Prolog

921 12 3
                                    

WAR OF LOVE

Prologue

Los Angeles, 2001

Gadis kecil yang seharusnya bermain dengan sebayanya, terlihat melupakan apa itu yang namanya bermain. Yang ia tahu hanya sekolah, dan berlatih di bawah terik matahari yang tersenyum itu. Dia tak pernah lelah untuk mencoba mengarahkan timah panas itu ke sasaran. Sejak dua bulan lalu ia berlatih bersama kedua kakaknya yang lebih mahir darinya. Tapi, dia yang baru pemula tak pernah mulus melayangkan sebutir peluru itu mengenai lingkaran kecil berwarna merah yang digunakan sebagai sasaran sempurna itu. Dia pun menghentikan usahanya dan melepas peralatan menembak yang ia gunakan di kepalanya.

"You're so stupid. Menembak saja kau tak pernah bisa. Selalu keluar sasaran"Omel seorang anak lelaki yang berusia sekitar 15 tahun.

"Oppa[1], aku tak suka harus mempelajari ini. Ini sulit. Lebih sulit dari Wushu, Karate, dan Taekwondo yang kita pelari"Ucap gadis itu mengeluh.

"Kau tak boleh seperti itu. Kau harus menguasai semuanya. Ayah baru mengizinkan kita kembali setelah kita menguasai semuanya"Jawab seorang gadis berusia sekitar 11 tahun.

"Tapi ini susah Eonnie[2], tanganku, bahuku sakit karena latihan menembak"Balas gadis berambut cokelat itu lagi.

"Jika kau mau selamanya tinggal disini, itu tak masalah"Balas seorang yang dipanggil Oppa tadi.

"Sebenarnya, kenapa Appa[3] mengirim kita kemari? Padahal saat Mommy masih ada, ia tak pernah menyuruh kita berlatih bela diri dan menembak seperti ini"Jawab gadis kecil itu lagi.

"Agar kita bisa kuat dan menjaga diri"Jawab Sang Oppa.

"Tapi bukankah aku masih kecil, dan seharusnya dijaga bukan menjaga?"Balas Sang gadis kecil tak mau kalah.

"Sudahlah, lama-lama kau akan mengerti. Lakukan semuanya saja dengan benar. Appa melakukan hal ini demi kebaikan kita"Jawab Sang Eonnie.

Gadis kecil itu menunduk dan tampak berpikir. Dia merasa tak nyaman dengan kegiatan yang menguras tenaga ini. Seperti akan menghadapi peperangan. Melelahkan.

"Yasudah, hari ini kita latihan sampai sini saja. Kajja[4]! Aku ingin membelikan kalian berdua Ice Cream"Ajak Sang Oppa.

"Jeongmalyo[5] Oppa?"Tanya Sang adik bungsu.

Sang Oppa hanya mengangguk mengiyakan. Mereka bertiga pun keluar dari tanah lapang tempat berlatih Olahraga menembak itu, dan menuju kedai ice cream yang tak jauh dari sana.

Sang adik bungsu terlihat seperti tak pernah makan ice cream. Begitu bersemangat. Terlihat ia menjilati Strawberry Cone di tangan kanannya yang tak ia izinkan meleleh itu sambil menggoyangkan kakinya karena kesenangan.

Lelaki yang di panggil Oppa tadi merasa iba pada adik bungsunya itu. Kebahagiaan adik bungsunya, tidak, kebahagiaan dirinya dan kedua adik perempuannya itu terenggut dua tahun lalu saat Ibu mereka meninggal. Hanya dia dan adik pertamanya yang mengetahui apa penyebabnya. Karena adik bungsunya masih kurang mengerti keadaan dan Ayah mereka tak mengizinkan adik bungsunya itu mengetahui apa yang terjadi sebelum cukup umur.

************

Los Angeles International Airport, 2006

"Oppa benar-benar akan kembali? Tak bisakah Menunggu kami?"Tanya Si adik bungsu.

"Ne[6], Appa sudah menyuruh Oppa untuk kembali. Jika Eonniemu ini sudah mahir dalam semua hal, dia juga akan kembali. Begitu juga denganmu"Jawab Si Oppa sambil membelai kepala adiknya itu.

War Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang