BENDAHARA OSIS

484 8 0
                                    


Situasi belajar-mengajar telah usai. Bel pulang pun telah berbunyi. Semua siswa satu per satu keluar meninggalkan kelas. Lain hal nya dengan Jasmine yang tampak nya masih sibuk merapikan barang -barang nya. Buku nya yang masih tampak berserak,dipunguti nya satu persatu. Ah melelahkan.

Setelah merapikan beberapa barang nya. Dengan langkah santai,ia keluar dari kelas nya yang tak berpenghuni. Mata nya menyapu seluruh koridor yang tak lagi tampak seorang manusia. Ia melirik arloji nya yang kini telah menunjukkan pukul 15.23. "ah pantesla" gerutu nya.

Kaki mungil nya melangkah dengan cepat . ia yakin, pak budi pasti sudah menunggu nya didepan.
"Jasmine" Suara itu membuat langkah jasmine terhenti dan menoleh untuk melihat sipemanggil. pandangan nya jatuh pada seorang ketua osis, yang ia belum tau namanya. Ia tersenyum sekilas lantas menjawab.

Setelah mendengar penjelasan Ravly, bahwa jasmine akan menjadi bendahara nya, Ravly mengajak Jasmine untuk segera pulang,karna sudah terlalu sore. Tak ada satu un yang memulai percakapan dalam perjalanan pulang itu.

"Nama kamu siapa sih?"Tanya jasmine membuka percakapan. Ravly tersenyum tipis sambil menjawab singkat. "Ravly Natanegara"

Sampai pada parkiran,setelah berpamitan dengan Ravly, mata jasmine menyapu seluruh lapangan parkir yang sangat luas. tampak pak budi yang tengah terlelap didalam lamborghini merah milik Papa nya Jasmine. Tanpa ba-bi-bu ia langsung mendekat kearah mobil tersebut.

Ia mencoba mengetuk kaca mobil, sampai akhirnya pak budi tersadar. Dalam hitungan menit,lamborghini tersebut sudah meluncur kearah rumah jasmine.

***

Suasana malam yang sangat mendukung, membuat perasaan Ravly berangsur nyaman. Iamenyesap teh panas nya yang sengaja ia buat tadi. ia duduk diteras rumah yang dipenuhi dengan tanaman indah serta lampion –lampion kecil yang sengaja dibuat oleh Almarhumah mama nya. Ia tersenyum tipis mengingat aktivitas mama nya dulu. Yang selalu giat dalam urusan kebun berkebun. Yap. Mamanya selalu suka berkebun. Mulai dari menanam, menyiram, merawat, dan melestarikan. Terkadang Ravly merasa heran, mengapa hobi mama nya tidak menurun kepada nya. Malah ia lebih menurun mirip ke papa nya. Dari segi wajah, hobi, sikap,sifat, dan cara nya berbicara.

Hanya dua sikap yang menurun dari kedua orang tuanya. Ramah dan murah senyum.

"Mama" desah nya pelan sambil tersenyum tipis.

Ia menghirup nafas panjang, lalu menghembuskan nya pelan. Ia mngerjap – erjapkan matanya menahan air mata yang ingin jatuh. Sebuah tepukan dipundak nya, membuat Ravly menoleh dan mendapati pria paruh baya yang tak lain adalah papa nya. Ravly tersenyum lantas menyuruh papanya duduk dikursi sebelah nya.

"gimana sekolah kamu Rav?" Tanya papa buka suara nya yang mulai parau. Mengingat papa nya Ravly sudah cukup tua. Setelah bertahun tahun menjadi seorang ayah yang memiliki 3 anak lelaki. Yang tak lain kakak-kakak nya Ravly yang kini telah berumah tangga. Dan sekarang,papanya hanya seorang single parent.

"baik-baik aja kok pa." Ucap nya sambil menyesap teh nya yang kini tak lagi panas,melainkan hangat.

Papa nya hanya tersenyum. Senyum yang sangat mirip dengan Ravly.

"Karate nya

gimana. Lancar?" Tanya papa

"Lancar pa." Jawab nya singkat.

Papa nya hanya mengangguk paham tanpa berbicara lagi. Karna merasa canggung, Ravly mencoba untuk memecah keheningan.

"Papa mau teh? Mau aku buatin?" tawar Ravly

RAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang