Aily Bagian 9

14 3 5
                                    


Wahai musim semi dimana engkau berada

Langit mendadak mendung dan matahari tak kunjung berpijar

Kiranya datang malaikat bersayap putih duduk ditepi telaganya

Karenanya bersedih, langit kelabu dan kusut

Biarkan angin menyapu jejak perih dan mendatangkan musim semi

Hinggap perlahan menjadi hangat dan berwarna

Ingin kuhentikan waktu hingga tetap dimusim itu, yang penuh warna...

Itulah penggalan puisi yang dibacakan Alang pagi ini di depan kelas. Apakah sedang pelajaran bahasa? Bukan! Ini adalah puisi yang sengaja di bacakan Alang didepan kelas untuk Keira yang dibuatnya sendiri.

Sementara sang empunya yang ditujukan menatap jengah dengan kejadian luar biasa pagi ini. Walaupun yah, mungkin bagi cewek lain ini terlihat manis, bagi Keira. Ntahlah. Semua orang di kelas jadi ramai dan rusuh karena mendengar Alang membaca puisi ada yang bersorak-sorak mendukung dan ada yang berkomentar ' dasar alay lebai' dan 'bikin rusuh'.

Keira yang biasanya tidak peduli karena Alang membuat seisi kelas heboh dia menjadi terusik juga. Mengganggu sekali. Dia merasa sedikit malu dan menutup wajahnya dengan pura-pura membaca buku.

"Ini untuk bidadariku Keira." Alang berlutut di depan meja keira.

Keira memutar bola mata jengah.

"Maukah kamu menjadi Aww....." tiba-tiba telinganya tertarik ke atas ada yang menjewernya.

"Aww...sakit pak, aduh, sakit-sakit..." Ringis Alang.

"Ngapain kamu bikin satu kelas ribut? Ini sudah jam masuk! Sana duduk di kursi sendiri atau mau saya hukum?" ternyata itu Pak Lintang yang menjewer telinga Alang.

"I-IYA AMPUN PAK, tapi lepasin dulu telinga saya nanti telinga saya bisa kayak gajah Bapak jewer."

"Ya sudah, cepat duduk!!"
"I-iya Pak." Alang mengelus elus telinganya yang memerah sambil melangkah gontai.

Keira melirik Alang yang sudah duduk di bangkunya sedang mengelus-ngelus telinga. Sebuah senyuman tersungging di bibir tipisnya.

****

Alang sedang berbaring di kamarnya, dia melihat undangan yang ada di tangannya. Dia masih ragu. Dia belum merasa siap menjelaskan segala hal yang terjadi dulu. Yang pasti akan menjadi pertanyaan di kepala teman-temannya.

Akhirnya setelah berfikir panjang Alang memutuskan memakai jaket yang sejak tadi tertidur di kasurnya dan menyambar kunci motornya. Dia memutuskan untuk datang ke ulang tahunnya Fhei.

Bagi Alang entah mengapa malam ini menjadi begitu dingin menusuk dirinya. Apa yang harus dia khawatirkan untuk sesuatu yang belum tentu terjadi. Tidak, dia hanya gugup. Kenapa? Karena dia telah lama diam. Alang terus melajukan motornya kali ini lebih kencang.

TING TONG....

Alang menekan bel rumah bergaya eropa yang mewah dengan halaman yang luas. Rumahnya Fhei.

Cklek..

Seseorang membukakan pintu.

"Eh, den Alang silahkan masuk, udah di tungguin," ujar seorang pelayan pria tersenyum yang sudah sedikit berumur mempersilahkannya masuk.

"Iya, makasih Mang," jawab Alang.

Dia melangkah masuk. Rumah Fhei memang besar dan Luas itu karena orang tuanya memang sudah kaya raya. Beberapa pasang mata melihat ke arahnya. Lebih kepada pandangan bertanya. Dia merasa risih entah kenapa. Sepertinya Fhei banyak mengundang teman di sekolah. Dia kira ini hanya akan menjadi pesta kecil- kecilan karena sebelumnya Fhei hanya merayakannya dengan teman-teman dekatnya saja.

SAY AILY (Alang, I love You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang