[06] New

751 16 0
                                    


Kali ini, Putih berangkat ke sekolah di antar oleh Papanya. Karena mobil yang biasanya ia pakai sedang berada di bengkel untuk di perbaiki.

"Pa, aku masuk dulu ya." Pamit Putih, sebelum dirinya menutup pintu mobil tersebut.

"Belajar yang bener ya, dear"

Putih hanya menganggukkan kepalanya, lalu dirinya berjalan melewati lorong koridor untuk masuk ke kelasnya.

"Mit, nanti kayaknya gue pulang telat deh." Kata Putih, baru beberapa menit tadi Putih dipanggil oleh Bu Dian, karena dirinya tidak mengumpulkan tugas sekolah dan karena itu, ia di hukum untuk nanti pulang sekolah mengerjakan soal yang di beri Bu Dian.

Padahal, tadi pagi Putih bilang ke Mita, untuk nebeng pas pulang sekolah. Karena papanya yang tadi memesan karena tidak bisa menjemput Putih kali ini.

"Bego, gue ga bisa nunggu Put. Nyokap minta anter buat belanja,"

"Yaa .. nanti gue sama siapa dong?"

"Lo mau bareng sama Revan ga? Entar biar gue yang ngomong sama dia, soalnya nanti dia juga ada jadwal basket. Pasti pulang nya akhir,"

Putih berfikir sebentar, "Engga deh Mit, entar biar gue minta jemput sama Ricky kalau ga ya gebetan gue yang lain."

"Sialan lo emang. Yagitu, punya gebetan ada guna." Mita terkekeh kecil, sebelum guru Biografi akan memulai pelajaran nya.

Sudah 40 menit waktu berjalan, guru itu masih sibuk memberi pelajaran tentang Biografi, guru yang sudah di kenal dengan Bu Saras, yang memiliki sifat sabar dan lembut.

"Grey Fero Handika, apa kamu ga bisa diam sebentar? Tolong jangan ganggu Revan buat belajar." Bu Saras, menoleh ke arah Grey yang sedari tadi menjahili teman sebangkunya itu, Revan.

"Hehehe. Maaf ya Bu, lagian dari tadi saya ga jahil Bu, si Putih tadi datengnya telat belum sempet saya jahili."

Semua orang di kelas itu tertawa melihat kelakuan Grey, sudah tidak heran bahwa alasan nya kali ini adalah Putih.

Putih yang sedari tadi tidak ikut campur akhirnya protes, karena namanya sering kali di libatkan seketika Grey punya masalah. "Kampret, kenapa lo bawa-bawa nama gue Hah?!" Gadis itu menoleh ke belakang, agar bisa menatap tajam wajah Grey.

"Emang kan? Biasanya kan emang gue yang selalu jahili lo sebelum pelajaran di mulai, Gara-gara lo tadi dateng telat, jadi gue sekarang jahili Revan aja."

"Grey, jangan malu-maluin gue." Desis pelan Revan, menatap ke arah Grey.

"Udah udah, ayo di lanjutkan." Kata Bu Saras, tidak ingin memperlajut perdebatan di antara mereka.

Putih melihat jam di pergelangan tangan nya dengan berjalan, bisa-bisanya ia di hukum hampir 2 jam lebih setelah bel pulang sekolah di bunyikan. Bahkan, dirinya juga bingung sekarang harus nebeng dengan siapa.

Terlihat, Putih mengetik sesuatu di benda persegi itu.

Putih Angelintanzalia : Rick? Di mana? Bisa jemput gue sekarang di sekolah ga?

Ricky : Iya, tunggu 15 menit. Okey?

Putih Angelintanzalia : Okey. Cepet ya,

Ia menghela nafas lega, setidaknya Ricky saat ini berguna untuk dirinya. Tak lama kemudian, setelah 5 menit Putih berdiri di salah satu tempat parkiran datanglah segerombolan cowok dengan bola basket di salah satu cowok gerumunan tersebut.

Putih merasa bodo amat, karena pasti itu adalah anak kelas 11, pantaran dari dirinya.

"Eh men, lihat tuh ada Putih. Lagi nunggu siapa dia?" Bisik salah satu cowok di sana, yang di ketahui bahwa nama cowok itu adalah Fajar.

"Eh iya, ga nengok ke kita-kita lagi." Balas Iqbal, dengan mengutak atik Handphone nya.

Revan dan Grey juga berada di sana, tidak ingin menanggapi karena mereka berdua fokus dengan bola basket di tangan Grey.

"Eh, Gila men, itu di rok nya kok ada bercak merah?" Fajar mulai menyipitkan matanya, terlihat jelas bahwa dari belakang Rok yang di kenakan Putih ada bercak darah. Seperti menembus,

"Dah.. Eh iya, dia lagi datang bulan tuh." Revan yang tadinya hanya menyimak, langsung menatap ke arah Putih.

Beberapa sekon, setelah heboh dengan dercak darah, Grey langsung berjalan ke arah Putih tidak berkata apapun kepada teman nya. Tiba-tiba dirinya langsung melepas baju sekolahnya yang memang sudah di lapisi kaos hitam.

"Eh si Grey ngapain tuh?"

"Gila. Ternyata gosip Grey sama Putih emang bener ya," pernyataan dari Iqbal hanya di diamkan oleh Revan.

Revan langsung tersenyum, setidaknya sahabatnya itu bisa berbaikan dengan Putih.

"Jadi cewek kalau kedatangan tamu tuh di sambut, jangan teledor kayak tadi." Grey langsung memarah-marahi Putih karena kecerobohan nya.

Putih benar-benar tidak enak kepada cowok di depan nya itu, malu yang di umpatnya bukan main. Bagaimana bisa dirinya tidak kerasa jika datang bulan mulai di hari ini. Dan parahnya, darah itu menembus sampai keluar rok nya.

Kali ini, Putih dan Grey berada di salah satu Indomaret di pinggiran jalan, untuk membelikan pembalut.

"Makasih." Kata Putih, tanpa menoleh ke arah Grey. Dan tas kresek yang di genggam Grey langsung di tarik oleh Putih. Karena isinya adalah pembalut untuk dirinya.

Tapi aneh ga sih, seorang Grey membelikan Pembalut di indomaret untuk dirinya. Apalagi, baju sekolahnya di pinjamkan untuk menutupi darah di rok nya tersebut.

"Kalo bilang makasih tuh sambil senyum, jangan maksa diri. Emang sifat mak lampir banget lo."

"Terserah gue dong."

Karena insinden memalukan ini, Putih harus di antar pulang oleh Grey, padahal di dalam hatinya ia tidak mau harus semotor dengan lelaki itu.

"Dasar lo ya, ga ada terimakasihnya sama sekali."

"Apaan sih, udah anterin gue pulang."

Tanpa menjawab pernyataan gadis di sampingnya itu, Grey langsung menghidupkan motornya untuk mengatarkan Putih pulang.








Gimana? Ini cerita masih di lanjut ga?💔

5-Juli-2017

Playgirl VS Playboy [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang