She Will Be Loved

250 26 14
                                    

Ditengah keramaian yang terjadi di lapangan kampus, Jae berlari tak tentu arah begitu ia menyelesaikan penampilannya bersama Enam Hari. Jae mencari keberadaan Vian yang menghilang ditengah penampilan Enam Hari tadi. Jae mengetahuinya karena saat diatas panggung matanya tak pernah lepas dari Vian yang berdiri bersama teman - temannya.

LINE

Jaefitrata

Vi lo dimana?

Vian?

Vi, baca dong. Lo gak ada kuota apa gimana sih?

Viaaaannn

Tidak ada satupun pesan Jae yang dibalas oleh Vian. Bahkan Jae sudah mencoba untuk menghubungi Vian, tapi tetap tak ada jawaban.

"Udah pulang kali ya? Ah tapi gak mungkin" Jae berbicara pada dirinya sendiri. Kakinya terus melangkah, kali ini Jae mencoba untuk ke gedung fakultasnya.

"Eh, Ka. Ngeliat Vian gak?" Jae bertanya kepada Raka teman sekelas Vian saat mereka berpapasan.

"Tadi sih Vian sama Saya kak di ruang kewirausahaan, coba kakak cek aja kesana" jawab Raka

"Oh gitu. Yaudah, thanks ya"

Jae langsung berlari kebelakang gedung FEB. Melewati ruang kewirausahaan yang telah terkunci pintunya. Sudah pasti, tidak ada lagi orang di dalamnya. Kebetulan belakang gedung ini juga dekat dengan parkiran.

"Vian gak bawa motor deh tadi setau gue. Gak mungkin diparkiran" Jae hampir merasa frustasi akibat mencari Vian.

Jae pun akhirnya menyerah dan berniat untuk kembali berkumpul dengan teman - temannya. Melewati koridor belakang fakultas. Tanpa disangka, Jae seperti melihat Vian sedang duduk di dinding pembatasnya.

Jae mencoba mendekat kearah gadis yang disangkanya Vian tersebut

"Vian?" Jae menyentuh pundaknya. Dan ternyata memang benar, gadis itu Vian.

Vian mengangkat wajahnya dan menyingkirkan rambutnya kebelakang telinga.

"Kak Jae? Kok disini?" tanya Vian.

Jae tidak menjawab, ia masih memandang wajah Vian yang entah kenapa malam ini terlihat lebih sendu dari biasanya. Matanya yang biasa bersinar penuh kebahagiaan kini meredup. Kantung matanya pun terlihat lebih jelas sekarang.

"Kok lo ngilang terus duduk sendirian disini?" Jae balik bertanya pada Vian.

"Kak, sebelum gue jawab bisa gak lo duduk? Kepala gue pegel ngedengak terus" ucap Vian yang sudah merasa pegal lehernya. Masalahnya tuh Jae ini tinggi banget, jadi capek juga kalo harus ngedengak lama - lama.

Jae menuruti perkataan Vian, tapi sebelum itu Jae memberikan jaket yang dipakainya kepada Vian karena malam ini angin berhembus cukup kencang dan Vian hanya mengenakan kemeja flanelnya saja.

"Udah kan, sekarang jawab" ujar Jae

"Tadi ada urusan sama Bu Nel di ruang kewirausahaan. Terus pas udah selesai gue males balik kesana. Jadinya gue milih duduk disini. Gak sendiri kok, tadi sama Raka juga" jawab Vian

"Terus sekarang Raka udah pergi lo masih disini. Gue pikir lu tadi udah pulang" kata Jae lagi. Namun kali ini Vian tak menanggapi. Vian memilih untuk menundukkan kepalanya. Jae memperhatikannya, dan Jae merasakan Vian seperti sedang memikul beban yang berat.

"Vi, kalo emang lo lagi ada masalah bisa kok lo cerita ke gue" ucap Jae tiba - tiba. Lalu menyentuh pundak Vian. Bermaksud agar Vian kembali menatapnya.

"Segitu keliatannya ya kak kalo gue lagi ada masalah?" tanya Vian yang sekarang sudah kembali menghadap Jae.

Jae menganggukkan kepala "Gue ngerasa lo sedikit berubah. Bukan gue aja, tapi temen - temen lo juga. Cuma mereka gak mau ganggu privasi lo, makanya gak ada yang berani nanya apa lo lagi ada masalah atau enggak" jelas Jae

[DAY6] OUT OF MY MINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang