Pagi ini Jisoo bangun terlambat, padahal ia memiliki kelas pagi hari ini. Oleh karena itu ia terpaksa membawa mobilnya ke kampus, tak mungkin Jisoo menunggu kereta kalau sudah terlambat begini.
Ia sedikit menyesal menolak tawaran Taeyong untuk berangkat bersama, ia jadi gagal mengirit.
Untuk apa Jisoo mengirit? Padahal Jisoo berasal dari keluarga yang kaya. Sebenarnya Jisoo hanya merasa tak enak jika harus meminta uang terus-menerus.
Saat sampai di kampus untung saja ia tak terlambat. Tetapi sialnya saat ia masih di parkiran, hujan turun sangat deras.
"Lupa bawa payung lagi, sial." Umpat Jisoo sambil menghentakkan kakinya kesal.
Ia melihat jam di tangannya, sisa waktu yang ia miliki hanya 15 menit. Gedung fakultasnya termasuk jauh dari parkiran kampusnya.
Karena tak ingin terlambat, ia akhirnya memutuskan untuk berlari. Namun baru saja ia melangkah, tangannya ditarik paksa kembali ketempatnya semula.
"Udah gue bilang, bareng gue aja."
Jisoo mendongak dan terkejut mendapati seorang lelaki yang berbicara padanya sedang mengusap-usap ujung rambutnya yang sedikit basah.
"Kenapa? Kaget liat gue ganteng kalo basah-basahan?" Taeyong melirik Jisoo.
Jisoo yang awalnya masih diam, akhirnya membuka mulutnya.
"A-ah iitu. Nggak nggak gitu, kaget aja liat lo ada disini," gadis itu mengangguk-angguk membenarkan perkataannya.
Taeyong tersenyum melihat Jisoo.
"Lo ngapain disini?" Tanya Jisoo.
"Nungguin lo, gue yakin lo bakal dateng telat dan gak bawa payung," Taeyong menggoyangkan payung yang ada ditangan kirinya.
Jisoo hanya diam mendengar perkataan Taeyong.
"Ayo, ntar kita telat." Taeyong membuka payungnya.
Jisoo menurut dan berjalan dibawah payung bersama Taeyong menuju gedung fakultasnya.
Payung yang dibawa Taeyong cukup kecil membuat pundak Jisoo terkena tetesan hujan. Jisoo memegangi pundaknya agar tidak terlalu basah nantinya.
Taeyong yang menyadari hal itu langsung menarik Jisoo kedalam rangkulannya agar Jisoo tidak kebasahan.
Jisoo sempat kaget dan hampir terpeleset karena perlakuan Taeyong. Namun karena rangkulan itu Jisoo tidak jatuh.
Rangkulan itu tidak lepas hingga mereka tiba didepan gedung fakultas.
"Eh, Tae gue ke kelas dulu." Ucap Jisoo sambil berusaha melepas rangkulan Taeyong.
"Yaudah,"
"Makasih ya Tae, kalo bukan karna lo mungkin gue udah basah banget sekarang," ucap Jisoo tulus. Namun Taeyong menggeleng.
"Lo tetep aja basah walaupun udah sama gue," Taeyong menunjuk ujung baju Jisoo yang lumayan basah.
"Ah iya gue gak sadar," Jisoo memeras ujung bajunya.
Taeyong hanya terkekeh, ia menutup payungnya dan segera membuka tasnya hendak mengambil sesuatu.
Ia menyodorkan sweater hijau mint kepada Jisoo.
"Nih pake aja."
"Ini kan punya lo? Gausah deh Tae, gue gapapa kalik," tolak Jisoo.
"Gapapa pake aja, emang lo mau pake baju basah gitu kedalem?"
Jisoo meringis melihat keadaan bajunya yang malah bertambah basah.
"Yaudah deh gue pinjem dulu ya Tae,ntar gue balikin."
"Gapapa buat lo aja, ini kekecilan buat gue." Taeyong memakaikan sweaternya kebadan Jisoo yang mungil.
"Nah kan pas,udah ini buat lo aja," Taeyong tersenyum melihat Jisoo begitu imut dengan sweater hijau mint miliknya.
Jisoo tersenyum kecil melihat sweater itu, ia sangat menyukainya.
"Udah ya gue ke kelas dulu," pamit Taeyong, ia mengusap kepala Jisoo dan pergi.
Jisoo melambaikan tangannya dan segera masuk ke kelasnya.
"Gue kira lo gak masuk?" Tanya Sowon saat melihat Jisoo duduk disampingnya.
"Gue cuma telat bangun, kebetulan ujan diparkiran jadi makin telat,"
"Untung Bu Tiffany gak masuk,"
"Serius lo?"
"Iya, dia cuma nitip tugas." Sowon memberikan lembaran kertas.
" Trus untuk UAS kita harus nampilin pagelaran seni satu angkatan." Lanjut Sowon.
Jisoo mengambil kertas itu, "trus kita mau nampilin apa?"
"Gue belum tau,ntar dikasih tau kok."
Jisoo mengangguk dan langsung mengerjakan tugasnya.
"Eh ini sweater siapa Soo?" Tanya Sowon, ia mendekat dan mengendus sweater yang dikenakan Jisoo, "bau cowo."
Sowon terdiam dan tak lama ia langsung membelalakkan matanya.
"LO PUNYA PAC-" Jisoo membekap mulut temannya itu.
"Sst, ini punya temen gue."
"Hmmppppph" Sowon memukul-mukul tangan Jisoo agar melepaskan bekapannya.
"Lo jangan ribut makanya" bisik Jisoo.
Sowon mengangguk, Jisoo pun membuka bekapannya.
"Jadi ini punya siapa?" Bisik Sowon.
"Ehm, Taeyong, anak seni-"
"SI TAEYONG?" Jisoo menepuk jidat temannya itu.
"Pelan-pelan kek ngomongnya!" Jisoo masih berbisik.
Sowon meringis dan meminta maaf.
"Lo yakin cuma temen?" Bisik Sowon.
Jisoo hanya mengangguk.
"Gue sih gak yakin nantinya," lanjut Sowon.
Jisoo hanya mengangkat bahunya acuh, padahal didalam hatinya membenarkan perkataan Sowon.
Karena jujur saja, Jisoo mulai menyukai Taeyong.