8

915 102 13
                                    

Mereka bertiga pun melangkah pelan mendekati orang itu, dengan Kinal yang berada didepan menyusul Viny dibelakangnya.

Betapa terkejutnya tiga orang itu. Bukan cuma tas Dyo yang ada bersama orang itu, namun juga sang pemilik. Anak malang itu terkapar lemah dihadapan seorang berjubah itu. Sepertinya dia pingsan, kondisinya terlihat begitu mengenaskan.

Kinal pun mendekati orang itu, menepuk pundaknya perlahan.

"Hei!".

"Waaaa!!". Namun orang itu terkejutnya bukan main.

Dengan refleks ia melayangkan tongkat kayu yang dipegang oleh tangannya pada Kinal. Beruntung anak itu dapat menghindar dengan baik. Namun naasnya balok kayu itu malah mengenai wajah Viny.

Walaupun mengenai bagian hidungnya saja, tapi itu ternyata mampu membuat hidung Viny berdarah cukup banyak.

"Aaww!". Ringisnya saat memegangi hidungnya sendiri.

Anak berjubah coklat itu itu segera berdiri, menghunuskan sebilah pisau pada ketiga orang yang asing menurutnya itu.

"Siapa kalian?!".

"Hei, hei, rileks... Kita bukan orang jahat". Kinal mendekatkan langkahnya pada gadis itu.

"Berhenti! Jangan mendekat!". "Mau apa kalian?!!".

"I-itu... Yang pingsan disana itu teman kami". Anak itu menunjuk Dyo dengan dagunya.

Memanfaatkan kesempatan itu, dengan cepat Kinal menarik tangan anak itu. Mengunci tangannya diantara dua lengan anak itu. Ia biarkan anak itu meronta-ronta untuk melepaskan diri darinya. Tenaga Kinal lebih besar dari yang ia duga.

"Lepasiiiinnn". Kinal tak mempedulikan teriakan malang anak itu.

"Liat keadaan Dyo. Pastiin dia baik baik aja!". Perintahnya pada Yona dan Viny. Dua gadis itu dengan sigap berlari kearah Lidya. Memberikan banyak air pada gadis malang yang sudah terkapar itu.

Anak itu tak bergerak sama sekali, bahkan untuk menggerakan jarinya. Viny dan Yona tentu mulai panik dengan itu. Mengguncang tubuh Lidya berulamg ulang dan sekuat mungkin pun tak ada gunanya.

Viny lalu mendekatkan telinganya ke dada sebelah kiri Lidya. Mencoba mencari detak jantungnya.

"Dia sekarat". Gadis gurun itu berbicara. Seolah menjawab pertanyaan Viny.

"Sebentar lagi dia mati, apapun yang kalian lakukan gak akan ada gunanya". Lanjut anak itu tadi.

Kinal membanting tubuh anak itu hingga ia tersungkur ditanah.

"Apa maksud kamu?! Apa yang udah kamu lakuin ke dia?!!". Sergah Kinal.

"Aku gak berbuat apapun! Badai itu yang melakukannya. Dia gak cukup kuat untuk lawan badai itu. Dia kalah. Kalah, artinya mati!". Balas gadis itu dengan tatapan sengitnya.

"Apa yang harus kita lakuin Vin?!! Jangan diem aja!". Yona mulai panik dengan penuturan anak itu.

Viny yang ditanya hanya diam saja, namun sepersekian detik wajahnya kembali cerah. Tanpa berkata apapun ia pergi meninggal ke empat orang itu. Viny berlari begitu cepat, melesat bagaikan angin.

Anak itu sampai di bawah pohoj tempat teman-temannya beristirahat.

"Eh,  kok kamu sendiri, yang lain mana?". Tanya Shani saat melihat Viny.

Yang ditanya sama sekali tak menjawab. Ia sibuk membongkar seluruh isi tasnya. Harap-harap barang itu ada.

"Kamu nyari apa deh, Vin?Dyo gimana? Ketemu?". Tanya Melody kini.

48 Hours JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang