Vote sebelum baca 😘
.
.
Sudah beberapa hari setelah malam itu, Sophia tidak lagi melihat pria yang memperkosanya. Dia berpikir pria itu hanya bermain kata, karena mana mungkin di zaman sekarang ada pria yang berani bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya. Ada sedikit ruang pada hati Sophia menginginkan pria itu benar-benar dengan ucapannya, mewujudkan ucapannya agar bayi dalam kandungannya lahir dengan status yang jelas. Sayangnya ruang itu mulai menyempit seiring berjalannya waktu. Nyatanya pria itu berbohong, dia sama sekali tidak datang. Seharusnya pria itu kembali dan meminta pengampunan Sophia atas apa yang dilakukannya.Lelah memikirkan pria yang tidak jelas itu, Sophia memilih pergi ke rumah sakit siang ini. Dr. Allarick bilang kalau dia ingin membicarakan sesuatu dengannya. Setiap kali dr.Allarick memanggilnya, hati Sophia tidak luput memanjatkan doa kepada Tuhan agar berita yang akan disampaikan Dr. Allarick berita baik.
Helaan napas berat keluar dari mulut Sophia saat dia berada di depan pintu ruangan Dr. Allarick. Tangannya terangkat perlahan. Dengan ragu, dia mengetuk pintu berwarna cokelat itu sebelum membukanya.
"Duduklah, Sophie," ucap Dr. Allarick saat melihat Shopia yang membuka pintunya. Dia menyimpan kertas yang sedang dibaca.
Sophia menganggukkan kepala dan berjalan masuk."Ada apa, Dok ?" tanyanya setelah duduk di kursi. Dr. Allarick hanya tersenyum tipis saat melihat wajah khawatir gadis bermata hijau itu.
"Sebelumnya, keadaan Nyonya Martina baik-baik saja." Sophia melebarkan matanya mendengar kalimat pertama yang Dr. Allarick ucapkan tentang neneknya.
"Maksudnya sekarang keadaannya tidak baik?" Dr. Allarick mengangguk menjawab pertanyaan Shopia. "Apa yang terjadi? Bukankah kau bilang rumah sakit memberikan obat yang membuat keadaannya membaik." Sophia meremas jari-jari tangannya hingga keringat keluar dari telapak tangannya.
"Rumah sakit memang memberikan obat yang sebelumnya tidak ada secara rutin, tapi entah kenapa tadi pagi rumah sakit kehabisan stok obat itu. Aku sudah menanyakannya kepada Prof. Grint, dia bilang pemilik rumah sakit tidak lagi mengirim obat itu," jelas Dr. Allarick kemudian dia membuka laci mejanya dan mengeluarkan hasil rotgen Martina.
"Saat pengobatan itu dihentikan, keadaan Nyonya Martina akan mulai memburuk kembali." Tangan Sophia terulur mengambil hasil rotgen Martina lalu menatap Dr. Allarick dengan tatapan sendu.
"A-apa alasan pemilik rumah sakit ini menghentikan pengobatan nenekku ? Apa aku harus membayarnya ? Jika iya, aku pasti akan membayarnya, Dok. Namun, beri aku waktu untuk mengumpulkan uang," ucap Sophia menyimpan rotgen yang ia pegang ke atas meja. Air matanya jatuh tanpa bisa ditahan. Ia menangis sesegukan dengan tangan yang meremas bajunya kuat.
"Tenanglah, Sophie." Dr. Allarick memberikan Sophia segelas air, membiarkan perempuan itu menangis beberapa saat.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Sophia berucap dengan suara yang lemah. Dia menghapus air mata dengan selembar tisu yang ada di atas meja.
"Sebelumya aku sudah menemui pemilik rumah sakit, tapi ia menyuruhku kembali. Dia ingin wali dari pasien yang menemuinya." Dr. Allarick merogoh saku jasnya untuk mengambil sebuah kartu nama.
"Ini kartu namanya. Cobalah bicarakan hal ini dengannya, mungkin Tuan D'allesandro akan mengerti." Tangan Sophia terulur menerima kartu yang diberikan Dr. Allarick padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh Baby [DITERBITKAN]
Romance#First_story_of_D'allesandro_klan "Kita harus bermimpi, namun tidak untuk hidup dalam mimpi" Sophia Alberta (18th) bekerja banting tulang untuk mencukupi kehidupannya semenjak ayah dan ibunya me...