️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️
"Kenapa aku gugup ya?" Tanya pria yang baru saja keluar dari pekarangan rumahnya itu, bicara pada dirinya sendiri.Sekarang sudah pukul setengah delapan malam. Untuk anak seusianya, pergi pada jam segini sedikit membuat dirinya khawatir.
Bagaimana jika ia bertemu penjahat? Bagaimana jika ada mobil dari suatu tempat, lalu...
"Ah! Ada apa denganku?"
Ia mulai merasa tidak aman di manapun. Sepanjang perjalanan, yang di lihatnya hanya bayangannya tubuhnya yang tertimpa oleh lampu. Ini belum genap 24 jam ia berpisah dengan Guanlin. Tapi rasanya bagai mereka tak pernah kenal. Tembok pelindung yang dia rasa dari Guanlin selama ini, sudah runtuh dan terasa nihil.
Paling parahnya, ini semua karena dirinya sendiri, Yoo Seonho bodoh!
-
"Hei! Bisa tunggu aku sampai di jemput?"
"Tidak. Aku mau pulang."
"Baiklah. Tapi jangan ajak aku menemanimu ke perpustakaan lagi, ya!" Dua lelaki saling bertengkar di depan pintu keluar. Satunya berwajah imut dan tegas, dan yang lainnya hanya terlihat imut saja.
Mereka sudah menghabiskan banyak waktu di dalam bilik penuh buku itu, sekarang waktunya pulang.
Saat si imut membuang wajahnya, ia melihat seseorang yang menarik perhatiaanya. Spontan dia langsung menepuki teman di sebelahnya, berniat memberitahu.
"Hei! Apa kau lihat dia?" Pria imut yang lebih pendek menunjuk seseorang yang sebentar lagi menuju mereka.
"Apa lagi?!?!" Yang dipanggil tadinya hanya menjawab sebal tanpa berniat melihat ke arah tujuan temannya, tapi, matanya terlanjur menangkapnya. Menangkap sosok itu.
"Yoo Seonho?" Kedua matanya melotot bertanya pada teman pendeknya.
"Ya,"
Pria imut yang lebih tinggi tersenyum lebar. Teman di sebelahnya hanya diam kecut.
Sesekali juga tersenyum. Tapi hanya jika si pujaan hati itu melihatnya, sayangnya dia sedang fokus pada orang lain.
"Apa aku harus menyapanya? Meminta nomor ponselnya?" Tanya lelaki itu.
"Apa kau berani?"
"Apapun untuk pria yang aku suka."
"Ahh, masih cinta rupanya." Batin temannya, yang semakin ciut setelah mendengar satu ungkapan yang paling ia benci.
-
Seonho berjalan menuju perpustakaan. Tadinya berniat begitu. Sebelum Guanlin mengirim pesan pendek. "Lihat sebelah kananmu. Kau akan tahu aku di mana."
Seonho langsung menuruti perintah dari pesan itu, dan benar saja. Matanya langsung melihat Guanlin yang sudah duduk di depan toko serba ada sambil meniupi mienya. "Anak itu, malah asik makan saat aku dan keluarganya khawatir, dasar."Seonho berjalan menujunya. Dadanya berdetak tak karuan, Guanlin tahu dari raut wajah Seonho.
"Apa aku lama?" Tanya Seonho sembari duduk di hadapan Guanlin.
"Langsung saja,"
"Hah?"
Guanlin memberhentikan aktifitasnya. Seonho langsung kaget melihat Guanlin tiba-tiba menurunkan sumpitnya.
"Apa semua ini masih karena Guru sialan itu?"
Seonho hanya diam. Separuh dari pertanyaan Guanlin memang benar, tapi..
"Seonho, aku sudah berjuta kali mengatakannya padamu." Nada Guanlin melembut. Ah tidak, sangat lembut malahan.
Seonho hanya melihat Guanlin dengan tatapan polosnya. Apa yang akan terjadi setelah ini?
"Aku ingin kau selalu bersamaku, Yoo Seonho." Guanlin menatap Seonho dalam. Begitu pula sebaliknya.
Seonho tak berkedip sampai dirasanya mata miliknya sudah basah. Dia menangis.
"Lupakan omong kosong tentang hubungan kita. Lupakan apa yang kau katakan padaku siang tadi, tolong..."
Seonho mendengar getaran dalam suara Guanlin. "Kembalilah padaku, aku tak ingin kita begini."
Seonho masih diam. Guanlin benar.
"Maafkan aku Guanlin,"
Guanlin tiba-tiba membeku. Apa benar-benar akan berakhir?
"Maaf karena sudah meragukan hubungan ini. Aku menyesal tentang siang tadi.."
Guanlin menarik nafas dalam. Ia bangkit dan segera menuju Seonho. Menuju 'rumah' sesungguhnya. Mereka berpelukan lama. Guanlin bisa merasakan lengannya mulai basah. Akibat air mata Seonho.
"Jadi... Kita kembali lagi, kan?"
"Tidak. Kita tak pernah berpisah. Kau kan belum menyetujuinya." jawab Seonho singkat. Kemudian balas memeluk Guanlin.
"Aku menyayangimu, Seonho."
"Ya. Aku tahu dan aku jug menyayangimu, Guanlin. Hanya jika kau tidak cengeng!" canda Seonho sambil menatap lucu pada Guanlin. Keduanya tertawa lepas sekarang. Nyaman sekali.
"Baiklah, ayo kita pulang. Ibumu memintaku untuk membawamu pulang sebelum jam sembilan,"
"Baiklah sayang," Jawab guanlin singkat sambil mengecup pipi Seonho.
-
Flash back
Beberapa jam yang lalu, sebelum ia bertemu dengan Seonho di sini. Guanlin yang sudah janjian dengannya, langsung sigap dan merapikan dirinya saat itu juga. Dia tak ingin terlihat menyedihkan. Lantas buku-buku komik yang tadi ia baca langsung dikembalikan ke rak yang tepat.
Meja tempatnya duduk sekarang hanya penuh dengan buku-buku pelajaran, biar terlihat rajin. Hanya sebagai bentuk pencitraan. Sejujurnya selepas ini dia memang ingin pulang. Tanpa diminta Seonho sekalipun.
Tapi setelah mendengar reaksi Seonho, pikiran Guanlin jadi kemana-mana. Seperti melihat cahaya dalam gua yang gelap gulita.
-
Guanlin lelah menunggu lumayan lama. Ia lupa kalau jarak dari rumah mereka ke sini memang lumayan jauh. Pasti Seonho kelelahan.
"Sudah belum? Sekarang hampir jam delapan." Suara dari meja sebelah.
Guanlin melihat ke sebelah kirinya. Ribut sekali. Tapi tampaknya pemuda ribut itu berusia sama dengannya.
Mata dan telinganya mencoba tak peduli. Tapi akhirnya ia kembali mencuri pandang pada dua laki-laki itu. Siapa tahu teman satu sekolahnya. Karena lampu terlalu terang, Guanlin sedikit kesulitan melihat kearah mereka. Silau.
Tapi tak lama, kedua anak itu bangkit. Sepertinya ingin mengambil buku, dan pada akhirnya Guanlin dapat melihat wajah mereka.
"Aku harus segera pergi dari sini."
Dalam benaknya sekarang, hanya ada satu. Jangan sampai Seonho bertemu mereka. Dan setelah itu, ia langsung mengirim pesan baru. Dan meminta Seonho menemuinya di tempat lain.
️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️VOMMENT JUSEYOO. SEMOGA ANAK AYAM BERSATU💖 APA KALIAN SUDAH SIAP KUOTA DAN MENTAL?😂
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUTH ➖ GuanHo✔
Fanfiction"Apa akan berakhir bahagia? 'Kau dan aku,' apa akan tetap seperti ini?" ⚠️ Yaoi/BxB