Selang beberapa bulan setelah peristiwa meninggalnya Bobby, Taeyong dan Jisoo semakin dekat.
Bahkan mereka sudah terbiasa tidur berdua.
(NGGAK ANEH ANEH LOH YAAA HEHEHE)
Jisoo semakin yakin bahwa perasaannya pada Taeyong itu mutlak rasa sayang. Namun Jisoo tak pernah menyatakannya, karena ia yakin cinta tak harus diungkapkan.
Namun harus dibuktikan dengan perbuatan.
Dan Jisoo merasa sudah membuktikannya setiap hari.
Begitupula dengan Taeyong.
Ia yakin pada perasaannya, namun tak berani mengungkapkannya.
Terjebak dalam friendzone.
"Halo?"
"Lo dimana? Gue udah selesai."
Jisoo mengapitkan handphonenya diantara pipi dan pundaknya sementara kedua tangan Jisoo sibuk menutup piano yang baru saja selesai dipakainya.
Ia menghabiskan waktu luangnya diruang itu karena ia sudah tak lagi memiliki kegiatan dikampus.
"Gue diruang piano 1. Jalannya jadikan?"
"Iya, otw ruang piano."
💠
"Denger-denger di daerah itu ada tempat ngopi baru, mau coba?"
Jisoo menoleh, "Gaspol mas."
Mereka berdua tertawa.
Jalanan sedang macet namun semuanya tak terasa bila mereka sedang bersama.
Sambil mendengarkan radio, mereka berdua bernyanyi. Bahkan tak jarang Taeyong mengikuti rapp dalam lagu-lagu yang diputarkan
"Anjir, gue gak tau lo punya bakat rapp." Mata Jisoo berbinar sambil bertepuk tangan.
"Yaiyalah, gue kan multitalent, ganteng lagi."
"Yeu sa ae lu jaring empang," balas Jisoo.
"Sa ae lu karet nasi,"
"Sa ae lu karpet lesehan,"
"Muka ganteng gini dibilang karpet lesehan."
Jisoo berpura-pura muntah, dan tertawa.
"Yuk turun,"
"Udah sampe aja." Jisoo melepas seatbeltnya.
Mereka memasuki tempat itu dan langsung memesan.
"Apa kabar pagelaran angklung yang lo buat Jis?" Tanya Taeyong yang membawa nampan ke meja yang mereka tempati.
"Lancar dong! Buktinya gue lulus sidang," Jisoo berkata antusias membuat Taeyong gemas dan mengacak rambut gadis itu.
"Iya deh yang lulus,"
"Skripsi lo gimana?"
Taeyong yang sedang menyeruput kopi pesanannya membulatkan mata karena pertanyaan Jisoo.
