Chapter 1

752 45 17
                                    

Sebelumnya..
Aku pikir dialah Erza ke-2. Dan dari sinilah kisah ku dimulai, dimana hidupku berubah 100% karenanya.
.
.
.
Chapter 1..

Sepuluh menit terlewat, kami pergi ke rumah Luce untuk mengambil pakaian dan buku. Selama perjalanan suasana hening, kami tak melontarkan kata-kata sama sekali. Yah meskipun begitu, entah mengapa aku tiba-tiba jadi curi-curi pandangan padanya (Hayo..Natsu nih ya..😆..). 'Tapi tetap saja dia yang salah, kalau tadi siang dia tidak berkata kasar pada ku ini pasti tak terjadi' ucapku dalam hati sambil mengingat kejadian tadi siang. Tiba-tiba suara Luce memanggilku.

"Natsu!". "H-Hai' ada apa?" Ucapku. Tiba-tiba Luce tertawa, "Oi, kenapa ketawa?". "Hahaha..habis..ekspresi mu waktu aku panggil kayak takut banget." Ucapnya. Dasar cewek ini hobinya membuatku marah. "Jadi ada apa?" Tanyaku. "Itu..apa kau masih marah karena tadi siang?" Ucapnya sedikit menunduk. "Tidak, aku sudah memaafkan mu!" Ucapku sambil menaruh tangan ke belakang kepala. "Benarkah? Kalau begitu terima kasih!" Ucapnya tersenyum. Aku yang melihat senyumnya memalingkan wajah. Entah mengapa aku merasa wajahku panas.

Seketika hening melanda. Aku akhirnya menghadap ke Luce dan..dan..kami bertatapan. Tiba-tiba wajahnya merah dan dia menimpukku dengan tas nya. "K-Kenapa melihatku se-seperti itu?" Ucapnya. "Aduh, bukan seperti itu. Tiba-tiba saja hening, jadi aku ingin bicara denganmu tapi tiba-tiba kau melihatku.". Kami saling melotot lalu memalingkan wajah kesal. "Hei, yang tadi siang ku maafkan tapi ingat kita tetap lah rival!" Ucapku masih memalingkan wajah. "Hai', tapi terima kasih mau memaafkan ku." Ucapnya. "Tidak masalah, hei berapa lama lagi kita sampai ke rumahmu?". "Kita sudah sampai." Balasnya sambil berhenti di depan sebuah rumah.

Aku membalikkan tubuhku menatap rumah milik Luce. Ku lihat bahwa rumahnya..rumahnya..besar buanget..(author alay). Luce menatapku bingung karena aku masih kercengang melihat rumahnya. Tiba-tiba dia berkata, "Natsu, kau tak mau masuk?". "Ah, iya aku akan masuk.". Kami masuk dan bertemu taman. 'tamanya besar sekali' ucapku dalam hati. Aku terus melihat sekeliling hingga akhirnya kami berada di depan pintu masuk. "Tadaima, Virgo aku membawa teman tolong buatkan dia minum ya!" Ucap Luce. "Hai' Hime. Hime apa anda akan tinggal di rumah pacar anda ini seperti kata Tuan Jude?" Tanya gadis berambut sakura dengan baju maid sambil menunjuk ku. Seketika wajah ku dan Luce memerah dan berkata "KAMI TIDAK PACARAN!". "La-Lagi pula kami ini rival!", "Benar!" ucap Luce yang ku sambung. "Ya sudah aku ingin menyiapakan pakaian ku dulu." ucap Luce, eh..Lucy.

Lucy naik ke lantai 2, Virgo atau siapakah dia tersenyum ke arah Lucy sampai akhirnya mendengar suara pintu tertutup. Kemudian hening beberapa detik. Virgo berbalik arah menghadap ku dan menodongkan pisau kearah ku. Aku hanya bisa mundur teratur dan seketika keringat ku bercucuran. "INGAT INI! JIKA KAU MEMBUAT HIME MENANGIS, KUBUNUH KAU!" ucapnya sambil memberi deadglare pada ku lalu pergi. Aku meneguk air liur ku. 'D-Dia lebih sadis dari pada Lu-Lucy.' (wah...Virgo jadi galak 😂).

Karna Lucy agak lama, aku memutuskan untuk menemuinya. Aku menaiki satu-persatu anak tangga. Aku masih tidak percaya bahwa rumah Lucy sangat buesaar (alay 😅). Aku melangkah ke salah satu kamar, aku yakin bahwa ini adalah kamarnya. Dengan sigap aku mengetuk pintunya berkali-kali. Tak lama seseorang membuka pintu. "BERISIK TAU!". "Oh, ternyata benar ini kamar mu, Luce." ucap ku sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. Dia terdiam dan menunduk, tiba-tiba sebuah pukulan meluncur ke kepala ku. "ADUH! kau ini kenapa?" tanya ku padanya. "Luce? Apa-apaan nama itu! Namaku Lucy! Ingat itu!" ucapnya sambil memberi ku deadglare. Aku menelan air liur dan meminta maaf. Lucy menghela nafas dan mengajak ku masuk ke kamarnya. 'Huh, untung dia memaafkan ku kalau tidak bisa gawat.' umpat ku menghela nafas lega.

Seperti dugaan ku, kamarnya sangat lebar. Saat melewati pintu, kalian akan bertemu dengan lemari buku berukuran besar di sebelah kanan. Kemudian ada kasur empuk berukuran jumbo yang berhadapan dengan tv berukuran 65 inci. Di sebelah kanan kasur ada meja rias. Sedangkan di sebelah kiri kasur terdapat lemari. Di sebelah kiri lemari buku ada meja belajar besar. Dan di pojok ruangan ada kamar mandi, beserta bathub dan showernya. Luar biasa luas, mungkin aku bisa berlari-lari di kamar bila punya kamar sebesar ini.

Lucy menatapku dengan tatapan heran. Sedangkan aku masih merasa takjub. "Hei Natsu, sampai kapan kau akan merasa takjub setiap melihat isi rumah ku?" tanya Lucy. "Eh maaf, apa kau sudah selesai berkemas?". "Sudah, baiklah ayo ke rumah mu.". Aku berjalan ke arah meja belajar nya. "Hei bawalah ini!" ucap ku sambil menunjuk laptob dan headphone. Dia menatap ku bingung. "Bawa saja!" ucap ku. Dia mengangguk dan memasukan nya ke dalam koper.

Kami turun ke bawah, tepatnya ruang tamu. Virgo tersenyum ke arah Lucy. Saat Lucy membuka pintu Virgo menatap tajam ke arah ku. Aku mengangguk meyakinkan bahwa aku takkan pernah membuat Lucy menangis. Virgo yang melihat ku mengangguk tersenyum. Saat Lucy berbalik dia hanya menatap bingung ke arah ku. Aku menariknya dan menggeleng tanda tak terjadi apa-apa.
.
.
.

Kami masih dalam perjalanan menuju rumah. Dan suasana hening kembali. "Oi, Lucy.". Orang yang di panggil namanya berbalik. "Aku ingin berjanji satu hal pada mu!", "Apa itu?" tanya Lucy. Aku menarik nafas ku dan menggenggam kedua tangan nya. "Aku berjanji aku tidak akan pernah membuat mu menangis, aku berjanji!". Tanpa sadar aku mendekatkan wajah ku ke Lucy. Wajahnya tiba-tiba memerah, aku tersadar dan memalingkan wajah. "A-Ano, bisa tolong lepaskan tangan mu." ucapnya masih tersipu. Aku segera melepas pegangan ku dan berjongkok malu.

'Untung hari sudah senja jadi tak ada orang. Apa sih yang ku lakukan, bodoh-bodoh.' umpat ku sambil menarik rambut. "Natsu, kau kenapa?". Aku berdiri dan menghadap kearahnya. "Ah, tidak apa-apa. Maaf soal yang tadi." ucap ku sambil menggaruk kepala yang tak gatal. "Tak apa, aku senang kau membuat janji seperti itu. Arigatou." ucapnya tersenyum. Saat itu aku sadar bahwa perempuan ini bisa jadi sahabat yang baik. Eh-bukan maksudnya rival yang adil.
.
.
.

Kami sampai di rumah, dan tepat saat itu adik ku datang. "KAKAK, SEJAK KQPAN KAU PUNYA PACAR?" itu yang Wendy katakan. Dan itu benar-benar membuat kami syok.
.
.
.
Bersambung...
.
.
.
.
.
Terima kasih pada para pembaca yang setia menunggu. Maaf bila mungkin cerita nya nggak jelas dan lama banget up nya. Sampai jumpa di next chapter.

Thank You My Lady [nalu fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang