inisial A yang besar di atas sebuah meja, pikirannya melayang mungkinkah A adalah orang yang Raka cintai sebelum mereka menikah ?

"Jangan kebanyakan mikir, jatuhnya kamu su'udzhon" ucap Raka tiba-tiba sambil merebut inisial nama A dari tangan Widi.

Widi sempat terlonjak kaget, tadinya ingin rasanya ia bertanya tapi tidak jadi, apalagi melihat sikap Raka yang sedingin tadi. Kini Raka bahkan mengambil semua inisial hutuf R dan A dan ia masukan kedalam kardus.

Akhirnya selesai juga Widi merapikan beberapa barangnya dan barang milik Raka, jika perabotan rumah tangga sudah tersedia hanya tinggal barang-barang pribadi milik mereka yang harus di rapikan tapi rumah inipun tetlihat berdebu sehingga Widi harus membersihkannya terlebih dahulu. Widi merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu, hari ini sangat melelahkan tidak beda jauh dengan hari dimana acara pernikahannya.
Mengingat pernikahan terkadang membuat Widi merasa aneh sudah 3 hari umur pernikahannya namun tidak ada sesuatu yang spesial semua berjalan hanya sebagaimana semestinya, bahakan setelah 3 hari Raka tak pernah menunjukan perasaan apapun pada Widi, dia lebih banyak membaca buku atau Al-Qur'an.
Widi kadang merasa kisahnya seperti cinta yang bertepuk sebelah tangan, tapi mungkin saja kerena ini masih awal jadi ia harus bisa bersikap dewasa dan bijak, sekarang dia bukan lagi anak SMA yang bawel, manja, dan banyak tingkah sekarang dia adalah seorang istri ia harus bersikap dewasa dan bijaksana.

###

Sudah genap 1 bulan pernikahannya tapi semua masih sama tidak ada yang berubah malah sekarang Raka terkadang pulang telat seperti hari ini.

"Assalamualaikum mas, kamu dimana ? Aku udah masak kita makan malem bareng ya" ucap Widi dengan sangat ceria.

"Wa'alaikumsalam Maaf aku gabisa masih banyak pekerjaan, kamu makan saja duluan"

"Oh gitu yasudah, kamu hati-hati ya mas, Assalamualaikum" ucap Widi yang kini penuh rasa kecewa.

Ini bukan kali pertama Raka pulang telat, juga bukan kali pertama mereka tidak makan malam bersama, walau bukan yang pertama tapi rasa kecewanya masih saja sama tidak berubah. Mungkin Allah telah menumbuhkan cinta di hati Widi terlebih dahulu.

Tepat pukul 23.00 Raka pulang, untung saja Raka selalu membawa kunci cadangan jadi ia tak harus membangunkan Widi. Raka kembali mengunci pintu masuk dengan sangat perlahan, tiba-tiba ia berhenti saat melihat Widi yang tidur diatas sofa, Raka berlutut menatap wajah Widi terlihat sekali wajah lelah Widi, mengapa Widi malah menunggunya pulang. Raka hendak menyentuh pipi Widi namun ia urungkan karena Widi sudah membuka matanya terlebih dahulu.

"Kamu sudah pulang" Widi merubah posisi tidurnya menjadi duduk lalu ia mencium tangan Raka.

"Kamu laper ga ? Atau mau mandi dulu ?" Tanya Widi yang terlihat grasak grusuk.

Raka hanya menggeleng dan menahan bahu Widi dengan lembut.

"Lain kali kalu aku pulang telat jangan tunggu aku, aku gasuka" ucap Raka pelan.

"Iya, yaudah aku siapin air hangat ya buat kamu mandi, tasnya nanti aku yang bawa kamu duluan aja" ucap Widi dengan suara yang parau.

Widi membawa tas Raka yang tergeletak di meja, kebetulan ponsel Raka pun teringgal diatas meja. Widi tak sengaja menekan tombol lock screen saat dilihatnya wajah wanita yang terpasang di wallpaper ponsel Raka. Wanita cantik berkulit putih pucat dengan wajah blasteran indonesia dan timur tengah, sangat cantik. Seketika hati Widi terasa sakit, siapa wanita ini, artis kah ? Atau siapa ? setahunya Raka tak memiliki kakak atau adik lantas siapa wanita ini. Widi menghapus air matanya yang mengalir dipipi tidak ingin memperkeruh suasana malam ini.

"Ini mas hp sama tas kamu, aku juga udh siapin air panas" Ucap Widi sambil menyerahkan tas dan posel Raka.

Raka hanya mengangguk lalu kemudian masuk kedalam kamar mandi, seperti biasa Widi akan mempersiapkan pakaian untuk Raka namun pikiran Widi masih melayang pada foto wanita tadi, andai dia wanita yang Raka cintai ikhlaskah dia membagi cintanya atau mengakhiri pernikahannya.

Astagfirullah ucap Widi membatin menepis semua prasangka dan hal-hal buruk yang terus ia pikiran. Widi segera naik keatas kasur merebahkan tubuhnya berharap ia segera terlelap dan melupakan hal tadi.
Raka baru saja keluar dari kamar mandi ia mengambil pakaian yang sudah di sediakan Widi dan segera memakainnya.
Raka duduk diatas kasur sambil memainkan poselnya dengan serius, membuat Widi yang belum terlelap menatap Raka penasaran.

"Mas ga tidur?"

"Duluan aja"

"Mas aku boleh tanya ga ?"

"Apa ?"

"Tadi aku ga sengaja teken lock screen kamu, terus ada foto cewe, dia siapa mas ?" Tanya Widi, sikap yang tidak pernah berubah dari Widi sedari SMA adalah selalu penasaran dan to the poin.

"Kamu buka-buka hp aku ?" Tanya Raka yang terlihat judes

"Maaf aku cuman ga sengaja neken lock screen nya ko"

"Tetep aja ga sopan, lain kali jangan diulang" ucap Raka yang langsung tidur memunggunginya.

Perkataan dan sikap Raka sangat menyakiti hati Widi, semarah itu kah Raka hanya karena foto wanita yang entah siapa. Widi hanya dapat terus menangis dalam tidurnya ia membekap mulutnya sebisa mungkin agar isakannya tak terdengar oleh Raka.
Kini sudah pukul 01.00 tapi Widi masih terjaga ia tidak bisa tidur sama sekali, Widi bangun dari posisi tidurnya ia menyendarkan kepalanya pada sandaran ranjang, ia menatap Raka yang sedang tertidur lelap sepertinya ia sangat lelah. Lagi-lagi air mata membasahi pipi Widi, 1 bulan lamanya mereka bersama apa tidak ada sedikitpun perasaan Raka terhadapanya paling tidak apa Raka masih tidak menerima dia sebagai istri sahnya, hati Widi seolah teriris selama ini ia selalu menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri, tapi dia belum pernah mendapatkan haknya sebagai seorang istri. Widi malah makin terisak ia menutup mulutnya rapat-rapat berharap isakannya tak membangunkan Raka.
Tapi Raka dapat mendengar dengan jelas tangis Widi yang pecah, membuatnya semakin merasa bersalah, membuatnya terus meratapi kebodohannya yang tidak bisa melupakan masa lalunya. Raka akhirnya membalikan tubuhnya menatap Widi yang sedang tertunduk menangis.
Raka menarik lengan Widi yang menutupi wajah Widi. Ia ikut duduk bersebelahan dengan Widi menatap mata sembab sang istri serta wajah pucatnya, seberapa lama istrinya menangis ? Batinnya.

"Kenapa belum tidur?" Tanya Raka.

Widi tak kuasa menjawab pertanyaan Raka isakan tangisnya membuatnya sulit berbicara.

"Maaf" akhirnya hanya kata itu yang terlontar dari bibir Widi.

"Aku tadi cuman mimpi ko mas" dusta Widi.

Tak ada respon dari Raka ia malah kembali melanjutkan tidurnya tanpa memperdulikan lagi Widi, entah ia malah mengurungkan niatnya untuk menenangkan Widi.
Widi mengucap istigfar dalam hatinya, ia sudah berdusta pada Raka ia tahu itu tidak baik dan dosa, tapi Widi pun tidak ingin memancing permasalahan dalam rumah tangganya dengan cara ia beucap akan rasa cemburunya.

-¤-

Mencintamu Dalam Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang