Bintang menatap pria yang kini duduk di depannya. Marsha. Tinggi, rambut hitam tebal, alis tebal membingkai wajahnya. Hidung mancung dan rahang yang tegas menambah pesona pria itu.
Sahabat kakaknya itu benar-benar hadir di depannya. Entah kenapa Bintang menuruti begitu saja saat kakaknya menjemputnya. Setelah dua hari yang lalu dia mengatakan kalau Marsha mencintainya. Sang kakak bertindak cepat. Dan mengatur pertemuan mereka.
Rio sendiri memang sejak dua hari yang lalu berpamit akan ke luar kota. Urusan bisnis dan Bintang tidak bertanya lebih. Dia hanya akan menginap di rumahnya mamanya. Begitu dia berpamitan dengan Rio saat pria itu meneleponnya kalau tidak pulang.
Untung saja dia memang belum pulang dari rumah keluarganya. Dalam kondisinya hamil muda dia memang sedikit lebih lelah daripada biasanya.
"Hai apa kabar?" Suara Marsha membuat Bintang kembali ke alam sadarnya. Mereka tengah duduk di sebuah cafe yang tak jauh dari rumah keluarganya. Bintang sebenarnya ke sini dengan Adrian. Tapi pria itu menghilang entah kemana sejak Marsha muncul di depannya.
"Baik. Kakak apa kabar juga?" Pria di depannya itu tersenyum. Menyugar rambut hitam tebalnya dan kini menyunggingkan senyum yang memamerkan kedua lesung pipinya.
"Aku dengar dari Adrian kamu sudah menikah dan sedang hamil ya?"
Tentu saja Bintang terkejut dengan ucapan Marsha. Dia tidak tahu kalau kakaknya itu sudah bercerita banyak dengan Marsha.
"Iya." Bintang merasa canggung mengucapkan itu. Dia mengalihkan pandangannya dengan menyesap jus strawberry yang ada di depannya.
"Ehm aku kalah start dong ya." ucapan Marsha itu membuat Bintang tersedak. Dia merasa bersalah dengan ini semua. Tidak seharusnya Marsha mengharapkannya.
"Eh pelan-pelan." Marsha mengangsurkan air putih kepada Bintang. Menyuruh untuk menyesap secara perlahan.
"Maaf. Uhuk-uhuk." Bintang mengangguk dan kini mulai menyesap air putih itu. Melirik Marsha dari balik gelas. Dan mendapati pria itu tengah menatapnya lembut.
"Aku yang minta maaf. Kalau membuatmu tidak nyaman untuk ini. Tapi tentunya kamu sudah mendengar ceritaku dari Adrian. Aku mencintaimu seja pertama kali bertemu."
Pernyataan Marsha yang gamblang itu membuat pipi Bintang memanas. Dia pasti terlihat begitu memalukan dengan pipi memerah. Dia masih tidak percaya kalau Marsha akan mengatakan itu langsung.
"Yah well. Aku tahu kamu sudah menikah dan hamil. Tapi aku..."
Marsha kini menatapnya dengan tajam. Pria itu tampak bertekad keras saat ini."Seperti kata Adrian aku akan berjuang untuk merebut hatimu. Cinta ini bukan hanya sekadar sesaat Bin. Aku sudah bertahun-tahun memendamnya. Karena kesalahanku tidak mengatakan sejak dulu, maka aku terlambat. Aku tidak akan memaksamu. Tapi aku hanya ingin melihatmu bahagia dan tersenyum. Kalau kenyataannya kamu bahagia dengan suamimu, aku akan mundur. Tapi kalau aku melihat air mata satu tetespun keluar dari matamu. Aku akan berusaha keras untuk membuatmu menjadi milikku!
Jantung Bintang berdegup begitu kencang. Kenapa Marsha bersikap seperti ini.
Suara dering ponselnya membuat Bintang mengalihkan pandangannya dari Marsha. Dia segera mengambil ponsel yang ada di dalam tas selempangnya.
Nama Rio tertera di layar ponsel yang kini ada di tangannya. Tentu saja Bintang tidak menyangka Rio akan meneleponnya sekarang.
"Maaf. Aku mau menerima telepon dulu." Bintang meminta ijin kepada Marsha yang tersenyum kepadanya setelah Bintang menunjukkan ponselnya. Dan pria itu mengangguk.
Bintang bergeser lebih untuk menempel di jendela di sebelahnya. Menjauh sedikit dari Marsha yang duduk di depannya. Siang ini lalu lintas yang terlihat di luar begitu padat.
Dia menghela nafas sebentar sebelum akhirnya menempelkan ponsel itu di telinga dan menjawab telepon Rio."Halo."
"Bin. Kamu masih di rumah Mama? Aku baru saja pulang dan akan menjemputmu. Aku sudah di jalan."
Tentu saja Bintang langsung menatap Marsha. Dia tidak tahu harus menjawab apa untuk saat ini.
"Owh..iya masih." Bintang melihat Marsha yang kini masih menatapnya.
"5 menit lagi aku sampai." Itu suara Rio. Yang membuat Bintang kembali sadar kalau suaminya sudah berada begitu dekat.
"Tapi aku sedang tidak di rumah. Aku ada di Cafe Rosemary di depan komplek perumahan."
"Owh Ok. Aku baru saja melewatinya. Kamu tunggu di depan saja dan aku akan menjemputmu."
Klik
Saat Bintang akan menjawab telepon sudah di putus. Bintang langsung menatap kecewa ponselnya. Kenapa Rio selalu bertindak begitu saja. Tidak menunggu jawabannya.
"Suamimu?"
Bintang terkejut dengan pertanyaan Marsha. Dia tidak bisa membohongi Marsha."Iya. Sebentar lagi sampai sini."
"Owh kebetulan aku mau berkenalan dengan suamimu ya."
Suara ponselnya berdering lagi, dan Bintang langsung menjawab.
"Bin aku sudah di luar kamu keluar ya!"
"Ya."
Bintang menjawab itu dan langsung mematikan ponselnya. Tapi tangan Marsha menyentuh lengannya dan mencegahnya untuk beranjak berdiri.
"Jangan keluar. Kamu yang harusnya di jemput. Kamu itu kan lagi hamil, enak saja. Tunggu di sini biar suamimu yang datang."
Bintang sangat terkejut dengan ucapan Marsha. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang diucapkan pria itu.
"Tapi Rio sudah menunggu di luar kak."
Marsha langsung menggelengkan kepalanya."Kamu bukan pembantunya Bin. Kamu istrinya. Harusnya kamu di jemput di sini. Bilang sama Rio kalau dia suruh masuk."
Bintang tentu saja kembali menghela nafasnya. Akhirnya mengangguk dan mengambil ponsel. Mengetikkan sesuatu dan mengirim ke nomor Rio.
"Aku juga ingin tahu suamimu itu Bin."
Bintang tidak berdaya dengan pemaksaan Marsha. Kadang Marsha itu sama kerasnya dengan kakaknya Adrian."Kamu sakit? Kenapa aku di suruh masuk ke sini?"
Suara Rio membuat Bintang terkejut. Dia langsung menoleh kepada Rio yang sudah berdiri di belakangnya. Pria itu tampak kusut. Jas yang dipakainya sudah di lepas dan di pegang di lengannya.
"Owh aku hanya..."
"Sudah selayaknya sang suami menjemput istri kan? Perkenalkan Marsha."
Bintang langsung menoleh kepada Marsha yang sudah berdiri dsn mengulurkan tangan kepada Rio.
Tentu saja Rio terkejut dan kini mengulurkan tangan secara refleks.
"Sirius. Suaminya Bintang."
Bintang langsung berdiri dan kini mengambil tasnya.
"Ya udah ya Kak Marsha aku pulang dulu." Bintang menatap Marsha yang mengangguk dan tersenyum.
"Ok Bin. Jaga kandungan ya."
Bintang mengangguk sebelum akhirnya lengan Rio melingkar di bahunya. Pria itu hanya mengangguk kepada Marsha dan menarik Bintang untuk melangkah pergi.
"Dia siapa?"
Setelah sampai di luar cafe Rio menghentikan langkah Bintang. Pria itu tampak menoleh ke belakang dan menatap cafe."Kak Marsha sahabatnya Kak Adrian."
Rio menghela nafasnya dan menyugar rambutnya. Tampak begitu gelisah. Lalu memijat pelipisnya.
"Aku tidak suka kamu bertemu dengan pria lain di saat aku tidak ada di rumah"
Bersambung
Ini eror ya watty tadi udah up loh malah panjang banget kok malah gak save dan ilang huhuhuhu
KAMU SEDANG MEMBACA
H@NY@ S@TU BINTANG
RomanceBintang. Dalam tata Surya. dia mempunyai sinarnya sendiri. menerangi langit malam yang gelap. Dia kuat dan tangguh. seperti Halnya Bintang Nareswary Dirgantara. Dia berbeda dengan kedua saudaranya yang selalu percaya diri dengan orbitnya. Bintang se...