Bab 12 Perlahan...

8.4K 1.1K 36
                                    

"Ada yang meneleponmu dan menyuruhmu untuk ke rumah Eldewis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada yang meneleponmu dan menyuruhmu untuk ke rumah Eldewis." Bintang memberanikan diri untuk mengatakan itu. Harusnya dia tidak mengatakan ini, tapi toh sama saja Rio tetap akan marah.

Bintang bisa melihat Rio menghentikan kegiatan makannya. Mereka memang kini tengah berada di ruang makan. Bintang sudah memasak pancake untuk pagi ini. Dengan sirup apel dan juga strawberry sebagai pelengkapnya. Rio bahkan dalam suasana hati yang baik sejak dia terbangun tadi.

Bahkan Rio membantunya untuk menyiapkan pancake itu di meja makan. Dan semuanya kini sirna karena ucapan Bintang.

"Apa katamu?" Suara Rio rendah dan dalam tapi Bintang tahu kalau pria di depannya ini sedang marah.

"Tadi aku membangunkanmu tapi kamu tidak mau bangun. Padahal ponselmu terus berdering" Bintang berusaha menjelaskan. Tapi sepertinya memang tidak mungkin. Rio sudah mengepalkan tangannya yang sedang memegang sendok.

Pria itu meneguk air putih yang ada di depannya sampai habis. Bintang menunggu. Dia sudah siap menerima konsekuensi apapun. Tapi Bintang tidak akan menyerah. Rio harus jujur kepadanya, atau setidaknya tidak menyembunyikan sesuatu.

"Siapa suruh kamu menjawab ponselku?"

Bintang menghela nafasnya mendengar pertanyaan Rio. Tapi dia berusaha menguatkan dirinya. Dia tidak akan menangis untuk saat ini.

"Aku istrimu. Aku berhak."
Jawabannya membuat Rio seketika murka. Pria itu berdiri dari duduknya.

"Aku sudah selesai." Rio mengacuhkannya. Pria itu berbalik untuk menuju kamar mereka. Bintang memejamkan mata untuk menahan emosi yang sudah tertahan sejak tadi menerima telepon dari wanita itu.

Dia tidak boleh membuat Rio membencinya. Pria itu hanya akan semakin menjauh kalau sampai membenci dirinya. Dengan tekad kuat, Bintang akhirnya beranjak dari duduknya. Memberesi meja makan. Dan bergegas membuatkan kopi untuk Rio.

Tepat saat mendengar langkah Rio lagi, Bintang berbalik dengan membawa satu cangkir kopi untuk suaminya itu.

"Jangan berangkat dulu. Kamu belum minum kopi." Bintang berusaha lembut kepada Rio. Pria itu menghentikan langkahnya dan kini menatap Bintang dengan kening berkerut.

"Ini. Minumlah!" Bintang menyunggingkan senyumnya dan saat Rio mengambil cangkir itu dia bergegas membenarkan dasi Rio.

"Ehm cakep. Bukankah ada dasi warna merah marun yang cocok untuk kemeja ini. Sebentar aku ambilkan ya." Bintang tidak mau menunggu jawaban Rio karena dia bergegas melangkah ke dalam kamar. Segera membuka lemari pakaian dan mencari dasi Rio yang dimaksud.

Bintang tersenyum senang saat menemukan benda itu, dia langsung bergegas kembali ke ruang tengah dan mendapati Rio baru saja menghabiskan kopi buatannya.

"Sini. Aku ganti ya." Bintang berdiri di depan Rio dan berusaha untuk melepas dasi yang dipakai Rio lalu mengganti dengan dasi yang baru saja diambilnya.

H@NY@ S@TU BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang