Empat (Revisi)

291 6 4
                                    

Seperti pagi-pagi di hari sebelumnya Widi selalu mempersiapkan segala keperluan milik Raka, membuatkannya sarapan, dan memastikan semua barang yang Raka harus bawa tidak tertinggal.
Raka baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah. Widi menatap Raka ada suatu hal yang ingin ia sampaikan pada Raka, tapi ia takut menyinggung Raka.

"Ada apa?" Tanya Raka dingin.

"Mas, kalo kamu mengizinkan aku ingin kerja lagi di klinik tempatku bekerja dulu, tapi itu pun atas izin mu" ucap Widi Ragu ia tidak ingin Raka berpikir bahwa dirinya merasa kekurangan dengan nafkah yang Raka berikan selama ini.

"Emang gacukup uang dari aku?" Betul saja Raka malah berfikir kearah sana.

"Bu-bukan bukan mas, maksudku itu, kamu kan pulang malam dan pekerjaan rumah tidak terlalu banyak, kadang aku hanya merasa bosan saja mas, lagipula mubazir bukan bila ilmuku tak terpakai sudah susah payah aku kuliah, lagi pula pekerjaan ku di klinik hanya sampai sore ko mas, insya Allah sebelum mas pulang aku sudah dirumah. Lagipula sebelum Allah titipkan bayi di rahimku aku ingin melakukan pekerjaanku sebagai dokter" kalimat terakhir Widi seolah terlontar begitu saja seolah nuraninya yang ingin berbicara.

"Terserah" begitu banyak kalimat yang Widi lontarkan namun hanya satu kata yang dibalas oleh Raka. Bahkan Raka tidak menggubris kalimat terakhir Widi yang seolah adalah kode untuk Raka. Widi hanya mampu menghela lagi nafasnya, mungkin ia harus lebih bersabar.

##

Widi menatap ruang kerjanya yang sudah lama ia tinggalkan semenjak beberapa bulan lalu saat ia mulai sibuk mempersiapkan pernikahan hingga akhirnya menikah dan hingga hari ini. Nyaman rasanya berada di rugan bercat putih nan sepi itu, hanya ada dia sendiri, ditambah aroma obat dan anti septic yang menusuk hidung namun tidak bagi Widi.

"Assalamualikum, bu" ucap seorang suster yang baru saja memasuki ruangan Widi.

"Waalaikumsalam, sudah apa pasien?" Tanya Widi.

"Iya bu"

"Baik dipersilahkan masuk saja ya"

Kembali bekerja sepertinya memang pilihan yang tepat bagi Widi, seketika semua kerisauan hatinya dapat ia lupakan. Bertemu dengan banyak pasien dan para perawat sangat membuat harinya hidup tidak sepasif hari-harinya kemarin, yang hanya bisa ia habiskan untuk merenungi masalah dalam rumah tangganya.

"Saya pamit ya, Assalamualaikum" ucap Widi pada perawat yang berjaga didepan.

"Iya bu, Waalaikumsalam"

Widi segera menyetop taxsi sebisa mungkin ia harus sampai di rumah sebelum maghrib, untuk mempersipkan makan malam untuk Raka, yah sebenarnya makan malam untuk dirinya sendiri karena Raka sangat jarang sekali makan di rumah.

Widi segera menaruh tasnya dan bergegas menuju dapur, hal pertama yang ia lakukan adalah memasak nasi lalu mengelurkan sema bahan-bahan makanan yang akan ia masak.

Waktu sudah menunjukan pukul 17.00 sebentar lagi Raka seharusnya sudah pulang. Dengan secepat mungkin Widi memasak masakan yang mudah dan cepat, setelahnya ia bergegas merapikan rumah lalu membersihkan juga tubuhnya yang sudah lengket.

Akhirnya semua pekerjaan tertangani dengan tepat waktu, walau harus ekstra cepat dan cukup panik tapi Widi senang setidaknya ia tidak akan mengecewakan suaminya. Pukul 18.45 Raka sudah pulang ia mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

"Assalamualaikum" ucap Raka

"Waalaikumsalam" ucap Widi dengan senyum yang selalu ia pamerkan pada sang suami

"Aku udah siapin air hangat buat kamu mandi"

Raka hanya mengangguk pelan dan segera masuk kedalam kamarnya. Seperti hari-hari biasanya Raka selalu saja sedingin es batu  tapi Widi sudah mulai terbiasa dengan hawa dingin itu.
Setelah mandi Raka segera pamit untuk shalat berjama'ah di masjid.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mencintamu Dalam Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang