The True Feelings

297 29 11
                                    

"Fikaaaaa!!"

Terdengar teriakan seseorang menggangu dua orang yang sedang mendiskusikan suatu hal didepan sebuah ruangan yang biasa digunakan oleh band kampus berlatih.

"Apa sih Vian? jangan teriak. Diliatin orang tuh." bukan Fika yang menyahuti tapi Wira. Iya, orang yang berteriak tadi itu Vian dan dua orang yang sedang berdiskusi itu adalah Fika dan Wira.

"Fika ngeliat Meka gak? tadi abis bubaran kelas dianya langsung cabut" Vian mendudukan dirinya ditengah - tengah Wira dan Vian.

"Ya allah ni anak. Dipinggir masih lebar lho, kenapa harus nyelip sih." Fika menggeserkan badannya, sedangkan Wira hanya tersenyum melihat tingkah vian.

"Gak mau. Mau ditengah aja. Biar kalian gak deket - deket. Belum muhrim" kata Vian seenaknya

"Biarin aja Fi, kasian Vian jomblo. Gak ada yang bisa diajak duduk berdua" Wira berkata seperti itu sambil menarik - narik ujung rambut Vian.

"Ih jahat banget Wira kata - katanya. Sakit hati adek ini. Kayak kalian berdua gak jomblo aja ya. Pake ngatain gue" ucap Vian sambil memanyunkan bibirnya.

"Btw kan tadi gue nanyak, lo ngeliat Meka enggak pi?" Vian kembali menanyakan pertanyaan awalnya kepada Fika. Tapi lagi - lagi, bukan Fika yang menjawab, Wira udah nyamber duluan.

"Tadi gue ngeliat Meka di cafe depan kampus, bareng Surya sama Jae"

"Lho, kok ada kak Jae" ini bukan Vian yang bertanya, tapi Fika

"Ya mana gue tau, Fi" ucap Wira

"Oh gitu, yaudah deh. Kalo gitu, gue pulang duluan aja ya. Kalo nanti Fika pas latihaan nari ketemu Meka, bilang ya Fi gue nyarikin. Soalnya catatan gue ada di dia" Vian bangkit dari duduknya dan berjalan kearah depan kampus, bukan ke parkiran seperti biasanya.

"Loh parkir di depan, Vi?" tanya Fika

"Enggak. Gue gak bawa motor, jadi pulang naik angkot." jawab Vian seadanya lalu kembali melanjutkan jalannya.

Sementara itu, Fika dan Wira saling bertatap bingung. Hingga akhirnya Wira mengejar Vian dan menahan langkahnya "Udah lo pulang sama gue aja."

"Ihh gak usah gak. Gak enak sama Fika" Vian menolak ajakan Wira

"Gapapa Vi, dari pada elo naik angkot. Panas banget lho ini harinya." Fika menyetujui ucapan Wira tadi.

"Bener nih gapapa? Awas ya entar tau - taunya Fika ngediemin gue gara-gara Wira nganter gue pulang" kata Vian sambil ia dan Wira berjalan kembali mendekati Fika

"Asal jangan pake perasaan aja sih Vi kalian" balas Fika sambil tersenyum

"Ah sama Wira mah gue gak baper. Wira juga bapernya sama elo doang, Fi" kata Vian seenaknya

"Eh apasih Vian. Kok ngomongnya gitu" Wira mendorong pelan bahu Vian

"Udah ah, gue mau ketempat latihan dulu ya. Wira anter Vian sampe rumah, jangan sampe ada lecet sedikit pun Vian gue" ucap Fika lalu dia berbalik arah menuju tempat latihan tarinya.

"Ada apa lu, kok tumbenan ngajakin gue pulang bareng?" tanya Vian pada Wira setelah Fika pergi

"Ya gapapa sih, Vi. Sesekali gue ngajakin elo pulang bareng" jawab Wira. Namun jawaban Wira tersebut belum bisa diterima oleh Vian dengan baik. Vian merasa pasti ada sesuatu dibalik ajakan Wira ini.

"Lo gak suka sama gue kan Wir?" tanya Vian lagi dengan suara yang sedikit dikecilkan olehnya.

"Pede banget ya Viaaaann" Wira mengacak pelan rambut Vian

[DAY6] OUT OF MY MINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang