Bab 17 Sifat asli!

9K 1.2K 61
                                    

Ini tidak masuk akal, pikir Bintang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini tidak masuk akal, pikir Bintang. Kenapa Sirius begitu marah dengannya? Mereka masih berdiri di depan mobil. Sirius tidak membiarkannya masuk ke dalam mobil.

"Sudah aku bilang, aku ke sini dengan Kak Adrian. Dan Marsha itu sahabatnya Kak Adrian." Bintang berusaha menjawab dengan lembut. Dia tidak mau menampakkan emosinya di depan Rio.

"Dan sekarang dimana kakakmu itu?" Rio menatapnya dengan tajam seperti tidak percaya kalau di ke sini memang dengan Adrian.

"Aku di sini. Dan kenapa kamu membentak adikku?"

Bintang sedikit terkejut dengan suara kakaknya itu. Ketika dia menoleh ke sampingnya. Kakak kesayangannya itu sudah berdiri di sampingnya. Bintang tambah merasa malu saat melihat Marsha juga ada di samping Adrian. Menatap mereka dengan alis terangkat satu.

"Marsha bawa Bintang ke mobil. Dia masih belum makan apa-apa kan sejak tadi? Lagipula dia tadi pagi juga muntah-muntah." Bintang makin terkejut dengan ucapan sang kakak saat mendorongnya untuk mendekat kepada Marsha. Dan tentu saja sahabatnya kakaknya itu langsung mengangguk patuh dan menarik lengannya.

Tapi Bintang merasa ini salah. Bagaimanapun juga dia harus berada di samping Rio. Tidak mau kakaknya salah paham Dengan Rio.

"Kak. Aku gak papa kok. Lagipula aku mau pulang saja. Mau tidur. Rio hanya bertanya kenapa aku di sini berdua dengan Kak Marsha."

Dia melirik ke arah Rio yang kini telah mengulurkan tangan kepada Adrian.

"Maaf. Aku belum memperkenalkan diri. Aku Sirius, tapi panggil saja dengan Rio."
Bintang takut saat melihat Kakaknya itu tidak segera menjabat tangan Rio.

"Aku belum menyetujui kamu menikahi adikku. Jangan harap aku bisa menerimamu begitu saja. Kalau sampai kamu membuat Bintang menangis, aku yang akan langsung menjemput Bintang. Dan tidak akan membiarkan dia menjadi istrimu."

Deg

Jantung Bintang berdegup kencang saat mendengar ancaman kakaknya itu. Adrian memang mengucapkannya dengan sangat serius.

"Bin, kamu telepon kakak saja kalau ada apa-apa. Ok?"

Bintang merasakan tepukan lembut pada rambutnya. Lalu kakaknya berbalik dan melangkah menuju mobilnya sendiri yang berada di belakang mobil Sirius. Sedangkan Marsha kini membuat tanda hormat kepadanya, lalu mengerlingkan matanya dan segera menyusul Adrian.

Bintang menghela nafasnya. Merasa sedikit lega karena dua pria itu sudah pergi. Dia menatap mobil Adrian yang sudah melaju meninggalkan mereka.

"Kamu belum makan apapun?" Bintang berjenggit saat merasakan tepukan pada bahunya. Dan menemukan Rio sudah menatapnya dengan khawatir.

"Seharian ini aku merasa mual muntah. Itu kenapa tadi Kak Adrian membawaku ke sini. Aku hanya ingin makan pie nya."

Rio tampak menyugar rambutnya dan kini tampak salah tingkah. Tapi kemudian pria itu membukakan pintu mobil untuknya.

"Kalau begitu kita pulang dan aku akan masakan sesuatu untukmu."

Bintang menghembuskan nafasnya dengan lelah. Itu yang di inginkan nya sejak tadi. Masuk ke dalam mobil dan pulang.

****

Bintang tak menyangka selama perjalanan dia tertidur. Dan baru tersadar saat dia dibangunkan Rio ketika mobil sudah berhenti di depan rumah mereka.

Akhirnya Bintang dengan cepat melangkah menuju kamarnya dan merebahkan diri di sana. Sementara Rio bepamit ingin membuatkan sesuatu untuknya.

Pria itu susah di tebak. Dan Bintang masih sangat bingung dengan sikapnya tadi.

"Aku buatkan kamu puding. Ini bisa mengurangi mualmu." Bintang langsung menoleh ke arah pintu saat suara itu terdengar. Dan melihat Rio dengan susah payah membuka pintu kamar dengan nampan berada di tangannya. Tentu saja Bintang langsung beranjak berdiri dan menghampiri Rio.

Dia membantu Rio untuk meletakkan isi nampan yang berupa satu mangkok puding strawberry lengkap dengan flanya. Tampak menggiurkan memang.

Bintang sendiri langsung duduk di kursi yang ada di depan meja tempat meletakkan puding itu. Meja yang memang berfungsi untuk makan kalau mereka malas keluar untuk makan di ruangan makan.

"Kamu buat sendiri?"

Rio masih berdiri di depannya dan kini mengangguk.

"Kamu habiskan. Aku akan mandi. Tubuhku terasa lengket."

Bintang batu tersadar kalau suaminya itu memang baru saja pulang dari luar jawa. Tapi dia tidak tahu kemana tepatnya suaminya itu pergi.

"Sebenarnya kamu dari mana sih?" Bintang menanyakan itu saat menyendok puding yang sudah di beri fla itu. Menyuapkannya perlahan ke dalam mulutnya dan menikmati rasanya yang begitu beragam. Ada manis, tapi juga ada asam dari buah strawberrynya.

"Aku dari Singapura. Mengurus bisnis di sana."

Bintang tentu saja tekejut dengan fakta itu. Setidaknya dia hanya tahu kalau bisnis Rio tidak sampai ke luar negeri.

"Owh." Bintang menelan puding itu lalu menatap Rio yang kini tengah membuka kemejanya. Langsung memperlihatkan otot tubuh Rio yang memang terjaga dengan sangat baik.

"Aku pergi bekerja Bintang. Jangan pernah curiga denganku."

Bintang langsung memberengut mendengar ucapan Rio. Kenapa pria itu menuduhnya seperti itu.

"Aku tidak mencurigaimu. Toh aku juga tahu kalau kamu sibuk."

Bintang memotong-motong puding itu dengan sendok. Nafsu makannya sudah hilang kembali saat mendengar ucapan Rio.

"Hei." Rio kini melangkah mendekatinya lagi. Bertelanjang dada dan tampak begitu mempesona.

Jantung Bintang berdegup begitu kencang saat pria itu kini menarik kursi yang ada di depannya dan duduk di sana.
Dia mengulurkan tangan untuk membersihkan Fla yang ada di sudut bibirnya. Tentu saja Bintang terkejut.

"Aku tidak mau kamu berpikiran macam-macam tentangku. Aku memang pergi ke Singapura untuk urusan bisnis. Lagipula aku tidak suka berlama-lama di sana dan meninggalkanmu sendirian."

Bintang kini menatap Rio dengan bingung. Kenapa pria itu kembali bersikap lembut.

"Jangan merayuku. Aku tahu kamu tadi marah kepadaku karena Kak Marsha. Dan aku juga tahu kalau Kak Adrian membuatmu kesal. Tapi aku di sini berada di pihakku sendiri. Aku menikah denganmu karena aku memang menyetujuinya. Bukan karena papa yang menjodohkan kita."

Bintang merasakan tatapan Rio yang begitu intens kepadanya. Pria itu tampak tidak bisa berbicara untuk saat ini.

"Dan aku ingin kamu yang akan memberikan jawaban kepadaku. Bukan Kak Adrian atau siapapun. Kamu sudah jujur kan kepadaku?"

Hati Bintang mencelus melihat wajah Rio yang berubah pucat pasi. Dia tahu ada yang salah di sini.

"Kalau kamu jujur kepadaku, aku juga akan selalu jujur kepadamu. Perlu kamu ketahui, Kak Marsha memang mencintaiku sejak dulu."

Kali ini wajah Rio tampak berubah lagi. Ada emosi yang terbersit di sana.

"Aku jujur padamu kalau Kak Marsha akan merebutku darimu. Kalau kamu membuatku sedih. Kak adrian juga akan memisahkan kita kalau kamu juga menyakitiku. Tapi semua itu tergantung kepadamu. Di sini aku istrimu Rio. Sedang mengandung bayimu. Aku ingin semuanya berjalan dengan baik. Jadi jawab aku dengan jujur. Kamu tidak menyembunyikan apapun dariku kan?"

Bersambung

Wooooiiiii hayoh tebak nih Rio bakalan jujur gak ya?

Eh iya yuk yang mau pelukin novel cetak rahasia pelangi ya ceritanya si Adrian merapat ya.

PO masih di buka sampai tanggal 20 Juli dengan harga spesial 78.000

H@NY@ S@TU BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang