Rio menatap Bintang yang tengah tertidur di sampingnya. Dia bersedih untuk Keysha. Tapi makin bersedih saat melihat Bintang semalaman menangis.
Pagi ini, dia mendapat kabar kalau Keysha meninggal dunia.Itu membuat Bintang yang mengetahuinya menjerit histeris dan menangis di pelukannya. Bahkan memukul-mukul tubuh Rio dengan sangat keras. Sungguh, dia berduka untuk semuanya.
Merasa menyesal karena tidak bisa menemui Kesyha di detik terakhirnya. Tapi juga berdoa semoga Keysha tenang. Inilah jalan hidupnya, bagaimanapun kesedihan itu merupakan awal dari kebahagiaan yang tertunda.
"Hei.."
Rio menatap Bintang yang membuka matanya. Wajahnya terlihat sembab, dan murung. Rio mengulurkan tangan untuk mengusap pipi Bintang.
"Aku malas kemana-mana. Aku tidak mau bangun. Aku mau di atas kasur saja."
Rio menatap Bintang yang kini sudah akan menangis lagi.
"Hust. Jangan menangis lagi. Kalau kamu nangis, jalan Keysha tidak akan tenang sayang. Doakan dia ya?".
Bintang hanya mengangguk. Tapi senyum masih tidak tampak di wajahnya yang pucat itu.
Hatinya juga merepih. Dia juga bersedih. Bagaimanapun Keysha pernah menjadi cintanya, menjadi orang terdekatnya. Dia sedih.
Hanya saja seperti kehilangan seorang teman. Rio tadi sudah menelepon mamanya Kesyha. Untung saja sang mama juga memaklumi kondisi Rio saat ini yang tidak bisa pergi meninggalkan Bintang.
Yang paling utama adalah Bintang. Istrinya dan calon buah hatinya tercinta. Semuanya tampak abu-abu bagi Rio saat ini.
"Ya udah. Kamu tiduran saja kalau hari ini gak enak badan. Aku akan memesan makanan di restoran yang ada di sini."
Rio mendekati Bintang dan mengecup kening istrinya itu. Bintang hanya mengangguk dan memejamkan matanya lagi.
Akhirnya Rio beranjak bangun, membersihkan diri dan berpamitan untuk mencari makanan.
Saat itulah dia terkejut dengan seseorang yang sudah berdiri di ambang pintu kamar resort yang dia sewa.
Adrian. Kakak Bintang itu sudah berdiri bersandar di dinding dan bersedekap.
"Kak Adrian?"
Rio benar-benar terkejut. Dia menoleh ke arah pintu kamar dan langsung menutup pintunya. Tidak mau Bintang terganggu. Wanita itu sedang rapuh."Ehm. Aku ke sini memastikan kalau kamu tidak akan melarikan diri dan meninggalkan Bintang di sini sendiri. Karena kekasihmu meninggal."
Ucapan tajam Adrian itu membuat Rio kini menghela nafasnya. Dia mengangkat tangannya untuk menghentikan Adrian.
"Please kak. Aku tahu kamu benci sama aku. Dan juga tahu kalau kamu tidak setuju denganku. Tapi aku mohon, jangan bawa-bawa Keysha lagi. Dia sudah tenang di sana. Tidak etis kalau kita membawa namanya kembali di dunia ini."
Adrian menatapnya tajam. Lalu melangkah mendekatinya.
"Kalau begitu bolehkan aku bertemu dengan Bintang?"
Rio sudah menggelengkan kepalanya sebelum Adrian menyelesaikan pertanyaannya.
"Dia sedang istirahat dan tidak mau diganggu."
Adrian langsung mencengkeram kerah baju Rio. Membuat Rio menatapnya dengan lebih waspada.
"Persetan dengan itu semua. Dia adikku."
Adrian sedikit lebih berteriak ketika mengatakan itu. Dan membuat Rio menggelengkan kepalanya.
"Aku suaminya. Dan aku tidak mengijinkan."
Tentu saja ucapannya itu membuat Adrian kini melepaskan cengkeramannya. Pria itu melangkah mundur. Tapi masih menatapnya tajam.
Tapi kemudian Adrian merangsek maju dan melayangkan tinjunya tepat di wajahnya.
*****
"Awwwwhh.."
"Diem dulu. Ini juga lagi di obatin. Suruh siapa berantem sih? Kayak anak kecil aja."
Bintang menggerutu. Dan Rio hanya tersenyum tipis. Dia baru saja selesai di obati wajahnya yang lebam oleh Bintang.
Saat ini giliran Adrian yang terkena omelan Bintang dan sedang di obati.
"Laki itu kalau gak berkelahi gak asyik. Ya gak Yo?"
Celetukan Adrian diacungin kedua jempol oleh Rio. Mereka kini duduk di dalam kamar. Dimana Adrian dan Bintang ada di sofa. Dan Rio di tepi kasur.
Memang setelah Adrian menghantam wajahnya tadi, Rio juga membalasnya. Tapi setelah mereka babak belur. Dan mendengar teriakan Bintang yang melerai mereka. Akhirnya mereka malah tertawa-tawa sendiri.
Bintang yang mengomel dan kini masih menggerutu.
"Kakak juga ngapain mukul wajahnya suamiku?"
Rio kali ini tersenyum lebar mendengar ucapan Bintang. Istrinya itu masih sibuk mengobati lebam di wajahnya Adrian.
"Kan tadi udah bilang, cuma buat olahraga...aawwwhh.."
Adrian kembali menejerit saat Bintang menekan lukanya.
"Udah ah sini aku obatin sendiri. Kamu kasar ih "
Bintang kali ini yang tersenyum dan mengusap pipi kakaknya itu.
"Iya kakakku sayang. Udah selesai nih."
Bintang beranjak berdiri dan kini melangkah mendekati Rio.
"Kakak ngapain di sini?"
Rio mengusap-usap punggung Bintang saat wanita itu duduk di sebelahnya. Dan menyandarkan kepalanya di bahu Rio.
"Kangen Ama kamu. Emang gak boleh?"
Kali ini Bintang malah menggelengkan kepalanya.
"Enggak boleh. Yang boleh kangen tuh cuma Rio."
Rio dan Adrian terkejut mendengar ucapan Bintang.
"Kamu manis sekali sih sayang?"
Rio menunduk dan mengecup kening Bintang.
"Lah kamu kejem sama kakak Bin."
Celetukan Adrian membuat Bintang kini menegakkan tubuhnya.
"Kakak sama papa masih belum setuju aku sama Rio kan?"
Kali ini Rio merengkuh bahu Bintang dengan sayang.
"Hei sudah. Kamu kan tidak boleh berpikir berat. Udah gak usah di bahas. Kita kan udah tenang di sini. Yang aku peduliin hanya kamu."
Tapi Bintang menggeleng. Dia lalu menatap Adrian yang kini tampak salah tingkah itu.
"Aku setuju Bin, kamu dengan siapapun sungguh."
Rio melihat Adrian beranjak dari duduknya. Kali ini mengangkat bahunya.
"Tapi aku masih belum bisa menerima kalau adik kesayanganku di perlakukan seperti itu. Masih belum Bin. Suatu saat mungkin".
Bersambung
Bintangnya hadir nih..
Maaf lama up ya..
Author sibuk buat versi cetaknya yang beda alur soalnya...
Coming soon ya
KAMU SEDANG MEMBACA
H@NY@ S@TU BINTANG
RomanceBintang. Dalam tata Surya. dia mempunyai sinarnya sendiri. menerangi langit malam yang gelap. Dia kuat dan tangguh. seperti Halnya Bintang Nareswary Dirgantara. Dia berbeda dengan kedua saudaranya yang selalu percaya diri dengan orbitnya. Bintang se...