♡: chapter twenty-three

815 178 48
                                    


Flashback

⚠mungkin bisa di bilang ini bagian penjelas dari Chapter 22⚠

️ ️️
️️ ️️
️️ ️️

️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️

Seonho mulai menekuni bidang yang ia sukai beberapa waktu sebelum kelulusan SMA, ia sudah bertekad akan mewujudkan mimpinya untuk menjadi seorang penulis.

Sekarang ia sedang duduk di perpustakaan kota. Tempat ternyaman bagi Jinyoung dan Jihoon dahulu. Seonho punya banyak sekali deadline karya sebenarnya. Salah satunya adalah naskah yang terinspirasi dari kisahnya dan Guanlin.

"Editorku bilang ceritanya menarik, tapi aku tak ingin membuat akhir yang menyedihkan pada ceritaku," ucap Seonho, entah pada siapa.


"Kak Jinyoung, cincinnya sangat manis di jariku." Seonho tampak sangat bersemangat.

"Apa juga terlihat manis di tanganku?" Jinyoung juga ikut mencoba cincin satunya lagi.

"Aku tak sabar untuk memakai cincin ini di hari tunanganku nanti!"


Erin tampak duduk sendiri di tengah padang rumput. Sedangkan pria yang tadi mengantarnya datang ke sini hanya diam melamun dari sudut makam.

"Sudah 7 tahun berlalu kak, aku sudah di lamar seorang pria mapan dan baik hati. Seperti katamu, dia harus bersaksi bahwa selama dia bersamaku dia akan selalu menyayangiku," suara Erin mulai bergetar.

"Dan kau tahu? Dia benar-benar menepati janjinya itu. Aku harap selamanya akan selalu begitu," air mata mulai tumpah. Isakan sudah mulai terdengar.

"Apa Seonho sudah datang ke sini? Apa kau sudah tahu kabar baik tentangnya?"

Erin tersenyum sebentar. Lalu melanjutkan kata-katanya.

"Kak Jihoon! Seonho akan segera tunangan!"


(Percakapan di mulai pukul 20.11)

Jinyoung: Seonho. Apa kau sudah sampai di Seoul?

Seonho memang sedang pergi ke perdesaan untuk mencari ide. Ia rela mencari tempat yang cocok di internet lalu memesan pesawat untuk pergi ke sana.

Seonho: Ya, aku sedang menunggu koperku dari bagasi.

Jinyoung: Segera kabari aku. Kita harus pulang, Kau butuh istirahat.

Seonho: Siap.


Ternyata ada pesan lainnya yang di terima oleh Jinyoung. Pesannya di kirim saat ia dan Seonho sedang berkirim pesan di Line.

'Aku sudah tiba di bandara. Bisa minta tolong jemput aku?'

(Di terima pukul 20.12)


"Astaga, kenapa ia berbicara sangat formal padaku? Seperti baru kenal saja, ckckck." batin Jinyoung setelah membaca pesan yang ia terima.


Jinyoung: kau di mana?

Seonho: maaf aku telat mengabarimu, aku sudah pulang duluan.

Jinyoung: oke, baiklah. Ngomong-ngomong dia sudah tiba. Tadinya aku ingin menjemputmu, lalu setelahnya kita dapat makan malam bersama.

Seonho: kau serius dia sudah tiba di Seoul?

Jinyoung: dia baru saja mengatakan sesuatu.
Jinyoung: dia bilang, dia rindu masakanmu.

Seonho: meluncur!


GUANLIN POV

Sekarang sudah tahun ke-4 sejak aku pergi meninggalkan keluargaku di Seoul. Memang berat, tapi hasilnya memuaskan.

Aku meninggalkan segalanya. Kebahagiaan, kenangan, dan cinta.bTapi hari ini aku sudah kembali. Aku kembali dapat merasakan hangatnya hidup. Wajah cerianya menyambut sosok ku yang masih sibuk dengan koper-koper, membawanya segera masuk ke dalam rumah.

Dia bilang, ia sangat merindukanku. Lalu ia bertanya "apa Guan merindukan aku?"

Jawaban yang ia dapat hanyalah diam dariku. Aku tak ingin membuang waktu dengan merangkai kata, tipikal Seonho, ia mudah tak percaya dengan perkataan yang terlalu manis.

Aku menarik lengannya. Aku memeluk tubuhnya. Ia bilang ada beberapa lauk pauk yang ia masak spesial untukku.

Sepertinya ia tak berbohong. Tubuhnya dipenuhi wangi-wangian dari rempah.

"Guanlin, kata Jinyoung kau ingin makan masakanku bukan?"

"Ya, mari kita makan."

Kemudian mereka duduk rapih menyantap makanannya. Seonho menatap Guanlin dalam. Ini malam terakhir mereka menyandang status sepasang kekasih. Besok mereka akan tunangan dan menikmati waktu sebelum menikah.

Ya, naskah Seonho sepertinya akan berakhir bahagia nantinya. Guanlin bilang anggap saja hal manis yang Seonho tulis itu sebagai doa.

Mereka berdua ada di balkon kamar milik Seonho. Masih dengan posisi rumah Seonho bersebelahan dengan Guanlin.

Walau Guanlin sudah bergelar pengusaha muda, tapi sang pria belum sempat membeli rumah atau apartmen untuk ia tinggali di Korea. Jadi ia masih menginap di rumah ibu dan ayahnya.

Alasannya tentu saja karena Guanlin sebenarnya sedang merintis usaha dan tinggal di Cina sebelumnya. Itulah mengapa ia harus rela LDR kurang lebih 6 tahun dengan Seonho. Memang sempat beberapa waktu mereka bertemu, tapi tetap saja, komunikasi menjadi berkurang.

Resikonya, akan ada banyak sekali konflik dalam hubungan mereka. Karena ruang dan waktu yang terbatas, rasanya sedikit sulit untuk saling menjelaskan dan berbaikan.

Kedua pasang itu saling tatap dalam diam. Seonho tersenyum kapanpun ia tak bisa menahannya; Guanlin tersenyum setiap kali menatap wajah kekasihnya. Tangan mereka bertautan. Tangan kanan Seonho tersemat mantap di tangan kiri Guanlin.

Sedangkan jemari hampanya mencoba sibuk memegang trali balkon. Guanlin hanya tersenyum, menatap, dan memeluknya. Tak melakukan yang lebih. Justru karena hal-hal sepele itulah, rasanya malam ini begitu manis dan hangat.











Huwaaa, ini belom end ya^^ pantengin terus💛💜💙

YOUTH ➖ GuanHo✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang