️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️
(Beberapa tahun kemudian)
️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️Seorang pria sedang sibuk dengan buku sastranya. Tatapan matanya pada setiap lembar itu sangat teduh. Ia tampak begitu menikmati waktunya di tengah perpustakaan sepi ini.
"Puisi dan sajak adalah dirimu. Aku mengenal dan akan melepasmu dengan mereka," baca sang pria sambil sedikit merenung.
"Ya, aku terlalu menikmati hidupku sampai aku lupa jika suatu hari mungkin saja aku berpisah dengannya." Kembali ada tanda tanya besar dalam dirinya. Apa dia harus bersedih lagi?
—
"Hei! Ayo cepat masuk ke mobil!" Teriak seorang guru muda dari balik kaca mobil."Baik komandan!" Lelaki yang di teriaki tadi segera berjalan menuju mobil.
"Bagaimana? Apa sudah dapat ide untuk melanjutkan bukumu?" Tanya pria yang mengemudi.
"Ya, setibanya di rumah aku akan langsung menuangkannya."
Kemudia yang bertanya itu hanya mengangguk. Yang satunya terseyum karena ingat akan sesuatu.
"Jinyoung, rasanya aku telat untuk jatuh cinta pada perpustakaan kota." Ungkap lelaki manis yang duduk di sebelahnya.
"Apa kau menemukan hal menarik di sana? Sejak aku menjadi guru, rasanya sudah tak punya waktu untuk membaca di situ."
"Aku suka suasananya. Cocok jika suatu hari aku membawa laptop dan menulis di sana."
"Apa kau masih ragu untuk menerbitkan naskahmu yang satunya itu?"
"Aku tak suka menulis cerita dengan akhir yang menyedihkan."
"Baiklah. Terserah padamu saja penulis Yoo Seonho." Canda Jinyoung pada yang duduk di sebelahnya.
"Tapi ngomong-ngomong, kita mau ke mana?"
"Kau lupa tentang kewajiban membeli cincin sebelum bertunangan?"
"Kita beli cincin hari ini?"
"Aku hanya bisa menemanimu hari ini. Selanjutnya, akan ada pelatihan guru di luar kota." Balasnya.
—
Erin berjalan di tengah rerumputan. Tangan kanannya mengenggam sebuket bunga. Ia menghampiri salah-satu gundukan tanah yang tertutup oleh rumput jepang.
Benar. Ia sedang berada di pemakaman.
Di letak-kannya bunga tadi di depan batu nisan. Setelah itu, Erin hanya terduduk diam dan memandangi setiap garis ukiran yang ada di nisan itu.
"Sudah 7 tahun berlalu kak, aku sudah di lamar seorang pria mapan dan baik hati. Seperti katamu, dia harus bersaksi bahwa selama dia bersamaku dia akan selalu menyayangiku." suara Erin mulai bergetar.
"Dan kau tahu? Dia benar-benar menepati janjinya itu. Aku harap selamanya akan selalu begitu." Air mata mulai tumpah. Isakan sudah mulai terdengar.
"Apa Seonho sudah datang ke sini? Apa kau sudah tahu kabar baik tentangnya?"
Erin tersenyum sebentar. Lalu melanjutkan kata-katanya. "Seonho akan segera tunangan, kak!"
—
"Yakk! Kenapa kau sangat cerewet? Aku bilang, aku hanya telat tidur 3 jam dari pukul 9 malam."
"Hei. Kau lupa? Kau bilang ingin tampil segar di acara tunangan nanti? Jika kau terus begadang, kau akan mirip panda!"
"Sejak kapan Bae Jinyoung sangat peduli padaku?"
"Yoo Seonho, bodoh! Aku cerewet juga demi kau!"
"Baiklah, maaf ya sang pria yang peduli padaku." Ia terkekeh sambil mengejek yang berteriak.
—
"Kak Jinyoung!"
"Ah, Erin!"
"Bagaimana? Besok acara tunangannya. Apa berjalan lancar?"
"Untung saja semua lancar."
"Wahh, aku tak sabar menyaksikan kakak melamar Seonho!" Kemudian Jinyoung hanya tersenyum. Memandangi pesan yang tertampil di ponselnya.
"Aku sudah tiba di bandara. Bisa jemput aku?"
—
Seonho memandangi sebuah foto di atas meja kerjanya. Ada sosok Guanlin dan dirinya di sana.
"Guanlin, sudah 4 tahun sejak kita berpisah."
Seonho mulai menangkap kabur bayangan dari matanya. Ada air mata menggenang dan siap tumpah ke pipinya.
"I miss you so bad, Guanlin."
Hihi, next!
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUTH ➖ GuanHo✔
Fiksi Penggemar"Apa akan berakhir bahagia? 'Kau dan aku,' apa akan tetap seperti ini?" ⚠️ Yaoi/BxB